Share

DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU
Penulis: Yazmin Aisyah

Bab 1. Malam pertama

DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU

"Kamu sudah gosok gigi?"

Aku terkejut mendengar pertanyaan Mas Haris, lelaki yang baru dua belas jam lalu menjadi suamiku. Resepsi baru saja selesai dan kini kami berdua tengah berada di kamar pengantin. Rasa deg deg an dan jantungku yang berdebar kencang seketika buyar mendengar pertanyaannya.

"Sudah Mas. Tadi setelah makan malam."

"Hemm, gosok gigi lagi sana."

Aku tertegun. Mas Haris memalingkan wajahnya yang tampan dari wajahku. Padahal kami tadi hampir saja…

"Ayo cepat gosok gigi."

Aku mengalah, turun dari kasur dan masuk ke kamar mandi. Di depan cermin wastafel, kutatap pantulan diriku, yang masih tampak cantik sisa sisa riasan pengantin. Kuraih sikat gigi dan mulai mengisinya dengan odol. Tak mau membuat Mas Haris menunggu lama, aku segera gosok gigi, memakai obat kumur dan memastikan aroma dari mulutmu wangi. Meski perasaan tak enak mulai menelusup mendapati perintahnya tadi.

Keluar dari kamar mandi, aku tertegun mendapati lelaki yang baru saja sah menjadi suamiku ini sudah tertidur lelap. Dia berbaring miring menghadap ke pinggir, sehingga jika aku ikut berbaring di sebelahnya, maka dia akan memunggungiku. Aku menghela nafas, mengikat kembali kimono tidur dan mulai merebahkan diri.

Haris Pradana, seorang dosen bergelar doktor di Universitas ternama di kotaku. Aku mengenalnya dari Mama, yang mulai khawatir melihat aku tak juga punya gandengan hingga berusia dua puluh enam tahun. Aku akhirnya pasrah dengan perjodohan ini ketika melihat latar belakang keluarganya yang tanpa cela. Berharap cinta akan tumbuh seiring pernikahan. Perbedaan usia yang cukup jauh, dua belas tahun, kuharap juga mampu membuat kami saling mengisi. Setelah tiga bulan menjajaki, akhirnya kami resmi menjadi suami istri hari ini.

Dan kini, malam pertama yang kuharap tak terlupakan, nyatanya terlewat begitu saja. Tak ada ucapan romantis, atau pelukan mesra. Jangan lagi berharap kami melakukannya seperti kebanyakan pengantin baru lainnya. Dia kini tertidur sambil memunggungiku. Dengkur halus yang terdengar dari bibirnya, menjadi irama musik pengantar tidur untukku.

***

"Nadya, kamu bikinin aku kopi? Ini tadi gelasnya sudah disterilin dulu belum?"

Sapaan pagiku langsung berupa kalimat panjang. Mas Haris baru saja keluar kamar, dengan pakaian rapi, berkemeja biru muda dan celana panjang hitam.

"Itu gelasnya bersih Mas. Aku ambil dari rak piring."

Mas Haris urung duduk di meja makan. Dia mengambil gelas kopinya dan tanpa kuduga, membuang isinya ke tempat cuci piring. Setelah membuang isinya, dia meletakkan gelas itu, dan mengambil gelas yang baru dari dalam rak piring. Dituangkan nya air panas dari termos ke dalam gelas, lalu di goncang goncang hingga merata. Setelah itu, Mas Haris membuang air dalam gelas dan memberikan gelas kosong itu padaku.

"Bikin lagi. Lain kali, semua perabotan makan untukku harus kamu steril lebih dulu. Kau mengerti?"

Aku menelan ludah. Bukannya meminta maaf karena telah meninggalkanku tidur di malam pertama kami, aku justru mendapat tutorial mensteril alat makan.

Tak mau membantah, aku melakukan apa yang dia perintahkan. Setelah meletakkan gelas kopi yang baru di atas meja, aku duduk di sebelahnya. Namun tiba-tiba, Mas Haris menggeser kursinya menjauh.

"Sebaiknya kau duduk agak jauh Nad. Emm, aku tak suka duduk terlalu dekat dengan orang yang baru ku kenal."

Deg. Jantungku seakan berhenti berdetak. Kami memang belum lama mengenal, tapi kan, aku istrinya. Sebenarnya, siapa suamiku ini sesungguhnya? Seorang clean freak?

Kulihat kini Mas Haris memandangi hidangan sarapan di atas meja. Kami memang langsung pindah ke rumah sendiri usai resepsi di gedung dan sedikit ramah tamah di rumah Mamaku semalam. Alasannya, Mas Haris tak punya banyak waktu libur. Pekerjaan telah menunggu. Aku harus rela mengubur anganku tentang bulan madu di tempat impian. Kupikir inilah resikonya menikah dengan lelaki Workaholic.

Tiba-tiba kulihat Mas Haris mendorong piringnya yang bahkan sama sekali belum tersentuh isinya itu. Dia lalu menarik tempat roti dan mengambil selembar roti tawar, mengisinya dengan selai nanas dan memakannya tanpa bicara. Aku menatapnya dengan hati tak enak. Dia menolak makan pagi yang telah kubuat dengan susah payah sejak setelah subuh tadi.

"Lain kali tanya dulu aku mau makan apa. Jangan asal masak." Ujarnya sambil mendorong kursi ke belakang dan pergi begitu saja.

Seperti inikah rasanya pengantin baru? Kemana rasa semanis madu yang harusnya kukecap hari ini?

Selagi aku melamun sambil memandangi meja makan yang tak dia sentuh isinya, suara mobilnya pergi meninggalkan rumah terdengar. Aku menekan dada yang tiba-tiba terasa sesak. Ternyata, aku telah menikah dengan seorang asing, yang sama sekali tak kukenal.

***

Malam sudah merangkak naik ketika deru mobil Mas Haris memasuki halaman terdengar. Aku bergegas menuju pintu dan membukanya. Aku mendekat hendak meraih dan mencium tangannya, tapi Mas Haris justru mundur, dan menyembunyikan tangannya dibalik badan.

"Kamu udah cuci tangan belum? Habis pegang apa tadi?"

Aku tertegun, menatap lelaki itu tak mengerti. Tanpa merasa bersalah, Mas Haris langsung masuk ke dalam kamar. Kecewa dan tersinggung berat akibat perlakuannya sejak kemarin malam hingga malam ini, aku mengejarnya ke dalam kamar.

"Mas! Kamu itu kenapa sih? Aku salah apa?" Ujarku sambil memegang tangannya.

Diluar dugaanku, Mas Haris menyentak tangannya yang kupegang hingga aku terhuyung huyung. Kami bertatapan dan seketika aku bergidik melihat bara api di matanya.

Aku, semakin merasa tak mengenalnya.

"Nadya, berani sekali kau menyentuhku! Sekarang kemasi barang-barangmu dan pulang ke rumah orang tuamu!"

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sri Hartati
suami bikin mual
goodnovel comment avatar
Bilqis Najwa
Suami kok gtu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status