Share

DENDAM SANG WANITA PENGGODA
DENDAM SANG WANITA PENGGODA
Penulis: Venny

Bab 1. Membuatmu Mampu

"Aku belum mati?" batin Alula sambil berusaha membuka mata, berusaha melawan terik mentari, "setelah apa yang terjadi, bukankah aku memiliki hak untuk mati?"

Amarah, menguasai jiwa. Saat ini, tubuhnya telentang di atas bebatuan raksasa pemecah ombak yang ada di sekitar dermaga. Ya, ia tiba di ibukota setelah tujuh hari perjalanan laut. Tujuh hari itu pula, ia hidup dalam neraka nyata. 

Alula telah diperkosa secara brutal oleh tiga orang pria. Tubuhnya mati rasa dan aroma busuk menguar. Namun, ironisnya ia belum mati. 

Tidak ada air mata yang mengalir, tidak ada rasa sakit yang ia takuti. Rasanya, dia ingin menghantui manusia-manusia bejat itu. Tunggu! Manusia? Tidak! Mereka lebih rendah dari binatang. 

"Mengapa Engkau belum mencabut nyawaku? Aku tidak mungkin dapat hidup, setelah semua yang dilalui." Alula hanya dapat membatin. Ia tidak memiliki tenaga, tubuhnya hanya tulang berlapis daging yang tidak dapat digerakkan. 

Di saat itulah, satu sosok menjulang tiba-tiba muncul di depannya. Sosok itu menghalangi terik mentari yang sedari tadi membutakan pandangannya. 

"Kamu harus tetap hidup, untuk dapat membalas perbuatan bejat mereka dan aku akan membuatmu mampu," ucap pria itu sambil mengulurkan tangannya.

Alula, memfokuskan tatapannya dan mencoba melihat siapa itu. Apakah sosok itu adalah malaikat maut yang akan mencabut nyawanya? Sepertinya bukan. Sosok itu terlihat begitu menawan. Apakah pria itu manusia? Atau, apakah malaikat yang hendak mengambil semua rasa sakit yang melekat di jiwa? batinnya. 

Alula mengerjap mata beberapa kali, dengan tatapan tertuju pada tangan kokoh yang terulur di hadapannya. Kata-kata itu, terdengar layaknya sumpah. Apalagi tatapan dari mata monolid hitam kelam, menunjukkan bahwa setiap perkataan itu adalah mutlak. 

"Namun, bagaimana aku dapat hidup setelah apa yang dialami?" batin Alula. Ya, bagaimana ia dapat hidup dengan menanggung malu seperti ini? Belum lagi, ia yakin luka pada tubuhnya sudah membusuk. 

"Aku Jayden Lee, ketua triad klan Lee. Percayalah dengan harta dan kekuasaanku, kamu dapat melakukan apa saja nantinya. Namun, semua itu dapat terjadi jika kamu juga memiliki tekad. Balaslah perbuatan mereka, beratus-ratus kali lebih kejam."

Jayden Lee menatap Alula tanpa rasa jijik. Melihat orang mati ataupun sekarat bukanlah hal yang baru. Dia bahkan baru saja menembak mati pengkhianat di klan Lee. Hanya dengan melihat, Jayden tahu wanita ini adalah korban pemerkosaan yang ditelantarkan untuk mati. 

Jayden kini dapat melihat keraguan di mata hazel itu. Keraguan tidak diizinkan bagi mereka yang hendak membalas dendam. Jadi, ia hanya sedikit menjelaskan apa yang mampu dilakukannya. Ya, ia dapat melakukan apa saja di negeri ini dan terlepas dari tuntutan hukum. Itu semua karena kekuasaan yang dimilikinya. 

Alula, menatap pria itu sekali lagi. Menilai kemampuan pria itu, apakah sesuai dengan yang diucapkan. Terlihat jelas, pria itu kaya raya. Balutan jas terbalut sempurna di tubuh tegap, seakan setelan itu khusus dijahit untuk si pemakai. Arloji yang melingkari pergelangan tangan kokoh itu, juga terlihat mahal. Terlepas dari semua itu, yang membuat Alula percaya adalah karena tatapan pria itu. 

Berusaha untuk mengangguk, sebab Alula tidak memiliki kekuatan untuk mengangkat tangan guna menyambut uluran tangan pria itu. 

"Keputusan yang bijak. Percayalah, saat kamu menjadi salah satu dari klan Lee maka semua hal baik akan menghampirimu," janji Jayden, saat menangkap gerakan kecil pada kepala Alula. 

Setelah mendengar janji pria itu, kesadaran Alula kembali meninggalkannya. Dunianya menjadi gelap gulita, tapi saat ini ada setitik cahaya harapan yang menerangi kegelapan itu. 

Jayden melepaskan jas abu-abu yang ia kenakan dan digunakan untuk menyelimuti tubuh wanita itu. 

"Angkat tubuhnya dan segera perintahkan helikopter mendarat!" perintah Jayden kepada salah satu kaki tangannya. 

"Baik Tuan!"

Jayden bersama dengan barisan kaki tangannya, kembali melakukan perjalanan menggunakan mobil menuju helipad terdekat. 

Di dalam mobil Bugatti Galibier hitam, Jayden menoleh dan menatap wanita yang didudukan tepat di sampingnya, di kursi penumpang bagian belakang. Apa yang ia lakukan, murni bukan karena belas kasihan. Melainkan, karena tatapan wanita itu. 

Tatapan yang menunjukkan tidak takut akan kematian dan diselimuti amarah, membuat Jayden mengambil keputusan ini. Ia yakin, suatu saat wanita ini akan berguna bagi klan Lee. 

"Cepatlah! Aku tidak ingin wanita ini mati di dalam perjalanan!" perintah Jayden kepada supir. 

"Baik Tuan," jawab si supir dan mempercepat laju kendaraan. 

Bugatti Galibier hitam melaju kencang, meninggalkan dermaga. Mereka menuju ke salah satu hotel milik Keluarga Lee yang berada tidak jauh dari dermaga. Di sana, helikopter sudah terparkir dan akan membawa wanita ini ke rumah sakit ternama di ibukota. Rumah sakit di mana Keluarga Lee juga memiliki saham. Di sana, perawatan terbaik akan diberikan untuk senjata barunya. Semoga firasat Jayden tidak salah untuk menyelamatkan wanita ini.

****

"Jadi, bagaimana kondisinya?" tanya Jayden, kepada dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi.

Mereka tiba sore hari di rumah sakit. Perempuan yang baru diselamatkan Jayden juga segera ditangani oleh dokter-dokter terbaik secara cepat. Jadi, dia mengharapkan hasil terbaik dari segala usahanya. 

"Kami sudah melakukan yang terbaik, tapi--" gantung dokter itu ragu.

"Tapi apa?" tanya Jayden, tidak sabar. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status