Share

UnderWorld (Part II)

Mereka sudah berjalan sangat lama, tetapi mereka tidak tahu persis sudah berapa lama. Mungkin mereka sudah berjalan seharian untuk mencari jalan keluar yang tidak kunjung mereka temukan. Setelah berjalan sangat lama tanpa henti,  Zyu dan Laure mulai merasa lelah. Mereka sudah tidak sanggup untuk melanjutkan lagi perjalanan.

Sebenarnya seberapa keras mereka berusaha untuk mencari jalan keluar, maka tidak akan bisa mereka temukan karena memang tidak ada jalan keluar dari tempat mereka berada.

“Bukankah ini aneh. Ditempat yang sangat luas ini kita tidak menemukan apapun!”

Laure juga merasakan hal yang sama. Tidak mungkin tempat yang sangat luas tidak terdapat satu makhluk apa pun. Setidaknya terdapat beberapa monster lemah seperti slime karena tempat mereka sekarang adalah tempat yang biasanya penuh dengan slime. Slime adalah monster paling lemah yang hampir ada di setiap tempat kecuali tempat yang dihuni banyak manusia.

“Apa kalian sudah menyerah?”

Satu hal yang terpikir dalam pikiran mereka berdua bahwa semua ini pasti ada kaitannya dengan sosok yang terus saja berbicara dengan mereka berdua. 

“Dalam mimpimu. Kami hanya sedang beristirahat.”

“Zyu…”

Laure menunjuk ke suatu arah. Wajah Laure menjadi sangat pucat. Ia melihat monster yang menakutkan. Bukan hanya bentuknya saja yang menakutkan tetapi monster itu juga mengeluarkan aura yang sangat besar. Aura yang hanya dimiliki oleh monster yang sangat kuat. Aura yang mampu membuat orang menjadi tertekan hanya dengan aura miliknya saja.

Sebuah wujud yang hanya terdiri dari tulang berwarna putih tanpa adanya otot dan daging sedikitpun .Dari kejauhan monster itu memandangi Zyu dan Laure. Sosok yang tidak mungkin bisa mereka lampaui  meski dengan ratusan tahun berlatih sihir. Sosok itu hanya menatap mereka berdua saja sudah bisa membuat mereka lemas. Meski, monster itu sangat menyeramkan, tetapi ia memancarkan aura yang sangat berwibawa. Monster itu menggunakan sebuah mahkota berwarna emas yang menambah keagungannya. Ia juga mengenakan sebuah jubah berwarna hitam pekat dan di setiap ujung jubahnya dihiasi warna emas yang indah. Dari dalam rongga matanya memancarkan  aura yang berwarna merah membuatnya terlihat menakutkan.

Monster itu terkenal dengan julukan The Master of skeleton karena ia adalah pemimpin dari jutaan pasukan kematian (skeleton) yaitu monster skeleton dalam jumlah yang besar. Monster itu tercatat dalam sejarah pernah membumi hanguskan satu negara dan kemudian ia menghilang dan monster itu tidak pernah menunjukkan dirinya lagi dan menjadi legenda selama berabad-abad. Itu hanyalah legenda dan tidak ada yang berani menjamin kebenaran legenda itu. Bahkan di dalam legenda juga ada yang menceritakan beberapa makhluk yang tidak masuk akal lainnya.

Ketika Zyu melihat hal yang Laure tunjuk membuat dirinya ketakutan dan mereka berdua sangat ketakutan sehingga membuat kaki mereka lemas dan tidak sanggup untuk berdiri lagi.

Meski monster itu tidak memiliki bola mata tetapi mereka berdua merasa bahwa monster itu sedang menatap ke arah mereka. Tatapan yang menakutkan dan juga angkuh. 

“Apa yang harus kita lakukan?”

Sebenarnya ini bukan saat yang tepat untuk bertanya.

“Aku juga tidak tahu.”

Keduanya bingung apa yang harus mereka lakukan. Melawan bukanlah hal yang bisa mereka lakukan dan lari juga bukan pilihan yang bijak. Tidak ada yang bisa mereka lakukan karena mereka merasa tidak akan bisa lolos dari monster itu.

Sebenarnya mereka tidak tahu apa sebenarnya yang ada di hadapan mereka tetapi yang pasti adalah monster itu tidak mungkin bisa mereka kalahkan.

Melihat sosok yang begitu kuat membuat mereka merasa bahwa mereka hanya semut kecil yang kapan saja bisa diinjak. Ini yang mereka takutkan ketika memutuskan untuk mencari jalan keluar. Mereka sudah membayangkan bahwa mereka akan bertemu dengan monster tetapi mereka tidak membayangkan bahwa monster yang mereka temui adalah monster yang sangat kuat.

“Apa kalian sudah menyerah?”

Zyu dan Laure sudah tidak peduli lagi dengan suara itu. Mereka sudah tidak berharap untuk hidup lagi. Mereka sudah tidak ada harapan lagi dan untuk apa berusaha keras untuk bertahan hidup ketika mereka sudah berada di ujung jurang kematian yang kapan saja bisa menelan mereka berdua. Mereka merasa pasrah adalah jalan yang terbaik yang bisa mereka lakukan.

“Apakah semangat kalian tadi hanyalah omong kosong?”

Tidak ada jawaban dari mereka berdua. Mereka hanyut dalam dunia mereka sendiri. Mereka terlalu takut untuk berbicara. Sebenarnya bukan takut tetapi lebih tepatnya untuk apa mereka berbicara hal yang tidak bisa menyelamatkan mereka. Basa-basi sebelum kematian terdengar seperti opsi yang buruk untuk dilakukan.

“Kalian terlalu penakut untuk menjadi budakku.”

Perlahan sosok yang menakutkan dan juga berwibawa itu bergerak ke arah mereka berdua. Mereka berdua tidak berusaha untuk melarikan. Mereka saling memandang satu sama lain dan saling memeluk satu sama lain dengan erat. Berpelukan bukan opsi yang buruk untuk menghadapi kematian yang ada didepan mata. 

“Apakah aku akan berakhir seperti ini?.”

Mungkin ini adalah akhir.

.

Mereka sudah menutup mata dan bersiap menerima nasib mereka, tetapi sudah beberapa menit mereka menutup mata tidak ada yang terjadi. Mereka tidak merasakan sakit sedikitpun. Kematian tidak menyakitkan seperti apa yang mereka bayangkan. Tidak mungkin kematian tidak menyakitkan atau ini karena efek dari mereka berpelukan. Itu yang terlintas di pikiran Zyu. Pemikiran yang tidak masuk akal.

“Apa kematian tidak seburuk yang aku pikirkan?”

“Aku juga tidak tahu.”

Mereka masih menutup mata. Diantara mereka tidak ada yang berani membuka mata. Mereka takut ketika membuka mata mereka akan terjadi sesuatu yang menakutkan atau melihat sesuatu yang mengerikan. 

“Mau berapa lama kalian ingin menutup mata kalian seperti anak kecil seperti itu.”

Mereka mendengar suara yang sangat familiar. Suara yang mereka anggap sebagai orang yang telah menjebak mereka di keadaan mereka sekarang ini. Suara yang sangat tidak ingin mereka dengar lagi.

“Suara menyebalkan ini lagi.”

“Apa maksudmu dengan suara menyebalkan? Bukalah, mata kalian karena kalian sudah aman sekarang.”

Apa maksudnya “sudah aman” atau itu artinya kematian mereka berakhir baik karena berpelukan. Ketika mereka membuka mata yang pertama kali mencuri perhatian mereka adalah sosok seperti anak kecil yang sedang duduk di singgasana yang sangat megah. Sosok anak kecil itu memancarkan aura kepemimpinan yang luar biasa. Sosok itu memancarkan aura yang sangat agung bahkan jauh lebih besar daripada semua makhluk yang ada di sana. Kalau orang bilang sosok anak kecil itu adalah dewa, mereka berdua tidak akan membantah sedikitpun tetapi sayangnya sosok anak kecil itu lebih mirip seperti dewa kehancuran ketimbang dewa kebaikan. Tetapi keduanya tetaplah dewa.

Selain sosok yang terlihat seperti anak kecil itu, terdapat banyak sekali makhluk lain di sana termasuk monster yang mereka lihat beberapa saat yang lalu. 

Mereka berdua tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. 

Yang pasti adalah bahwa mereka berada ditempat yang terdapat banyak monster yang sangat kuat yang mustahil untuk dikalahkan. Satu hal yang mereka sadari sekarang bahwa monster yang tadi mereka lihat bukalah monster yang kuat bila dibandingkan beberapa orang yang berdiri di dekat sosok yang mirip seperti anak kecil itu. 

Mereka penasaran siapa sebenarnya sosok yang mirip seperti anak kecil itu, kenapa ia bisa dikelilingi monster yang kekuatannya tidak masuk akal sehat padahal energi sihir yang keluar dari bocah itu tidak begitu besar. 

Meski sosok anak kecil itu memiliki aura yang sangat agung layaknya Dewa tetapi energi sihir yang terpancar darinya sangat kecil kalau dibandingkan makhluk yang lainnya. 

Sebenarnya tidak semua orang bisa melihat energi sihir. Ini sangat berbeda dengan skill [Appraisal] yang bisa melihat stats seseorang. Skill appraisal hanya bisa melihat stats seperti HP, MP, Lv, Skill seseorang tetapi ia tidak bisa untuk melihat seberapa besar energi sihir yang dimiliki seseorang itu. Energi sihir dan MP itu sangatlah berbeda karena MP adalah mana point yang diperlukan untuk melakukan sebuah sihir atau skill tertentu yang memerlukan beberapa MP, tergantung dengan sihir dan skill apa yang dia gunakan. Sedangkan, Energi sihir bisa disebut sebagai bakat atau bisa juga disebut batas kemampuan seseorang bisa berkembang. Seberapa besar seseorang akan berkembang tergantung dengan seberapa besar energi sihir yang ia miliki. Energi sihir bersifat tetap dan tidak bisa berkurang maupun bertambah. Sangat berbeda dengan MP yang bisa bertambah dengan cara menaikkan level, tetapi tidak akan bisa melebihi jumlah energi sihir yang ia miliki. 

Zyu dan Laure bisa melihat energi sihir dikarenakan mereka menggunakan item. Item yang mereka pakai adalah item yang didapatkan dari dalam suatu dungeon dan orang tua Zyu mendapatkannya melalui lelang. Item itu berbentuk sebuah cincin yang mereka pakai di jari manis mereka tetapi sekarang sudah menyatu dengan daging mereka. Mungkin, sekarang alasan mereka bisa melihat energi sihir bukan karena item lagi.

 “Merlin bawa dan latih mereka berdua.”

Merlin maju  dan menghampiri Zyu dan Laure.

Sebelum berbicara dengan Zyu dan Laure, Merlin menatap mereka berdua dengan senyum yang sedikit menakutkan.

“Saya adalah Merlin dan saya merupakan salah satu dari tujuh jenderal abadi di bawah kepemimpinan Tuan saya yang Agung. Saya yang akan menjadi pelatih kalian mulai sekarang.”

Marlin adalah salah satu dari mereka bertujuh yang hampir mirip seperti manusia. Zyu dan Laure ketika melihat Merlin mereka langsung terpesona dengan kecantikan Merlin. Ia tampak seperti wanita dewasa yang sangat anggun dengan pakaian serba putih, mata biru yang indah, rambutnya cokelat  yang menjuntai panjang hingga ke pinggang yang tertata rapi dan sayap besar yang berwarna putih bersih dibelakang punggungnya. 

Merlin tampak seperti perwujudan kecantikan yang sebenarnya.

Kecantikan yang begitu sempurna.

Zyu dan Laure tidak berbicara sepatah kata pun lagi. Mereka sebenarnya masih tidak mengerti apa yang sebenarnya yang telah terjadi. Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba.

Kemudian Merlin membawa Zyu dan Laure keluar dari ruangan itu. 

.

“Apakah ini akan baik-baik saja, tuan?”

“Mereka dan kita sudah terikat takdir.” 

Keenam Jenderal Abadi lainnya sedikit ragu terhadap Zyu dan Laure. Mereka merasa manusia rapuh seperti mereka akan sulit untuk melaksanakan tugas yang sangat berat. Tugas ini adalah tugas yang harus berhasil apapun risikonya.

“Saya tidak meragukan apa yang tuan katakan.”

Satu hal yang tidak bisa ketujuh jenderal abadi adalah membantah perintah dari tuan mereka yang agung. Meski di dalam hati mereka ada keraguan tetapi tidak boleh menunjukkannya karena mereka tidak boleh sekalipun meragukan apa yang tuan mereka katakan.

“Ternyata apa yang aku lihat semuanya benar” berkata dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status