Jengkol, makanan yang meskipun populer di Indonesia tapi belum tentu banyak disukai. Rata-rata alasannya karena baunya yang menyengat, terutama efek setelah memakannya yaitu ketika kita membuang sisa makanan itu dari tubuh.
Olivia mengangkat mangkuk yang berisi jengkol. “Nggak sebau yang dibilang orang-orang.”
“Tadi direbus dulu,” jelas Dina sambil menata wadah agar berada dalam jangkauan tangan saat proses memasak tiba nanti.
“Kamu memang the best,” puji Olivia lalu mengeluarkan ponsel. Dia mengarahkan kamera depan dan memencet tombol.
Dina terlambat menyadari kalau Olivia sedang merekam sekitarnya. Dia buru-buru menyingkir dari kamera.
“That’s right, guys. Aku akan masak makanan Indonesia. Masak apa? Eits, rahasia. Tungguin videonya, ya.” Olivia menyusuri pesan dari pengikutnya di siaran langsung tersebut. “Dina?” tanya gadis itu tiba-tiba.
“Ya,&rdquo
ItsAyu adalah akun media sosial milik Ayu Mawardi, kakak angkatan di kampusnya dulu. Dia kenal benar dengannya karena Dina pernah magang di suatu hotel di Bandung dan kakak kelasnya itu adalah karyawan tetap di sana.“Baunya memang begini?”Dina tersadar dari benaknya yang mengembara ke masa perkuliahannya dulu. Dia menoleh kepada Olivia yang masih mengaduk semur. Sambil mendekati gadis itu, Dina berkata, “Airnya udah menyusut.” Dia lalu mengambil garpu dan menusuk jengkol pelan. “Dan lembut. Bisa diangkat, Mbak.”“Okay. Nyalain kamera, Din.” Olivia menepuk-nepuk wajahnya dengan tisu sebelum menempelkan spons bedak untuk memulas ulang riasan wajahnya.Dari monitor, Dina cukup terpana menyaksikan gerakan Olivia yang luwes mengaduk semur dan menjelaskan kalau masakan itu telah matang. Gadis itu tidak terlihat canggung sewaktu memindahkan semur jengkol ke piring saji. Olivia adalah tipe orang
Di tengah-tengah perkembangan media sosial yang pesat, cara seseorang mencitrakan dirinya adalah penting. Kita berharap akan diidentifikasikan orang lain sebagai apa; sahabat dekat, kakak yang tahu segalanya, mama online tempat curhat, tetangga seksi, cewek alim, atau bahkan selebritas idola yang super eksklusif.Olivia sendiri memilih identitas sebagai cewek dewasa muda yang menikmati hidup. Jadi, konten yang dia pilih seringkali menampilkan kegiatannya bersenang-senang; wisata, makan-makan, belanja, dan mengikuti tren gaya hidup terkini. Beruntung gadis itu dianugerahi wajah bule yang dipuja-puja oleh banyak warga Indonesia sehingga dengan cepat dia mengumpulkan follower yang kerap mengikuti unggahannya di media sosial.Akan tetapi, kesuksesannya sebagai influencer bukanlah semata-mata karena menunggu durian runtuh. Kecerdasannya dalam melihat peluang sangat berperan di sini. Olivia memanfaatkan kecintaan dan rasa bangga berlebihan penontonnya terha
Kesibukan Dina ketika bertuankan Bastian dan sekarang Leo sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda. Pagi-pagi dia sudah bangun dan bersih-bersih. Dina mencuci piring bekas makan malam Keluarga Armadjati. Kepada Wendy, dia akan menunggu perintah perempuan itu. Jadi, tugasnya baru diberikan sewaktu istri Bastian itu bangun. Di bawah komando Leo, dia diizinkan bereksperimen memasak dengan memanfaatkan bahan yang tersedia di dapur. Oleh sebab itu, sekarang dia ada di dapur untuk menyiapkan sarapan bagi majikannya. Getuk yang sudah dia campur air pandan berwarna semburat kehijauan dalam wadah berbentuk kotak. Kemudian, Dina menyimpannya ke dalam kulkas. Tidak perlu lama-lama, hanya untuk mendinginkan sebelum menyajikannya untuk Leo nanti. Dia tersenyum-senyum membayangkan ekspresi senang laki-laki itu jika melihat jajanan pasar favoritnya itu tersedia di meja. Dina melirik ke meja kecil yang terletak di dapur. Senyumnya kembali melebar. Tadi malam, di sanalah Leo menikmati s
“There you are.”Kedatangan Olivia membuat Wendy minggir. Dia takut dengan perempuan itu. Orang-orang bilang Bastian menyeramkan, tapi Wendy lebih salah tingkah jika berhadap-hadapan dengan kakak Bastian itu.“Hai, Liv,” sapa Wendy yang tidak berbuah tanggapan sama sekali. Dia mengedikkan bahu mendapati perempuan berambut cokelat itu mendekati Dina.Tidak lama kemudian, kedatangan Leonardo mengejutkannya. Namun, melihat raut wajah pria itu yang menegangkan, dia membatalkan niat bermanja-manja dengan kakak iparnya itu. Dia duduk saja dan mengamati semuanya.Wendy mencibir begitu Dina berpura-pura tenang menawarkan makanan. Pembantu satu itu memang pintar memanipulasi keadaan. Dia sudah mencurigai sejak wanita itu datang ke rumah ini. Rok seragamnya terlalu pendek. Dia yakin Dina sengaja menggunting bagian bawahnya. Belum lagi ukurannya yang kekecilan sehingga menunjukkan lekuk-lekuk tubuh pembantu itu dengan jelas. Wajar sa
Dina melirik pendingin udara di ruang kerja Leo yang menyala sempurna. Tapi, keringat di dahi laki-laki itu bercucuran. Dina dalam situasi serba salah. Dia ingin menanyakan banyak hal. Dia mau menjelaskan semua kesalahpahaman.“Startup saya, Pitidoku ikutan diserang rating satu.”Dina ikut-ikutan keringat dingin. Dia mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Kenapa dia harus menceritakan semuanya secara lengkap kepada Ayu? Harusnya ucapannya simpel saja, meminta kakak angkatannya itu menengok ayahnya. Itu saja cukup.“Maaf,” lirih Dina berkata.Leonardo menatapnya. Dina sudah beberapa kali menyaksikan wajah pria itu dengan segala ekspresinya. Dia menjamin saat itu raut wajah laki-laki itu jauh dari kata bahagia. Marah dan kecewa, itu sudah pasti. Benci?“Hubungi temanmu itu.”Memang itu yang disarankannya dari tadi. Namun, kepanikan kakak-beradik itu mengaburkan akal sehat mereka. Sudah, sudah
Semalaman itu Dina tidak bisa tidur. Kalau saja dia memiliki ponselnya sendiri di tangannya, Dina pasti sudah menelusuri media sosial yang membicarakan kasus Olivia. Dia sudah mendengar klarifikasi Ayu yang dibacakan oleh Leonardo. Ya, kakak kelasnya itu mengunggah pernyataan maaf karena telah salah paham. Dina mungkin tidak begitu mengingatnya kata perkata, tetapi dia beruntung karena senior kampusnya itu mau melaksanakan permintaannya juga. Ayu bersedia mengatakan keberadaan Dina adalah secara sukarela. Detilnya, dia tidak begitu tahu karena Olivia dan Leo tidak memberikannya kesempatan untuk melihat butir klarifikasi itu secara utuh.Dina berguling di kasurnya. Di sebelah ranjangnya, Mbok Surti tertidur lelap. Memorinya membuka kembali momen malam di mana pembantu setia Keluarga Armadjati itu membantunya kabur. Dia memejamkan mata. Tidak ingin mengingat-ingat peristiwa yang membuatnya trauma tersebut. Kalau saja waktu itu usaha pelariannya berhasil, begitu Dina membatin.
Denging di telinganya perlahan-lahan menghilang sewaktu sayup-sayup Dina mendengar suara Leonardo. Dia menajamkan telinga seraya mencoba menaikkan tubuhnya. Lututnya bergetar dan dia jatuh terduduk kembali.“PAPA!”Pikiran Dina tidak dapat mencerna pemilik suara tersebut. Matanya setengah terbuka dan menutup secara berganti-gantian sewaktu dia merasakan sentuhan tangan di bahunya. Lalu tangan yang sama itu mengangkatnya.“Dia bisa pingsan!”“Hm, too bad. Mati lebih baik buatnya.”Level kesadaran Dina seketika meningkat mendengar ancaman kematian tersebut. Dia memaksakan diri membuka mata dan mendapati mata gelap Leonardo memandanginya. Tak dapat dia pastikan apa arti tatapan itu; apakah kekhawatiran atau kekecewaan? Pasti yang terakhir, ujarnya dalam hati.Leonardo menopangnya dan menuntunnya ke kursi terdekat di ruang makan tempat mereka berada saat ini. Dia melengkungkan badan mencoba mengalirka
Semuanya terjadi begitu cepat. Dari tempat duduknya, Dina memperhatikan orang-orang hilir mudik melakukan entah apa. Ralat, sebenarnya dia tahu tujuan mereka mondar-mandir di depannya. Hanya saja, Dina enggan untuk menerima kenyataan kalau ini semua demi acara pengumuman pertunangannya dengan Leonardo Armadjati.Dina menarik napas panjang dan mengeluarkannya perlahan-lahan. Sepertinya baru kemarin dia dibawa paksa ke rumah ini, disiksa sedemikian rupa, dan terpenjara sebagai tawanan.“Hey, you can’t wear those!”Dina menoleh. Olivia. Sewaktu mendengar titah Pak Hidayat, gadis itulah yang pertama kali merasa gembira. Dina pikir itu karena Olivia dapat memulihkan citranya sebagai selebriti dunia maya.“Ayo, ikut saya!”Dina bergeming. Sejak menginjakkan kaki di rumah ini, dia harus menuruti perintah semua anggota Keluarga Armadjati, baik ketika menjadi tawanan Bastian maupun sebagai tunangan Leonardo. Sama-sama