Seketika dua pria tegap berpakaian militer lengkap dengan lencana melangkah dengan gagah ke tengah-tengah kerumunan. Mereka diiringi oleh beberapa Ajudan dengan senjata yang tersembunyi di balik baju. Lalu berhenti tepat di belakang posisi Adam berdiri.
Sontak saja keluarga Any memandang penuh keheranan."Siapa mereka sebenarnya?""Mungkinkah mereka tamu undangan James. Tapi mengapa mereka seperti mengawal si gembel tengik itu?!""Tidak, tidak mungkin seorang tak berguna seperti Adam mempunyai power hingga memiliki koneksi para perwira untuk melindunginya!"Mereka tak berhenti mempertanyakan akan kejadian itu.Any menoleh ke arah James. Lalu bertanya sekali lagi, "James, aku bertanya padamu, kamu yang mengundang mereka?"Namun James tetap terdiam. Tampak wajahnya membatu memandang Adam yang telah berada di hadapannya.James semakin melangkah mundur dari posisinya. Untuk mendekati para pengawalnya yang berada di belakang.Setelah berada di samping seorang pengawal, James menoleh ke seorang pengawalnya. Dan mendekatkan mulutnya ke telinga salah satu pengawal yang berperawakan tinggi kekar itu. Ia adalah kepala dari seluruh pengawalnya.James tampaknya memberikan sebuah pesan. Tak jelas apa yang dikatakannya. namun dari gelagatnya, Adam telah bisa membaca situasi."Siap laksanakan Bos...," ucap kepala pengawalnya, berbisik seraya menganggukkan kepala. Lalu pria tegap berkepala pelontos itu menoleh ke para pasukan mafia yang telah berdiri di belakang.Dan seketika puluhan Mafia mengeluarkan senjata dari balik bajunya. Lalu mengarah langsung ke hadapan Pasukan militer."Berlutut kalian semua!" Seru Sang kepala mafia seraya menodongkan senjata.Sontak saja seluruh tamu undangan dan keluarga Any tercengang melihat apa yang terjadi. Dan seketika mereka berhamburan mencari tempat aman.Any, Jhony dan Angel masih berdiri membeku memandang apa yang dilihatnya. Mereka tak menyangka, James yang mereka banggakan ternyata seorang mafia. mulut mereka tampak menganga hingga lupa diri."Ada apa dengan semua ini?""Siapakah Adam dan James sebenarnya?!"itulah yang ada dibenak semua orang yang berada di sana.Bahkan Lusiyana tak pernah sekalipun mengetahui tentang perihal jati diri Adam yang sebenarnya. Tampak ia membatu tak bisa berkata-kata. ia berdiri di sudut ruangan. Tiba-tiba Dua pria bertubuh kekar menariknya dengan paksa dan menghadapkannya ke depan James.James tertawa lepas melihat Lusy yang tersiksa. Namun sebenarnya ia menyembunyikan rasa ketakutannya di hadapan Adam. "Hahaha! Wanita ini akan ku jadikan budak nafsu ku! Itu semua karena kau telah merusak acara pertunanganku dengannya!""Adam! tolong aku! aku tak mengerti dengan semua ini. Selamatkan aku dari mereka Adam!" lusy begitu ketakutan dan histeris. Namun para mafia yang bengis tetap saja memperlakukan Lusy dengan kasar. Mereka menarik Lusy dengan menjenggut rambutnya."Pertunangan mu tak akan sah! karena dia adalah milikku!""Sekarang, lepaskan dia atau kepalamu yang akan ku lepas dari tubuhmu!" Adam begitu murka.Tanpa banyak kata, Tiba-tiba James mengambil sebilah pedang katana dari tangan seorang pengawal. Lalu dengan cepat membuka pedang dari sarungnya.Ujung pedang itu mengayun ke kepala Lusy. tiba-tiba, Tapp!Dengan sangat cepat Adam bergerak, menangkap pedang itu dengan tangan kosong. Dan dalam waktu sepersekian detik, pedang itu telah berpindah ke tangan Adam.tentu saja pemandangan itu membuat semua orang terkejut."Persetan denganmu!""Kau selalu saja menggagalkan rencanaku!" seru James dengan wajahnya tampak memerah murka memandang Adam."Kali ini aku tak akan membiarkanmu. Aku akan segera menyelesaikanmu di sini!" jawab Adam, seraya menatap James dengan tajam."Hahaha! Kau pikir akan mudah untuk melakukan itu?""lihat saja, siapa yang akan mati di tengah-tengah kerumunan ini. Jika kau yang mati, maka Lusy dan anakmu, Paul. Akan ku menjadi budak dan akan ku kirim ke sindikat penjual organ! Hahaha!" seru James, tertawa terbahak-bahak.Tiba-tiba sebuah pistol revolver dikeluarkan dari balik bajunya. James akan melontarkan peluru panas tepat di kepala Adam.Namun hal itu dapat digagalkan. Adam seketika menendang pistol itu hingga terlempar ke atas lantai.Ancaman itu langsung direspon pasukan militer dengan mengeluarkan senjata dan mengarahkan ke James dan pasukannya.Namun Adam memberikan isyarat kepada mereka dengan membuka telapak tangannya ke arah belakang. Untuk tidak bertindak gegabah.Lalu pasukan pun memasukkan kembali senjata ke balik bajunya.Seorang Letnan menghampiri Adam dan mendekatkan wajahnya tepat ke telinga."Mohon izin bertanya Jendral. mengapa anda menyuruh kami untuk menyembunyikan senjata? bukankah itu merupakan sebuah ancaman?" bisik Letnan Zhen, bertanya."Aku tidak ingin terjadi pertumpahan darah di rumah ini. Jika kita bertempur di tempat ini. Maka akan berapa nyawa tak berdosa yang akan ikut menghilang,"ucap Adam, berkata pelan."Siap saya mengerti Jendral," ucap Letnan Zhen."Bagus, sekarang silahkan anda mundur. Karena aku akan memberikan hukuman untuk mereka," ucap Adam dengan santai. lalu ia kembali menatap James dengan tajam.Setelah mengetahui secara langsung, bagaimana kehebatan Adam. Nyali James semakin menciut.Adam melangkah mendekati Lusy, Dan tak ada satu pun mafia yang berani menghalangi langkahnya. mereka tampak mundur saat pria bertubuh kekar itu melangkah."Adam! tolong selamatkan aku dari mereka!" seru Lusy, seketika berlari menghampiri Adam. Lalu bersembunyi di balik punggungnya.Di kala Adam melangkah dengan gagah menghampiri mereka. James semakin melangkah mundur bersama pasukannya. Dari raut wajahnya terlihat adanya rasa ketakutan yang luar biasa."Sekarang kalian keluar dari rumah ini. Dan mari kita selesaikan!" seru Adam dengan tegas.Wanita itu tampak begitu agresif kepada Adam. Membuat Adam semakin geram kepadanya."Aku tidak mengenalmu!""Pergi Kamu!" Adam membentak wanita itu.Namun perempuan itu semakin tak terkendali layaknya seorang pemabuk."Sayang, jangan begitu dong. Kamu kan sudah menyewa jasaku. Harusnya kamu menerima aku untuk melayani kamu...""Pergi!" Tiba-tiba Adam mendorong wanita itu lalu melangkah pergi begitu saja.Ia meninggalkannya di luar gerbang seorang diri.Namun sebenarnya, wanita itu tidaklah datang seorang diri.Ia melirik sambil tersenyum seseorang di sisi jalanan yang tengah merekam video.Lalu ia memberikan sebuah jempolnya yang menandakan semua berjalan dengan lancar.***Adam kembali ke dalam pagar dan menghampiri Lusiana yang tengah berdiri menunggunya di pekarangan."Ada apa sih? Kenapa ada suara seorang wanita?" tanya Lusiana, khawatir."Orang gila baru saja datang di rumah kita. Abaikan, Kita masuk saja ke rumah," ucap Adam.Lusiana yang penasaran tiba-tiba melangkahkan kaki ke
Mendengar permintaan Any, Lusiana dan Adam saling bertatapan.Lalu Lusiana kembali menatap Any seraya menggelengkan kepala. "Aku gak tau lagi harus berbicara apa. Jumlah itu terlalu besar. Untuk apa uang sebanyak itu ma?"Any lantas menjawab, "Sejujurnya, mama terpaksa meminjam uang kepadamu. Dikarenakan Mama memiliki hutang pada bank dan harus diganti dalam satu bulan ini.""Astaga, hutang untuk apa ma?" tanya Lusiana."Mama baru saja membeli mobil baru. Mobil yang lama sudah reot. Mama malu membawanya," Ucap Any.Mengetahui hal itu, Lusiana semakin murka terhadap Any. Kehidupannya yang terlalu hedonis membuat Any terjebak ke dalam jeratan hutang."Mama sangat keterlaluan. Padahal mobil mama masih bagus dan layak pakai. Kenapa Mama mudah sekali membuang-buang uang untuk suatu hal yang kurang berguna!" Seru Lusiana."Mama malu, Teman-teman arisan Mama sudah memiliki mobil baru yang mewah. Tapi mama, selama 3 tahun ini belum mengganti mobil baru," Jawab Any.Mendengarnya ucapan Any, me
Setelah memakan waktu setengah jam perjalanan, mobil yang membawa Adam telah tiba di AR Hospital.Mereka keluar dari mobil lalu seorang penjaga keamanan seketika menghampiri."Selamat datang pak Adam dan ibu Lusiana," Ucap penjaga keamanan tersebut."Terima kasih, apakah semua sudah berkumpul di ruang rapat?" tanya Adam."Sudah pak. Silahkan bapak menuju ke sana. Karena seluruh petinggi sudah menunggu bapak," Ucap sang petugas keamanan.Lalu Adam berbalik badan dan menatap Lusiana yang tengah duduk di bangku tengah."Lusiana, kamu mau ikut denganku ke dalam?" tanya Adam.Lusiana tampak tengah memperhatikan ponselnya. Namun ia seketika berbalik arah memandang Adam dan berkata."Tidak, biar aku akan menunggumu saja. Aku sedang berkomunikasi dengan keluarga," Ucap Lusiana."Baik, tak apa. Kamu tunggu saja di sini. Aku akan kembali beberapa jam lagi," Jawab Adam."Aduh, apakah bisa sedikit dipercepat?""Aku harus ke rumah mama. Karena keadaan mama sedang tidak baik-baik saja," ucap Lusian
Setelah dua jam pertempuran berdarah. Suara sirine ambulance terdengar berdatangan. Untuk membawa jasad seluruh anggota mafia dan dua pemimpinnya untuk kemudian dibawa menuju ke rumah sakit kepolisian.Adam dan seluruh pasukannya kembali ke Kediamannya.Di istana Rudiant, Lusiana dan Paul menunggunya dengan harap-harap cemas.Kala mobil Pasukan telah tiba, raut wajah sumringah seketika terpancar dari wajah Lusiana.Adam keluar dari mobil langsung menghampiri Lusiana yang tengah menggendong Paul."Lusiana! Kamu sudah menungguku dari tadi?" tanya Adam, seraya melangkah mendekati istri dan anaknya."Aku sudah sangat mengkhawatirkanmu, kamu kenapa lama sekali pulangnya?" tanya Lusiana."Kami mendapat perlawanan sengit saat melakukan penyergapan. Beruntung seluruh pasukan selamat dalam bertugas," Ucap Adam."Bagus kalau begitu, aku pikir akan banyak memakan korban. Tapi ternyata semua baik-baik saja," Ucap Lusiana."Ya sudah, mari kita masuk rumah. Aku sudah sangat lelah dan lapar,"ucap Ad
Mendengar suara bising di ruangan parkir, membuat semua orang mengalihkan perhatiannya."Tolong periksa di ruangan parkir!" Seru Dasvanco kepada anak buahnya."Siap tuan!" Jawab salah satu anak buahnya.Lalu dua anak buah menuju ke ruangan parkir yang tak jauh dari ruangan tengah.Sesampainya di parkiran mobil, mereka terkejut melihat ban mobil yang telah kempes."Sungguh aneh! Bagaimana mungkin ban mobil ini bisa kempes dengan sendirinya," Ucap salah satu mafia, terlihat keheranan."Biar aku yang memeriksanya," Ucap rekannya.Lalu ia memeriksa ban mobil itu dengan seksama.Tiba-tiba sebuah peluru melesat menembus kepala dua mafia tersebut.Dua anggota mafia seketika tewas di tempat.Hingga 10 menit berselang, Dasvanco menunggu dua anak buahnya. Namun tak kunjung kembali ke hadapannya."Kenapa mereka berdua tidak kembali! Tolong periksa keadaan mereka!" Seru Dasvanco."Siap Tuan,"jawab salah satu anak buahnya.Lalu ia menuju ke ruangan parkir tersebut.Dan selang beberapa menit, satu
Saat malam mulai menjelang, sebuah mobil audy hitam telah tiba di depan istana Rudiant.Dua pengawal seketika menghampiri untuk menyambutnya."Selamat malam Tuan Jody, senang anda bersedia untuk datang memenuhi panggilan. Pak Adam sudah menunggu anda," Ucap Sang pengawal."Ya, di mana dia sekarang?" tanya Jody."Pak Adam sudah menunggu anda di ruang tamu. Silahkan masuk Tuan," Ucap sang pengawal."Baik, Terima kasih," Jawab Jody.Lalu ia melangkah menuju ke arah pintu rumah. Saat ia memasuki rumah bak istana tersebut.Adam langsung berdiri dari bangku sofa. Dan menyambut kedatangan Jody."Selamat datang Jody, bagaimana kabar anda sekarang?" tanya Adam, seketika menyodorkan tangan kepadanya."Aku baik-baik saja. Bagaimana juga dengan keadaan anda sekarang?" tanya Jody."Akhir-akhir ini, aku dibuat pusing oleh para mafia. Mereka sedang gencar-gencarnya melakukan serangan balas dendam. Tadi pagi, rumah sakit diserang oleh seseorang tak dikenal. Dan aku mengundang kamu kesini untuk menany