Home / Rumah Tangga / Crazy Marriage / Bab 5. Pria yang Tak Bisa Diprediksi

Share

Bab 5. Pria yang Tak Bisa Diprediksi

last update Last Updated: 2023-12-26 17:12:59

“Vintari, antarkan dokumen ini pada Zeus. Dokumen ini milik Paman David, tapi kau berikan saja pada Zeus.” Jenny memberikan dokumen yang ada di tangannya, pada Vintari. Tampak raut wajah gadis itu berubah jengkel. Baru saja gadis itu pulang kuliah, tapi malah sudah disuruh hal yang menyebalkan.

“Mom, kau bisa meminta sopir untuk mengantarkan pada Zeus.” Vintari memberi saran, sekaligus tersirat menolak. Gadis itu enggan untuk bertemu dengan pria menyebalkan.

Jenny melipat tangan di depan dada. “Mommy ingin kau yang mengantar ini pada Zeus. Ini dokumen penting. Kau tidak usah menyetir. Kau bersama sopir saja. Nanti pulangnya, biar Zeus yang mengantarmu pulang.”

Vintari berdecak pelan. “Mom—”

“Vintari, Mommy dengar dari sopir kalau mobilmu masuk bengkel, karena menabrak. Apa itu benar?” Jenny langsung memotong ucapan Vintari, dan sontak membaut raut wajah Vintari memucat panik.

“Ah, itu. A-aku menabrak mobil teman kampusku, tapi aku sudah menyelesaikannya. Kau tidak usah khawatir, Mom,” ucap Vintari cepat berdusta. Tak mungkin dirinya menceritakan pertemuan menyebalkannya dengan Zeus. Bisa-bisa, ibunya akan menyangka kalau dirinya memang benar berjodoh dengan Zeus.

Jenny mengangguk-anggukan kepalanya. “Kalau begitu anggap saja ini hukuman dari Mommy.”

What?” Kening Vintari mengerut, menatap bingung ibunya.

Jenny mendekat. “Ya, hukumannya adalah kau harus mengantarkan dokumen ini untuk Zeus. Tidak ada penolakan, karena ini hukuman untukmu.”

Mata Vintari melebar. “Oh, Mom. Please.”

“Vintari, hukumanmu bisa jauh lebih berat kalau kau melawan. Sekarang cepat antar dokumen ini pada Zeus,” ucap Jenny yang tak ingin dibantah.

Vintari mencebikkan bibirnya kesal pada sang ibu. “Ke mana aku harus mengantar dokumen ini?” tanyanya menahan kesal. Terpaksa, dia harus mengikuti apa yang diinginkan oleh ibunya.  

“Ke rumah sakit. Jam seperti ini pasti Zeus masih ada di rumah sakit.” Jenny membelai pipi Vintari, dan memberikan kecupan di sana.

Vintari mengangguk dengan wajah yang masih kesal. Detik selanjutnya, dia melangkah pergi meninggalkan ibunya tanpa mengatakan apa pun. Terlihat senyuman di wajah Jenny terlukis melihat Vintari patuh padanya.

***

Vintari turun dari mobil di kala sopirnya sudah mengantarkan ke lobi rumah sakit. Gadis itu langsung masuk ke dalam lobi, hendak menuju ruang kerja Zeus. Namun, tiba-tiba tatapan Vintari menatap terkejut Zeus bersama dengan perawat tengah mendorong brankar. Raut wajah Vintari nampak memucat melihat di atas brankar terbaring pasien yang berlumuran darah.

“Siapkan ruang operasi,” seru Zeus seraya berlari mendorong brankar.

“Baik, Dok,” jawab sang perawat.

“Zeus—” Vintari mengejar Zeus, lalu pria itu pun sempat melirik Vintari sekilas, tapi sayangnya Zeus tak mengatakan apa pun. Zeus yang begitu terburu-buru segera masuk ke dalam ruang operasi bersama dengan pasien dan para perawat.

Vintari mendesah panjang menatap ruang operasi yang sudah tertutup. Dia duduk di kursi yang ada di sana sambil menatap dokumen yang ada di tangannya. Entah apa isi dokumen ini. Harusnya jika dokumen ini untuk ayah Zeus, maka dirinya mengantar pada ayah Zeus, bukan pada Zeus. Sungguh, dia tak mengerti dengan cara pikir ibunya.

“Nona Vintari Rivers?” seorang pria melangkah menghampiri Vintari.

Vintari mengalihkan pandangannya, menatap bingung pria itu. “Ya? Kau siapa?”

“Nona, perkenalkan saya Evan, asisten Tuan Zeus Ducan. Beliau berpesan pada saya, meminta Anda untuk menunggu beliau di ruang kerjanya,” jawab pria bernama Evan memberi tahu.

Vintari mengangguk. “Thanks, aku akan ke ruang kerjanya.”

“Silakan, Nona.” Evan tersenyum sopan.

Vintari membalas senyuman Evan, lalu bangkit berdiri, dan melangkah menuju ke ruang kerja Zeus. Setibanya di ruang kerja Zeus, dia duduk di sofa dan meletakan dokumen di tangannya di sampingnya. Gadis itu menguap beberapa kali di kala rasa ngantuk menyerang. Pulang dari kampus langsung menuju ke rumah sakit. Wajar saja jika sekarang Vintari mengantuk.

Perlahan, Vintari membaringkan tubuhnya di sofa. Sayup-sayup, mata Vintari mulai terpejam ketika dia tak sanggup lagi menahan kantuknya. Gadis itu benar-benar tertidur pulas, sampai lupa di mana dirinya berada.

Beberapa jam berlalu …

Zeus melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya, mendapati Vintari yang tertidur pulas di sofa. Pria itu meletakan stetoskop ke atas meja, lalu mendekat pada Vintari yang terlelap. Zeus menggelengkan kepalanya melihat Vintari begitu terlelap.

“Vintari.” Zeus menepuk bahu Vintari, membangunkan gadis itu, tapi sayangnya gadis itu tak kunjung bangun. Malah yang ada gadis itu menjadikan tangan Zeus seperti guling.

Zeus berdecak kesal. “Vintari, bangun!” serunya dengan nada sedikit keras.

Vintari tersentak terkejut. Gadis itu mengendarkan matanya ke sekitar menatap dirinya berada di ruang kerja Zeus. Dalam hitungan detik, ingatan Vintari tergali bahwa dia diminta ibunya untuk mengantarkan dokumen pada Zeus. Namun, sialnya dirinya malah tertidur di ruang kerja pria itu. Benar-benar memalukan!

Vintari menatap sedikit malu Zeus. “Maaf, aku tertidur di kantormu.”

“Kenapa kau ke sini?” tanya Zeus tanpa mengindahkan ucapan maaf Vintari.

Vintari memberikan dokumen di tangannya pada Zeus. “Ibuku memintaku mengantarkan dokumen ini untukmu. Ibuku bilang dokumen ini untuk ayahmu.”

Zeus mengambil dokumen itu, dan membaca sekilas. “Aku akan memberikan pada ayahku. Dia sekarang sedang pergi ke Chicago.”

Vintari menganggukan kepalanya. “Oke, hm, kau bisa antar aku pulang atau tidak? Aku tidak menyetir mobil. Aku diantar sopir. Ibuku bilang, aku harus meminta antar kau untuk pulang, tapi kalau kau sibuk, aku akan naik taksi saja.”

Zeus mengembuskan napas panjang, lalu bangkit berdiri. “Tunggu lima menit. Aku harus mengganti pakaianku. Nanti aku akan mengantarmu pulang.”

Vintari kembali menganggukan kepalanya. Kemudian, Zeus masuk ke dalam ruang ganti.

Tak selang lama, ketika Zeus sudah selesai mengganti pakaiannya, dia mengajak Vintari pergi meninggalkan ruang kerjanya, menuju mobilnya. Terlihat Vintari menurut dan memilih untuk tak mengatakan apa pun.

Sepanjang perjalanan, Vintari melirik Zeus yang begitu serius tengah mengemudikan mobil. Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Ada sesuatu hal yang ingin Vintari katakan, tapi dirinya masih belum berani berbicara.

“Bagaimana operasi tadi? Apa berjalan lancar?” tanya Vintari ingin tahu.

“Ya, semua berjalan lancar,” jawab Zeus datar.

Zeus terdiam sebentar. “Zeus, aku ingin membahas tentang perjodohan kita. Menurutku—”

“Siapa pria yang kau sukai?”  Zeus melirik Vintari sekilas, memotong ucapan gadis itu.

“Hm?” Mata Vintari sedikit melebar, menatap bingung Zeus.

“Kau bilang padaku kemarin, ada pria yang kau sukai,” ucap Zeus dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.

Vintari mendesah pelan. “Dia adalah seniorku di kampusku. Aku sangat mencintai dia, Zeus.”

“Kau dan dia sepasang kekasih?”

“Tidak, kami belum menjalin hubungan.”

“Jadi maksudmu, kau diam-diam menyukai dia?”

“Iya, dia tidak tahu perasaanku. Aku selama ini diam-diam mengamatinya dari kejauhan.”

Zeus melirik sekilas tak peduli pada Vintari. “Kalau begitu, kau bisa dengan mudah melupakannya, dan jalani perjodohan ini sesuai yang diinginkan orang tuamu dan orang tuaku.”

Vintari mendecakkan lidahnya. “Zeus, kau tidak bisa menyamakan pernikahan layaknya pekerjaan.”  

Zeus tersenyum tipis. “Menikah, dan memiliki anak. Semua orang di dunia ini menginginkan pola kehidupan seperti itu, kan? Jadi cukup anggap ini pekerjaan.”

Vintari mendengkus tak suka. “Zeus, menikah itu tetap harus saling mencintai. Bagaimana bisa punya anak kalau tidak saling mencintai.”

Zeus menepikan mobilnya, dia mendekatkan wajahnya pada wajah Vintari. Sontak, tindakan pria itu membuat Vintari menjadi salah tingkah. Jarak yang begitu dekat dan intim membuat saraf di dalam tubuh Vintari tak berfungsi dengan baik. Aroma parfume maskulin pria itu menyeruak ke indra penciuman Vintari.

“Z-Zeus—” Vintari menjadi gugup dan salah tingkah.

Zeus menarik dagu Vintari, menatap tajam gadis itu, dan berdesis, “Seks tidak harus saling mencintai. Di luar sana, banyak sekali pernikahan bisnis tanpa didasari cinta. Kita hidup di dunia nyata, Vintari, bukan di negeri dongeng seperti pemikiranmu.” 

Vintari meneguk saliva-nya susah payah mendengar ucapan Zeus yang menusuk.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Crazy Marriage   Bab 70. Ending Scene (TAMAT)

    Pesta ulang tahun Ares yang keempat diadakan mewah di salah satu hotel berbintang lima. Zeus dan Vintari selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Ares tampak bahagia di kala banyak teman-temannya yang turut hadir dalam acara pesta ulang tahunnya. Bukan hanya teman, tapi banyak keluarga yang datang.Andre, Zayn, dan Jace juga turut hadir membawakan kado untuk Ares. Tentu saja bocah laki-laki itu senang sekali mendapatkan banyak hadiah. Tiba ketika peniupan lilin, Ares langsung meniup lilin dan memberikan kue pertama untuk ibunya, ayahnya, lalu kedua kakek dan neneknya secara bergantian. Tidak lupa Ares memberikan potongan kue kecil untuk Viona, dan terakhir dia berikan pada Andre, Zayn, dan Jace.Acara semakin meriah. Pembawa acara mampu membuat para tamu undangan tertawa-tawa. Ares tampak sangat senang bisa bermain dengan teman-temannya di hari yang special. Namun, tak ada yang menyadari bahwa Zayn sedikit menjauh daru kerumunan pesta.“Kenapa kau di sini?” Vintari menghampi

  • Crazy Marriage   Bab 69. Extra Part VI

    Irene dan Jenny mendatangi mansion Vintari dan Zeus. Mereka sibuk membahas tentang pesta ulang tahun Ares yang ke 4 tahun. Tentu setiap tahun ulang tahun Ares selalu dirayakan dengan meriah dan mewah. Hotel berbintang menjadi langganan mereka di kala Ares berulang tahun. Meski masih kecil tapi Ares sudah bergelimang kasih sayang dari keluarganya.Zeus sudah berangkat ke rumah sakit pagi-pagi sekali. Dia memiliki jadwal untuk operasi. Ares pun sudah berangkat sekolah, sedangkan Viona tengah dijaga oleh pengasuh. Saat ini Vintari tengah menyaksikan perdebatan antara Irene dan Jenny yang membahas konsep ulang tahun Ares yang sebentar lagi akan dilaksanakan.“Irene, lebih baik ulang tahun Ares bernuansa biru,” kata Jenny tak mau kalah.“Jenny, tahun lalu sudah biru, kenapa tahun ini tetap biru juga? Tidak berinovasi itu,” jawab Irene jengkel.Vintari memijat keningnya mendengar perdebatan ibunya dan ibu mertuanya. Dia bersyukur ibunya dan ibu mertuanya sangat menyayangi Ares. Namun, terka

  • Crazy Marriage   Bab 68. Extra Part V

    Zeus melangkah masuk ke dalam rumah, mendapati sang istri tertidur pulas di sofa ruang tengah. Pria itu mendekat, dan tersenyum. Dia yakin pasti Vintari menunggunya pulang dari klub malam. Padahal dia sudah meminta Vintari untuk tidur duluan, dan tak usah menunggunya. Namun bukan Vintari namanya jika tidak keras kepala.Zeus tak ingin mengganggu Vintari yang tertidur lelap. Dia memutuskan untuk menggendong sang istri—memindahkan tubuh istrinya ke dalam kamar. Saat sudah tiba di kamar, dia membaringkan Vintari ke ranjang empuk. Pun dia menarik selimut untuk menutupi tubuh sang istri.Zeus sudah melihat kedua anaknya telah terlelap. Pasti seharian ini Vintari fokus menjaga Ares dan juga Viona. Setelah lulus kuliah, istrinya itu tak pernah memikirkan tentang karir. Fokus utama Vintari adalah mengurusnya dan dua anaknya. Segala urusan tanggung jawab keuangan berada di tangan Zeus. Pria tampan itu tidak membiarkan Vintari harus pusing memikirkan keuangan.Zeus melangkah masuk ke dalam kama

  • Crazy Marriage   Bab 67. Extra Part IV

    “Akhirnya kau pulang. Dad pikir kau tidak ingat untuk pulang.” David menatap Zayn yang baru saja tiba di mansion. Irene—sang istri setia duduk di sampingnya. Sejak lulus kuliah, Zayn memutuskan untuk tinggal di penthouse pribadinya. “Maaf belakangan ini aku sangat sibuk, Dad.” Zayn mengecup kening Irene, lalu duduk di ruang bersantai di mana kedua orang tuanya berada. Sudah cukup lama Zayn tidak pulang ke rumah. Alasannya, itu karena dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Namun, meski jarang pulang, dia tetap menghubungi kedua orang tuanya untuk menanyakan kabar.Irene menatap cemas Zayn. “Sayang, apa tidak bisa kau tinggal di rumah ini saja? Mom dan Dad mencemaskanmu.”“Mom, aku sudah besar. Kau tidak usah mencemaskanku. Aku ingin hidup mandiri,” balas Zayn menenangkan sang ibu agar tidak mengkhawatirkannya.David mengembuskan napas kesal. “Kau sudah aku tawarkan untuk membuka law firm sendiri, tapi kenapa malah kau memilih untuk bekerja di law firm kecil? Zayn, kau membuang-buang

  • Crazy Marriage   Bab 66. Extra Part III

    Suara dentuman musik memekak telinga. Zayn berdiri di depan kursi bartender seraya menenggak vodka di tangannya hingga tandas. Sepulang bekerja dia pergi ke salah satu klub malam yang ada di Manhattan. Pria tampan itu enggan untuk langsung pulang. Rasa lelah menangani kasus, membuatnya memutuskan pergi ke klub malam. “Hi, Tampan. Ingin aku temani?” Seorang wanita cantik duduk di samping Zayn, memeluk lengan pria itu.Zayn menyingkirkan tangan wanita asing yang memeluk lengannya. “Pergilah. Aku tidak ingin diganggu.”“Come on, Tampan. Aku bisa memuaskanmu,” bisik wanita itu lagi menggoda.Zayn melayangkan tatapan tajam pada wanita itu. “Aku bilang pergi! Apa kau tuli?!”Raut wajah wanita itu berubah di kala Zayn membentak dirinya. Detik itu juga wanita itu pergi dengan raut wajah marah dan jengkel. Ini bukan pertama kali Zayn digoda. Sejak tadi banyak wanita cantik yang berusaha menggoda Zayn, tapi tidak ada satu pun yang menarik di mata Zayn.“Sepertinya bayang-bayang Vintari masih

  • Crazy Marriage   Bab 65. Extra Part II

    Zeus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh membelah kota Manhattan. Vintari yang duduk di samping Zeus sampai memegang kuat seatbelt-nya. Beberapa kali Vintari menggumamkan doa. Di balik Vintari panik Ares menghilang, tapi wanita itu juga panik nyawanya melayang.“Sayang, a-aku takut kau khawatir pada Ares. Aku juga khawatir padanya. T-tapi Viona masih terlalu kecil untuk kita tinggal. Ares juga pasti akan kita temukan. Kasihan anak kita kalau mereka menjadi yatim piatu,” ucap Vintari panik.Zeus mendesah kasar. “Jangan berbicara konyol, Vintari. Aku tidak mungkin mengemudi seperti siput ketika anak pertamaku hilang, dan anak keduaku kau tinggal begitu saja.”“Anak kita, Zeus. Ares dan Viona juga anakku. Kan aku yang melahirkan mereka,” ucap Vintari sambil menekuk bibirnya sebal.Zeus tak mengindahkan ucapan Vintari. Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dia sudah meminta keamanan di rumahnya untuk mencari keberadaan Ares. Dia memutuskan untuk menunggu di rumah. J

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status