Home / Romansa / Cutie Bodyguard / Bab 04 - Sidang

Share

Bab 04 - Sidang

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2025-04-16 11:22:34

04

Suasana restoran hotel malam itu terlihat ramai orang. Sebagian besar dari mereka menggunakan sweter biru tua berlogo PBK di dada. Sisanya mengenakan pakaian berbagai warna. 

Yusuf menempati kursi dekat meja yang diisi keluarga Cheung, Zheung dan Zijl serta Ekyavan. Sedangkan Naysila bergabung dengan keluarga Yang dan kerabat mereka lainnya. 

Seusai bersantap, Chyou menyenggol lengan kanan Yusuf. Pria bermata sipit itu menggerakkan tangan ke depan, seolah-olah tengah memberi kode agar Yusuf mengikutinya keluar dari restoran. 

Keduanya sama-sama berdiri, lalu jalan berdampingan ke pintu. Chyou mengarahkan Yusuf ke lift khusus direksi. Keduanya memasuki elevator, yang bergerak cepat naik hingga tiba di lantai 7. 

Chyou keluar terlebih dahulu dan berbelok ke kanan. Dia berhenti di pintu pertama, lalu menekan sejumlah angka untuk membuka kunci. 

Setelah pintu terbuka, keduanya memasuki ruangan yang langsung terang, seusai Chyou menepuk tangan dua kali.

Sekian menit berlalu, Chyou dan Yusuf telah duduk berdampingan di sofa panjang. Mereka membahas aduan Naysila pada Earlene, yang menyebabkan Yusuf berdecih. 

"Tahu bakal gini, aku nggak mau nolongin dia!" sungut Yusuf. 

"Mana bisa begitu? Sifatmu itu sama dengan para abangmu. Mereka selalu berusaha untuk membantu orang lain, padahal posisi mereka juga sedang kurang baik," sahut Chyou. 

Yusuf mendengkus pelan. "Aku jadi deg-degan. Dia juga pasti ngadu ke kakaknya. Habislah aku dikeroyok semua cucu keluarga Dewawarman." 

Chyou mengulum senyuman. "Tidak perlu semuanya turun. Cukup Hisyam saja, kamu pasti sudah babak belur." 

"Begitulah. Dia pasti akan senang hati untuk menyiksaku." 

"Aku justru ingin melihat kalian bertarung." 

Yusuf melirik lelaki bertubuh tinggi yang tengah cengengesan. "Sudah jelas aku akan kalah. Kecuali, aku boleh menggunakan tenaga dalam. Bisalah aku ngalahin Hisyam." 

"Kenapa begitu?" 

"Dia belum dibai'at. Powernya belum kuat." 

Chyou mengangguk paham. "Aku jadi ingin ikut perang lagi sama pasukan pengejar hantu." 

"Sama, Ko. Seru banget, karena yang dihadapi adalah makhluk astral." 

"Sayangnya, aku tidak bisa memiliki kekuatan yang sama dengan kalian. Karena aku tidak bisa dibai ... ehm, apa itu namanya?" 

"Baiat. Semacam ijab kabul dengan guru besar, sebelum mentransfer energi, supaya ilmunya tidak hilang." 

Sementara itu di restoran, Naysila tengah berbincang dengan Kakak sepupunya melalui sambungan telepon. Naysila yang awalnya hendak menceritakan peristiwa kemarin malam, akhirnya membatalkan niatnya. 

"Kapan Abang datang, Kak?" tanya Naysila. 

"Pesawatnya mendarat di sana, mungkin sore," jelas Utari. 

"Sama siapa aja?" 

"Bang W, Mas Damsaz, Mas Aric, Bang Dimas dan Bang Deswin." 

"Tumben, pengawalnya cuma dikit?" 

"Yang dikawal itu justru suamiku dan Bang W. Supaya mereka nggak kalap." 

Naysila tersenyum. "Iya, sih. Kedua Mas kita agak kalem." 

"Hu um. Cool semua. Kecuali Nirpataka." 

"Si culun. Kata Mbak Sekar dan Kak Maudy." 

"Rese emang kedua Kakak kita itu. Gayanya aja anggun, padahal aslinya usil." 

"Duh! Aku jadi kangen Mbak Sekar." 

"Abang dan yang lainnya, akhir bulan nanti mau ke Sydney. Kita ikut, yuk!" 

"Ada acara apaan?" 

"Selamatan menyambut kebebasan Bang Ari." 

"Alhamdulillah. Abang lesung pipi itu akhirnya bisa keluar dari penjara." 

"Mau ikut, nggak?" 

"Mau. Aku memang butuh cuti, setelah kemaren tegang seharian." 

"Oke, nanti aku omongin ke Abang. Dia yang ngedata rombongan dari Jakarta," pungkas Utari. 

***

Hari berganti. Sore waktu setempat, pesawat yang ditumpangi tim penjemput telah mendarat di bandara Guangzhou. 

Sebab tidak membawa banyak barang, keenam pria berjaket biru bisa langsung melenggang menuju pintu kedatangan khusus luar negeri. 

Chyou dan Jianzhen, adiknya, menyambut para kerabat mereka dengan pelukan hangat. Seusai berbincang sesaat, mereka bergegas menuju mobil van dari hotel, yang baru tiba dari tempat parkir. 

Puluhan menit berlalu, kelompok itu telah sampai di hotel. Mereka langsung menuju ruang rapat di lantai 5, di mana semua ketua pengawal dari tiap unit kerja PB dan PBK sudah hadir sejak tadi. 

Yusuf menunggu direktur utama PBK tiba di dekatnya, kemudian dia menyalami Wirya dengan takzim. Yusuf tersenyum ketika Wirya mengusap punggungnya sambil mengucapkan hamdalah, karena ajudan muda itu telah selamat dari musibah. 

Semua orang tertegun, ketika Wirya memegangi kepala Yusuf sambil komat-kamit membaca doa. Lalu, Wirya meniup ubun-ubun juniornya.

Selanjutnya, Yusuf menyalami Damsaz, Atalaric, Dimas dan Deswin. Kala berpindah untuk menyalami Hisyam, Yusuf menjengit, karena sahabatnya tersebut langsung menjitaknya. 

"Kamu bikin aku syok! Aku mikirnya kamu kenapa-kenapa," ungkap Hisyam Fayadh sembari mendekap Yusuf dengan kuat.

"Syam, engap!" protes Yusuf yang badannya memang lebih kecil dibandingkan sahabatnya itu. 

"Aku beneran takut," ucap Hisyam sambil mengurai dekapan. 

"Aku nggak apa-apa. Cuma baret-baret, doang." 

"Kok, bisa? Yang lainnya sampai terkilir, kan?" 

"Posisiku di kanan. Sedangkan helikopter jatuhnya ke kiri. Jadinya aku nimpa Naysila dan Zijl." 

"Pantesan." Hisyam menyentuh guratan panjang di pipi kanan Yusuf. "Ini, kena apa?" tanyanya. 

"Pecahan kaca." 

"Bisa hilang, nggak?" 

"Semoga aja. Kalau nggak, kegantenganku ternoda." 

"Baguslah. Sainganku berkurang," seloroh Dimas yang langsung dikepit lehernya oleh Yusuf. 

"Berantemnya dilanjutkan nanti. Sekarang, kita makan dulu. Lapar aku," pinta Wirya. 

"Adanya cuma kue. Restoran dipesan jam 7," jelas Zheung Yuze, Adik sepupu Chyou. 

"Direktur yang payah," ledek Hisyam. 

"Bang, aku anak magang di sini," kilah Yuze. 

"Buruan disuguhkan. Sekalian aku ngaso bentar," cakap Wirya sembari berpindah ke kursi terdepan dan duduk di sana. 

Tidak berselang lama, Naysila muncul sambil memegangi tangan Prinsen, anak Chyou yang berusia 3 tahun. Mereka mendatangi Damsaz dan Atalaric terlebih dahulu, sebelum berpindah untuk bersalaman dengan Wirya dan ketiga ajudan lainnya. 

Naysila memekik ketika Hisyam memeluk dan mengayunnya sesaat, lalu diturunkan ke lantai. Kemudian Hisyam merunduk untuk menggendong Prinsen, yang pernah diasuhnya dulu saat berumur setahun. 

Seusai menikmati kudapan, Wirya berpindah ke podium dan memulai pidatonya menggunakan bahasa Mandarin yang fasih. Sebagai menantu dari keluarga Vong, Wirya mempelajari bahasa itu dengan tekun. 

Selanjutnya, Wirya menyampaikan pesan dari semua komisaris PBK. Kemudian dia menerangkan rencana terbaru, tentang pergantian posisi semua ketua pengawal di wilayah China. 

"Sebab anggota kita yang warga asli sini sudah cukup mumpuni, maka semua ketua pengawal yang berasal dari Indonesia akan ditarik," jelas Wirya yang menyebabkan ruangan seketika hening. 

"Sebetulnya ini sudah direncanakan sejak lama, dan beberapa ajudan senior telah dipindahkan ke negara lain. Seperti Zikria dan Banan, mereka sekarang bertugas di Australia, untuk menjadi asisten Jauhari." 

"Sekarang, giliran kalian yang pulang ke kampung halaman," ungkap Wirya. "Nanti, kalian dapat cuti sebulan. Sebelum ditempatkan di beberapa negara sekitar Asia. Bukan setingkat pengawal lagi. Tapi jabatannya adalah pengawas area, sekaligus wakil proyek dari banyak perusahaan baru di PCD," pungkasnya yang disambut tepuk tangan hadirin.

"Setelah rapat ini usai, kalian daftar ke Deswin. Dia sama Dimas yang akan mengatur penempatan baru kalian," tutur Wirya. 

"Oh, ya, satu lagi. Besok, kalian pulang ke unit kerja masing-masing. Kemaskan barang-barang, lalu pamitan sama bos dan teman-teman," cetus Wirya. 

"Kita akan pulang empat hari lagi. Pesawatnya berangkat malam," terang Wirya. "Jadi, kutunggu kalian kembali di sini, maksimal jam 3 sore hari Minggu nanti. Jika terlambat, ditinggal," pungkasnya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
sabar suf sabar ya harap maklum neng Nay bungsu kwkwkwkwkw
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cutie Bodyguard    Bab 18

    18 Aroma harum menguar dari dapur seunit rumah di permukiman sederhana, di kawasan Bekasi Timur. Suara obrolan dan gelakak beberapa orang di dapur bernuansa hijau itu, terdengar hingga ke ruang depan di mana Thalib Bhranta berada. Pria tua berkaus putih, menggeleng pelan saat mendengar gelakak istri dan anak-anaknya, seusai mendengar cerita Yusuf, tentang acara di Sydney beberapa hari silam. Thalib mengulum senyuman. Dia menyukai jika ketiga anaknya bisa berkumpul. Sebab kesibukan anak-anak muda tersebut menjadikan mereka jarang bisa datang berbarengan. Yusuf yang paling jarang pulang, akan membawa banyak cerita baru yang menghibur orang-orang rumah. Bila kebetulan dia bisa libur, maka kedua adiknya juga akan mengajukan cuti, agar bisa menghabiskan waktu bersama. Kelvan Nafeda, putra kedua Thalib dan Laksmita, juga bekerja sebagai pengawal PBK. Kelvan ditugaskan menjadi ajudan Adwaya Lakeswara, anggota tim 5 PC, yang baru beberapa bulan lalu pindah ke Jakarta. Malya Arsyana, beke

  • Cutie Bodyguard    Bab 17

    17Sepanjang malam itu, Naysila kesulitan untuk tidur. Ucapan Yusuf di bus tadi, masih terngiang-ngiang di telinganya. Hingga Naysila susah untuk terlelap. Kendatipun sudah beberapa kali menjalin hubungan dengan laki-laki, tetapi kali itu rasanya berbeda. Terutama karena hampir semua kakaknya langsung menyetujui, bila Yusuf yang menjadi kekasih Naysila. Gadis berhidung bangir itu terbangun setelah tangannya diguncangkan Sekar. Meskipun masih mengantuk, tetapi Naysila memaksakan untuk bangkit. Seusai menunaikan salat Subuh, Naysila kembali melanjutkan tidurnya, hingga tidak menyadari jika Sekar telah memasuki kamar itu dengan membawa meja kecil berkaki. "Dek, sarapan," tukas Sekar sembari meletakkan meja ke kasur. "Hmm. Mbak aja," cicit Naysila tanpa membuka matanya. "Ada Yusuf di depan." "Ha?" "Dia mau joging sama Hisyam." "Hmm." "Kamu beneran nggak mau keluar?" "Aku belum mandi. Nanti dia kaget lihat mukaku kucel." "Bukannya dia sudah pernah lihat kamu kayak gitu?" "Kapa

  • Cutie Bodyguard    Bab 16

    16Ruang tunggu khusus pesawat carteran di bandara Sydney, siang itu terlihat ramai orang berparas Asia. Mereka hendak berangkat menuju tempat berbeda, yakni Indonesia dan Kanada. Tim Indonesia yang dipimpin Nanang, menggunakan baju putih dan celana biru. Sementara kelompok Kanada yang dipimpin Aditya, mengenakan baju abu-abu dan celana hitam. Yusuf mendekap satu per satu rekannya yang masih harus bertugas di Australia. Dia juga memeluk Avreen yang sudah dianggapnya sebagai Adik. Keduanya berbincang cukup lama, sebelum Yusuf berpindah untuk memeluk Jauhari. "Titip keluargaku, Suf," pinta Jauhari sembari mengurai dekapan. "Ya. Besok aku anterin mereka sampai rumah, baru aku lanjut ke Tambun," jawab Yusuf. "Tentang omongan kita tadi pagi, tolong laksanakan. Cuma kamu yang bisa bergerak cepat, karena Aditya harus dinas lama di Kanada. Sedangkan Hisyam dan Jeffrey mesti bagi waktu buat keluarga masing-masing." "Siap." "Tunggu aku pulang. Nanti kita clubbing di tempat biasa." "Gant

  • Cutie Bodyguard    Bab 15

    15Agnia menonton beberapa video yang dikirimkan Kakak sepupunya. Gadis bermata sipit itu merasa hatinya tidak nyaman, seusai melihat video kedekatan Yusuf dan Naysila, kemarin malam. Agnia meletakkan ponsel ke tepi kasur. Dia memandangi langit-langit yang terlihat bersih, sambil membayangkan sosok Yusuf. Gadis berbibir tipis itu mengeluh dalam hati, karena saingannya ternyata bertambah. Menghadapi banyak fans Yusuf saja sudah cukup berat buat Agnia. Apalagi harus menghadapi Naysila.Kendatipun hanya kenal sepintas, tetapi Agnia tahu sepak terjang Naysila. Perempuan yang lebih tua dua tahun dari Agnia tersebut, cukup terkenal di kalangan para pebisnis muda. Nama keluarga Dewawarman jelas lebih tenar dari keluarga Umapati. Ditambah lagi dengan kenyataan jika paras Naysila lebih ayu daripada Agnia, menjadikan putri bungsu Azmadi Umapati itu merasa kalah bersaing. Agnia mendengkus pelan. Dia mengomeli diri yang bertindak lambat dalam mendekati Yusuf. Agnia mulai bimbang harus bertind

  • Cutie Bodyguard    Bab 14

    14*Grup Tim 3 PCD*Jauzan Rengku Magani : Aku baru on dan lihat video itu. Suka banget! Prada Razfhan : Aku senyum-senyum terus. Zafar Qashash : Aku cemburu!Rafaizan Mahadri : Aku patah hati! Liam Mallory : Aku iri! Hisyam : Artisnya lagi dikeroyok di grup New PBK. Jauhari : Ngakak aku. Yusuf nggak berkutik digodain Bang Yan. Chairil : Aku cekikikan lihat ocehan Bang Varo. Aditya : Bang W juga ikutan ceramah. Jauzan : Power Rangers itu bilang apa? Hisyam : Kata Bang Yan, Yusuf malu-malu biawak. Jauhari : Bang Varo bilang gini. Pura-pura musuhan, padahal demenan. Chairil : Bang W nambahin. Dia nggak mau tahu, pokoknya maksimal 6 bulan lagi Yusuf sudah harus menghadap Pak Gamal buat minang Naysila. Aditya : Tapi, ujung-ujungnya aku kena juga! Diledekin buat segera nikah. Sampai-sampai mereka berniat untuk menjodohkanku.Liam : Sabar, @Bang Aditya. Aku pun, tiap pulang ke rumah orang tua, pasti diomelin Mama. Beliau sudah ribut pengen punya cucu. Prada : Padahal, tinggal d

  • Cutie Bodyguard    Bab 13

    13Malam kian larut. Sebagian besar anggota rombongan telah beristirahat di kamar masing-masing. Sementara yang lainnya masih berkumpul di beberapa tempat, yang tersebar di seputar bangunan utama hotel. Naysila masih bertahan di tempat duduknya di tepi kolam renang. Dia berbincang bersama Avreen, Alodita, Tyas, Viviane, Rumi, Gwenyth, Xianlun dan Valencia. Para gadis itu tertawa berulang kali, seusai menonton video yang tadi mereka rekam. Naysila dan yang lainnya mengirimkan video itu ke grup masing-masing, dan mendapatkan beragam komentar dari rekan-rekannya. "Dek, belum mau tidur?" tanya Hisyam, yang berpindah duduk ke samping kanan Naysila. "Bentar lagi, Bang," jawab Naysila. "Tari nanyain terus, karena kamu nggak naik-naik." "Aku masih pengen ngobrol sama teman-teman. Jarang ketemu ini. Sekali-sekali aku mau bergadang." "Oke. Maksimal jam 12 sudah masuk ke kamar. Kalau nggak, Tari dan Mbak Sekar bakal heboh." "Hu um." "Aku naik duluan." Hisyam berdiri dan memegangi punda

  • Cutie Bodyguard    Bab 12

    12Suasana depan lapas siang itu sangat ramai. Ratusan orang mengarahkan pandangan ke bangku panjang, di mana Jauhari tengah berpidato untuk menyapa penggemarnya. Semenjak kasusnya menjadi perbincangan hangat di seputar Australia dan New Zealand, serta Indonesia, Jauhari memiliki banyak fans yang menjadi pendukung setianya selama dua tahun terakhir. Jauhari mendapatkan banyak kiriman dari fans-nya. Hampir setiap hari para kurir akan mengantarkan paket, buat pimpinan utama proyek PG di Australia dan New Zealand tersebut. Jauhari menyimpan berbagai kado itu dan mencatat nama serta alamat sang pengirim. Pada hari-hari tertentu, Jauhari akan mengirimkan hadiah balasan untuk para penggemarnya yang makin bertambah setiap minggu.Seusai berpidato, Jauhari melambaikan kedua tangannya yang dibalas hal yang sama oleh penonton. Kemudian Jauhari turun dan bergegas menaiki bus hotel Arvhasatya. Saat keluar dari area lapas, Jauhari berdiri di pintu bus dan menyalami orang-orang yang berebutan b

  • Cutie Bodyguard    Bab 11

    11Hari berganti. Rombongan dari Indonesia tiba dengan membawa peralatan lengkap. Para ajudan muda membantu petugas bandara Sydney, untuk memindahkan semua barang ke kereta khusus. Para bos jalan cepat menuju ruang tunggu khusus pesawat carteran. Alvaro mengayunkan tungkai sambil menggendong putrinya. Chairil menyejajari langkah komisaris 4 PBK tersebut, sambil memayungi Alvaro, hingga mereka tiba di ruangan dalam. Wirya menyusul sembari menggendong anak keduanya. Sementara Zulfi jalan di belakang sambil memegangi tangan putrinya, Fazluna, dan Bayazid, anak sulung Wirya. Di belakang mereka, tampak semua anggota keluarga Pramudya, Gahyaka, Baltissen, dan keluarga Jauhari. Selain itu juga ada keluarga Adhitama, Ganendra, Janitra, dan beberapa bos PG, PC serta PCD yang akrab dengan Jauhari. Yusuf dan rekan-rekannya memberi hormat pada Alvaro serta semua tim PBK, sebelum mereka bersalaman dengan semua anggota rombongan. Kala Yusuf tiba di depan Naysila, keduanya saling menatap sesaat

  • Cutie Bodyguard    Bab 10

    10Pesawat yang ditumpangi kelompok pimpinan To Mu, tiba di bandara Sydney, siang waktu setempat. Mereka menunggu penumpang lain keluar terlebih dahulu. Kemudian belasan orang itu turun dari burung besi. Setelah berada di lorong, Yusuf mengambil alih Prinsen yang tengah tidur, dari gendongan Earlene. Yusuf membaringkan Prinsen ke kereta, lalu memastikan posisi bocah itu nyaman. Earlene mendorong kereta bayi dengan hati-hati. Dia jalan berdampingan dengan pengasuh Prinsen, dan Kaili, istri Loko yang sedang menggendong bayinya yang berusia setahun.Selain Earlene dan Kaili, ada beberapa perempuan lain yang ikut dalam rombongan itu. Yakni Zhu Gwenyth, Chan Xianlun, dan Lin Valencia. Ketiganya merupakan pengawal PBK angkatan 17, yang bertugas menjaga keluarga Cheung.Para pria jalan cepat menuju tempat pengambilan bagasi. Sementara semua perempuan meneruskan langkah hingga tiba di dekat pintu keluar terminal kedatangan. Gwenyth mengintip dari balik kaca, lalu dia mendekati Earlene yang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status