Share

Sandiwara

Penulis: ikan kodok
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-14 20:35:56

Part 2 (Sandiwara)

Setelah melewati perjalanan kurang dari 25 menit, kini mobilku sudah berhenti diparkiran cafe, tempat dimana Mas Hanzel dan Mega berada. Sebelum turun dari mobil aku sempatkan memperbaiki penampilan ku yang nampak berantakan. Rambut yang biasanya kukepang kini kubiarkan tergerai indah, dan aku melepaskan kacamata yang biasanya kupakai. Tak lupa aku juga memoles sedikit lipstik pada bibirku agar tak nampak pucat. Mulai hari ini dan seterusnya Kinan akan tampil beda. 

Dengan tergesa-gesa aku turun dari mobil, langkah kakiku mulai memasuki cafe. Mencoba menguatkan diriku, menahan ribuan amarah yang meronta untuk di ledakan. Mas Hanzel pasti lebih memilih Mega ketimbang diriku yang hanya batu loncatan. Meski kami sudah hidup dalam satu atap selama kurung waktu yang lama. Bukan kah lama sebuah hubungan tidak menentukan pasanganmu setia atau justru sebaliknya. Itulah yang kini ku alami. 

Kamu sanggup, Kinan. Kamu bisa, kamu kuat. Kalimat itu yang pada akhirnya ku persembahkan untuk diriku. Pengkhianatan yang tak pernah terlintas dalam benakku, malah terkuak. Mau tak mau aku harus ambil tindakan. Melepaskan diri lebih cepat dari pada terus terjebak dalam kebohongan yang Mas Hanzel ciptakan. Entah sudah berapa juta kebohongan yang Mas Hanzel utarakan padaku. Tak ada kebahagiaan, melainkan rasa sakit. Dan apa lagi yang harus ku pertahankan?

****

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling cafe, mencari dua makhluk yang tak tahu diri itu. Dan benar saja mereka ada di meja paling ujung, tangan Mas Hanzel bahkan terus membelai pipi Mega. Aku mengigit bibir, bagaimana dengan leluasanya wanita yang kuanggap sahabatku itu bermanja dengan pria yang tak lain suamiku sendiri. 

Selama menjadi istrinya aku tak pernah diperlakukan semanis itu. Mengobrol saja jarang apalagi diperlakukan istimewa layaknya pasangan suami-istri pada umumnya.

Ya Tuhan sesakit ini. Kumohon, kuatkan diriku, ayolah Kinan kau datang ke mari bukan untuk meratapi nasibmu yang malang.

Aku menghela napas panjang untuk kesekian kalinya, meremas dadaku yang teramat nyeri. Dalam sesak tak terkendali aku masih mampu menyebut namanya. 

Dua tahun? Dua tahun aku menjadi orang bodoh yang terus percaya pada kata orang akan berubah. Lihatlah sekarang, ia tak berubah Kinan, kau lah yang terjatuh lebih dalam. 

Semua yang ku bayangkan terasa indah, kini menamparku dua kali lebih keras. Aku pikir ia hanya belum bisa menerima kehadiranku, dan lagi aku salah. Ada sosok lain yang menjadi tempatnya berlabuh dan lebih berarti dariku.

Aku menoleh kebelakang, menyembunyikan rintihan pilu yang hanya mampu kupendam. Entah sejak kapan Stev sudah berdiri di belakangku, pria itu tersenyum dan mengisyaratkan supaya aku tetap kuat.

“Ini kamu Kinan, Astaga saya hampir tak mengenalimu,” sapanya. Aku mengulas senyum sebagai balasan. Tak berniat mengucapkan sepatah katapun. Hati ini masih nyilu tak terkira. Aku berutang banyak pada Stev. Jika saja ia tak memberitahu ku, aku tak bisa bayangkan sehancur apa aku nantinya.

Aku mengabaikan keberadaan Stev, tanpa kusadari rasa sakit ini mengiringku menuju Mas Hanzel. Aku meletakkan tasku di kursi yang tak jauh dari meja Mas Hanzel. Mengambil gelas yang masih berisi jus. Aku memutari gelas itu di tanganku, memandang jus ini dan mereka bergantian.

“Apa yang ingin kamu lakukan, Kinan? Jangan membuat keributan, kamu lupa siapa suamimu?” tanya Stev beruntun. Siapa suamiku? Tentu saja aku tak akan lupa siapa Hanzel, pria yang dengan mudahnya membuatku mencintainya, setelah itu. Yah seperti ini keadaannya.

Aku tersenyum tipis, Mas Hanzel punya kekuasaan. Ia berasal dari kalangan atas, keluarganya disegani dan di hormati banyak orang. Satu kesalahan yang tercipta maka akan menjadi santapan empuk para media. Aku tak ingin menjadi deretan orang yang digosipkan miring. Setelah melabrak abis jalang murahan suamiku. Toh belum tentu juga Mas Hanzel akan membelaku. Baginya aku ini parasit.

“Stev menurutmu, apa saya terlihat seperti Kinan?” tanyaku, Stev menaikkan sebelah alisnya, tak memahami arah bicaraku. Pria ini tampan tampan tapi telmi (telat mikir).

“Oh ayolah Stev jangan membuang waktu saya. Kamu benar-benar tak paham. Apa saya ini terlihat berbeda?” lanjutku, Stev mengangguk. Pria itu menatapku tanpa kedip dari atas sampai bawah membuatku terpaksa memalingkan wajah. Aku gugup jika diperhatikan.

“Kau terlihat sempurna, Kinan. Dan kurasa tak ada orang yang akan mengenalimu sebagai Kinan, jika mereka tak menatap matamu yang indah itu. Penampilan mu kali ini memang berbeda. Aku hampir tak mengenalimu tadi,” aku meninggalkan Stev begitu saja usai mendengar jawabannya. Aku juga meminta batuan padanya, itupun jika ia mau membantuku. Perubahan penampilan ku ini sekiranya cukup untuk kujadikan modal, tandanya Mas Hanzel tak akan mengenaliku. Yang ia tahu Kinan—Istrinya itu cupu, lugu dan mudah di bohongi.

Dengan pelan aku berjalan melewati meja Mas Hanzel saat pria itu hendak menggandeng tangan Mega, mengajaknya keluar dari cafe, dengan sengaja aku pura-pura terjatuh hingga jus yang berada di tanganku menyiram wajah Mega. Aku langsung syock, dan merasa bersalah. Padalah aslinya kurang puas. 

“Elo yah kalau jalan itu pakai mata dong, ga lihat wajah gue sekarang. Sayang, wanita ini!” bentak Mega, seketika kami menjadi pusat perhatian. 

“Maaf Mbak, saya benar-benar minta maaf,” jawabku sambil mengeluarkan tissue dari saku dressku, tissue tadi aku campuri dengan obat penumbuh jerawat. Aku mengusap wajah Mega menggunakan tissue itu. 

Mega menepis tanganku, ia membuang tissue itu sambil ia injak-injak. Tak apa, yang penting obatnya pasti sudah bereaksi. “Lo itu ya wanita ga tahu diri. Beraninya elo usap wajah gue pakai tissue murahan elo itu,” jujur aku langsung syock melihat sifat asli Mega. Ternyata seperti ini gambaran aslinya. Wanita begini kamu puja-puja Mas?

Aku mendongak menatap langsung sorot matanya. Kilatan amarah masih terpancar jelas di sana. Aku bergeming, dan Mega masih tak mengenaliku.

“Sudahlah Yang, dia juga udah minta maaf.” tengah Mas Hanzel, sebisa mungkin aku menghindari kontak mata dengannya. Meski kaget dengan perilaku Mega, Mas Hanzel terus berupaya menenangkannya.

“Ga bisa gitu dong wanita ini harus di beri pelajaran,” apa katanya? Pelajaran? Untuk kesalahan apa? Harusnya yang di beri pelajaran itu kamu Mega. 

“Cukup Mega! Kenapa kamu jadi kasar seperti ini. Dia sudah katakan tak sengaja bukan. Sudahlah ayo aku antar pulang, aku harus segera kembali ke kantor sebelum Kinan tiba di sana.” tutur Mas Hanzel. Mega langsung bungkam. Ia baru saja memperlihatkan kelakuan aslinya. Bagaimana mungkin selama belasan tahun aku tak mengenalinya. Selama yang ku tahu Mega itu sopan, baik dan ternyata—ah sudahlah.

Dengan kesal Mega langsung pergi meninggalkan Mas Hanzel. Pria itu memandangku sekilas sebelum akhirnya aku menunduk, takut ketahuan.

“Maafkan kekasih saya, oh ya ini nomor saya. Kamu bisa minta ganti rugi, kalau begitu saya permisi.” aku menelan ludah getir? Kekasih saya? Ia mengakui Mega sebagai selingkuhannya di depan Istrinya sendiri. Sungguh, bodoh kau Kinan!

Aku meremas kertas pemberiannya, ini baru permulaan Mas akan kalian rasakan apa yang kurasakan sekarang. Mulai hari ini aku akan menjadi Kinan yang menusukmu dari belakang. Dan lihatlah, bagaimana Kinan yang kau bodohi selama ini akan berbalik menyerangmu. Dan untukmu Mega, ini belum usai. Aku belum merasa kalah darimu. 

Next?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DESIRE DARK   Selamat Jalan, Cinta! (Ending)

    Part 47 Selamat Jalan, Cinta! (Ending)Setibanya di rumah sakit, Hanzel langsung di tangani Dokter. Mengingat banyaknya darah yang keluar dari punggung suaminya membuat Kinan kalut. Ditambah lagi Hanzel tidak sadarkan diri, tangannya terasa begitu dingin.Tubuh Kinan masih menggigil, perempuan itu tak menyangka ternyata Stev memiliki niat buruk padanya. Kesempatan kabur yang ia rencanakan sekian lama kini justru jadi bumerang. "Tenangkan dirimu Kinan, Hanzel akan baik-baik saja. Dia orang yang kuat, dia pasti akan bertahan untukmu." Seketika Kinan menoleh, nampak Xaxier, sahabat suaminya itu berusaha menenangkannya. Sedangkan Blacke, pria itu menghubungi orang tua Hanzel. Manuela dan yang lainnya sibuk mengurus kekacauan di perusahaan Diego dan sebagiannya menjadi saksi di kantor polisi. Kinan menunduk, buliran bening mengalir deras dari pelupuk matanya. Bayangan Hanzel yang tertembak menari-nari dalam benaknya. Kenapa takdir begitu kejam padanya? Apa salahnya, kenapa sulit sekali i

  • DESIRE DARK   Tameng Untuk Kesekian Kalinya

    Part 46 (Tameng Untuk Kesekian Kalinya)Mobil yang dikemudikan sopir Stev tiba-tiba saja menepi. Kinan terlonjak, matanya membulat sempurna. Ia seketika panik dan takut. Entahlah, ia merasakan ada kejanggalan di sini. "Kenapa berhenti Stev?" Kinan menoleh, ia langsung menyerbu Stev dengan pertanyaan. Rasa cemas datang membabi buta membuatnya bertanya-tanya."Tunggu aku di sini, aku akan urus orang yang mengikuti kita," jawab Stev. Dengan cepat Kinan menggelengkan kepalanya. Ia berusaha menahan Stev turun, Kinan takut ditinggal sendirian. Ia tidak mau kejadian dulu terulang kembali."Jangan, kumohon tetaplah di sini. Aku takut, Stev," lirih Kinan. "Kamu tidak perlu khawatir, kamu kunci mobilnya dari dalam. Biar saya sama bos yang urus mereka." Anak buah Stev menyahut, menyakinkan Kinan kalau semuanya akan baik-baik saja. Sedikit pun Kinan tak percaya. Ia sudah beberapa kali berurusan dengan maut, dan terakhir Hanzel lah yang menyelamatkannya. Selalu Hanzel yang datang di saat ia se

  • DESIRE DARK   Dalam Bahaya

    Part 45 (Dalam Bahaya!) Aku melihat Kinan pergi dengan seorang pria, wajahnya tidak terlalu jelas. Bisa tolong beritahu Hanzel." Blacke menghubungi Xaxier, pasalnya ia sudah menelepon Hanzel namun tidak diangkat. Pesan yang ia kirim pun masih belum dibaca, itu tandanya ada sesuatu yang tidak beres yang terjadi di dalam. Tidak mungkin, Kinan pergi tanpa sepengetahuan Hanzel. Pria itu sangat posesif sekali pada istrinya. Pikir Blacke. "Seorang pria? Sialan, di sini kacau C'k!" Blacke mengerutkan kening, ia menatap Kinan dari kejauhan. Kacau? Benar dugaannya, ada sesuatu yang terjadi di acara pesta perusahaan? tanya Blacke pada dirinya sendiri. "Kurasa ada yang tidak beres," sambungnya masih mengamati Kinan yang hendak masuk mobil. "Coba kamu ikuti, aku akan beritahu Hanzel. Share lokasimu nanti." "Oke." Setelah mengatakan kalimat singkat itu, dengan sepihak Blacke mematikan sambungan telepon. "Mau kemana Kinan? Dari gelagatnya, ada yang tidak beres." Blacke menganto

  • DESIRE DARK   Di Ujung Kisah

    Part 44 (Di ujung Kisah)Kekacauan tak terelakkan lagi. Makian, umpatan hingga sumpah serapah menggema di tempat ini. Suara ricuh mengalahkan lagu yang berdentum keras. Para tamu undangan menatap Hanzel sinis, guratan kekecewaan terpancar di wajah mereka. Tidak ada yang menyangka, putra seorang Diego ternyata memperlakukan istrinya dengan amat buruk. Diego masih menghajar Hanis. Suara pekikan hingga jeritan dari Mega tidak membuat orang di sekeliling iba. Mereka membiarkan pria tua itu melampiaskan amarahnya. Kinan memang bukan anaknya, bukan pula terlahir dari rahim istrinya. Namun, ia sudah berjanji akan menjaga Kinan seperti yang ia utarakan dulu pada sahabatnya."Lepaskan Hanis, jangan sakiti dia, Om!""Aku bilang lepaskan!"Dari kejauhan Kinan menyaksikan semuanya. Sorot kesakitan makin menyala di matanya. Ia berpaling saat Hanzel menoleh kebelakang. Mencari istrinya ditengah kerumunan. "Aku ingin pergi. Apa masih ada yang belum selesai?" tanya Kinan. Banyak yang belum sele

  • DESIRE DARK   Pertunjukan di Mulai

    Part 43 (Pertunjukan Di mulai)Kegaduhan terjadi, tamparan dari Diego membuat para tamu undangan tercengang. Betapa hancurnya hati pria paruh baya itu, ia melihat dengan matanya sendiri putra yang selama ini Diego bangga-banggakan ternyata bajing*n. Ketakutannya selama ini telah menjadi nyata, Diego tak mengira hubungan putranya dengan simpanannya itu sampai sejauh ini. Benar-benar memalukan. Dada Kinan sesak, matanya buram oleh lelehan kristal. Sekuat apa pun ia menahan perasaannya, dirinya tetap kalah. Pertahanannya runtuh. Beruntung Stev segera memegang kedua pundak Kinan saat wanita itu hendak luluh ke lantai. Tuhan, kenapa rasanya sesakit ini, apa salahku? Kenapa aku tidak pernah bahagia, jeritnya dalam hati. "Pa—""Cukup Hanzel, apalagi yang ingin kamu jelaskan. Lihat video itu baik-baik, kurang apa Kinan hah, papa benar-benar menyesal. Menjodohkan kamu dengan berlian jika pada akhirnya kamu tetap buang." Diego tidak sanggup melanjutkan kalimatnya, ia bahkan tidak berani mel

  • DESIRE DARK   Siapa Yang Salah

    Part 42 (Siapa Yang Salah)Kinan mengerakkan bola matanya, mencari sosok pria bernama stev. Sebentar lagi acara akan dimulai, tapi Kinan belum juga bertemu dengan Stev. Apa yang pria itu rencanaka membuatnya dirundung rasa penasaran. Terlebih kalimat yang Mega ucapkan terngeliang di kepalanya."Kamu sedang cari siapa, Kinan?" Hanzel membelai lembut pipi istrinya. Seketika lamunan wanita itu buyar. "Bukan apa-apa, Mas," jawab Kinan gugup. Dari ekor matanya Hanzel menatap istrinya, pria berbalut kemeja itu mencoba mencari kebohongan di mata Kinan, pasalnya wanita itu sejak tadi bergerak gelisah. "Kamu yakin?" Kinan mendongak, tatapan matanya langsung bersibohok dengan netra tajam Hanzel. "Iya Mas, bukan apa-apa. Aku hanya gugup saja," alibi Kinan.Hanzel mengatupkan mulutnya, ia menahan ribuan tanya yang membelit benaknya. Ditariknya kursi, lantas mempersilakan istrinya duduk. "Kamu butuh sesuatu?""Tidak,""Ingin minum?""Aku tidak haus Mas,""Baik lah." Hanzel mendorong kursi m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status