Beranda / Mafia / DI ATAS RANJANG MAFIA / 2. PENEMUAN MAYAT

Share

2. PENEMUAN MAYAT

Penulis: Dewa Amour
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-13 09:55:54

Malam itu di bar kasino dan karaoke milik Federico, pengusaha dunia hitam yang berkedok sebagai pengusaha mebel di Roma.

Gemerlap lampu kristal yang tergantung di tengah ruangan berisik itu menjadi saksi bisu apa yang sedang dilakukan Federico pada gadis belia yang bekerja di bar-nya.

"Jangan menangis saja! Buat aku senang, Sayang!" gertak pria berambut pirang sambil menjambak rambut merah gadis yang sedang merangkak di depannya.

Mata gadis itu terangkat. Ia beruasaha ebrjuang menunaikan tugas yang asing dan menjijikan ini. Berusaha keras membuat pria di depannya senang. Bergetar, ia tak tahu bagaimana memenuhi tuntutan itu.

"Lakukan terus, Sayang!"

Federico melenguh panjang sambil menjambak rambut merah gadis itu. Ia menekannya, memaksa kehendaknya dengan brutal.

Gadis itu tersedak sampai batuk-batuk. Sisa-sisa pria itu membasahi di sekitar bibir. Ia butuh waktu untuk bernafas kembali.

Federico, yang baru saja mencapai pelepasan tetap tak terpuaskan. Ia masih menuntut dan tegang. Maka dengan cepat ia mengangkat gadis itu, memaksanya mengubah posisi di atas meja. Dengan gairah yang kasar, Federico mulai menuntaskan maunya.

"Tuan, pelan-pelan!" Gadis itu mengerang kesakitan saat Federico mendesak dengan kasar.

"Diamlah, Jalang!" Federico yang sedang sangat bernafsu menampar pipi gadis itu dengan keras.

Brak!

Pintu ruangan itu di dobrak dari luar. Baik Federico mau pun gadis yang bersamanya, mereka sama-sama terkejut melihat komplotan para Mafia memasuki ruangan tanpa ijin.

Michele menyeringai tipis melihat Federico terekspos dalam kondisi memalukan di atas meja. Kemudian matanya turun pada gadis belia di dekat pria itu.

Dengan menggunakan pistolnya, Michele melempar pakaian ke arah gadis itu.

Si gadis buru-buru mengenakan pakaian lalu pergi. Tinggalah Federico yang masih telanjang bulat. Pria itu mundur saat Michele bergerak maju padanya.

"Bagaimana rasanya bercinta dengan gadis belia yang bahkan lebih muda dari putrimu? Dasar Pe-dofil," cibir Michele sambil memainkan pistolnya.

Federico tampak ketakutan."Tuan Muda Riciteli, kenapa Anda ke sini? Bukankah urusan kita sudah selesai?"

Michele menyeringai tipis. "Harusnya sih begitu," jawabnya acuh. Kemudian dia langsung menyambar leher Federico dengan sekali tangkap. Tentu saja pria itu sangat terkejut dibuatnya.

Michele menatapnya tajam."Kenapa kau membohongiku? Di mana barang yang asli? Kau coba menipuku? Apa kau sudah bosan hidup?" desisnya ke wajah Federico.

"Maafkan aku, Tuan Muda! Ini semua perintah Tuan Georgino, aku cuma orang suruhannya." Federico nyaris pingsan ketakutan. Michele bisa menembak kepalanya kapan saja.

Michele tersenyum remeh."Kau sudah menipuku, artinya kau lebih memilih mati."

Federico, dengan wajah melasnya memohon pada Michele. Namun, bukan Bos Mafia jika masih punya rasa kasihan di hatinya.

Duar!

Tubuh Federico tumbang seketika dengan luka tembak tercepat di dahi.

Michele hanya tersenyum sinis, lantas melempar pistolnya ke salah satu anak buahnya. Kemudian dia pergi sambil menghembuskan asap cerutunya dengan santai.

Sepuluh orang pria berpakaian formal berjalan mengekor di belakang Michele.

Musik R&B terdengar di sepanjang lorong. Orang-orang berlarian menuju ruang karaoke di mana terdengar suara tembakan.

Sementara itu dari atap gedung sebuah universitas ternama di kota Roma, dua orang pria tampak sedang berdiri di sana. Mereka melempar jenazah Emily ke bawah setelah hitungan ke tiga.

Paolo, kaki tangan Michele menghampiri dua orang pria itu. Dilihatnya jasad Emily di bawah sana. Gadis itu mati dengan sangat mengenaskan.

"Ayo kita pergi," ucapnya kemudian. Mereka segera meninggalkan lokasi.

~•~

"Aku sudah katakan padanya jika aku tak mau berkencan, tapi dia memaksa. Sial! Bahkan pria itu lebih buruk dari yang aku bayangkan!"

Seorang gadis berambut kecokelatan bicara dengan wajah kesal sambil membuka seat belt yang melingkar di tubuhnya.

Meghan Crafson, gadis cantik dengan bola mata biru terang. Pagi ini ia baru tiba di kampus bersama temannya, Moly.

"Benarkah? Tapi bukankah Ricardo cukup tampan? Bahkan dia memiliki banyak uang! Cintailah uangnya, persetan dengan orangnya," ucap Moly acuh sambil menutup pintu mobil. Mereka berjalan bersisian memasuki area kampus.

"Kalau begitu kau saja yang berkencan dengan pria kurus itu," desis Meghan dengan wajah sebal.

Moly tertawa kecil melihat temannya merajuk. "Baiklah, Nona Crafson! Lupakan pria pilihan kakakmu itu, kita ke pesta nanti malam. Bagaimana?"

Meghan menoleh cepat. "Tentu," sambutnya dengan serius.

Moly kembali tertawa. Kemudian dia merangkul bahu Meghan. Mereka berjalan cepat menuju koridor.

Kerumunan di belakang kampus mengalihkan perhatian dua gadis itu. Meghan dan Moly saling pandang dengan mimik heran.

Kemunculan mobil polisi dan ambulans semakin membuat mereka terkejut dan penasaran.

"Vito, ada apa ini? Kenapa ada mobil polisi di kampus?" Meghan menghadang seorang pemuda yang sedang bejalan dengan terburu-buru.

"Anak-anak menemukan mayat di belakang kampus," jawab Vito dengan wajah panik.

"Mayat?" Meghan dan Moly saling pandang kaget.

"Baiklah, aku harus ke ruangan dekan sekarang. Bye!" Vito bergegas pergi dengan tergesa-gesa.

Meghan hanya diam nyaris tak percaya. Di kampus elit ini, bahkan terjadi pembunuhan? Ini benar-benar gila!

"Awas! Tolong beri jalan!" Petugas rumah sakit mendorong brankar menuju mobil ambulans.

Semua orang menyingkir. Meghan dan Moly hanya memandangi dengan wajah ngeri.

"Apa yang terjadi pada Emily? Kenapa dia sampai bunuh diri? Ini benar-benar aneh!"

Meghan bicara sambil memainkan sedotan jusnya di kantin. Dia cukup mengenal Emily. Gadis itu introvert dan tak pernah terlibat masalah. Mustahil dia bunuh diri. Dia benar-benar merasa heran.

"Entahlah. Bukankah kakakmu sedang menyelidikinya?" jawab Moly dengan wajah acuh. Dia tak begitu tertarik untuk mengurusi hal semacam itu. Lain dengan Meghan yang selalu ingin tahu dan penasaran.

"Ya, kakaku pasti akan menangkap penjahatnya," jawab Meghan, lantas kembali sibuk dengan jusnya meski pikirannya masih mengenai Emily.

Pukul dua sore. Dari seberang jalan, Michele memperhatikan aktifitas di kampus itu sambil duduk pada bangku tengah mobil Mercedes Benz C-Class warna hitam yang dikemudikan oleh Sergio.

Para polisi dan detektif masih berkeliaran di sekitar kampus. Garis polisi pun masih terpasang di sekitar. Pria itu memicingkan satu alisnya.

"Apa kabar terbarunya?" tanya Michele.

Sergio yang sedang duduk menghadap kemudi mobil bergegas menjawab, "Kampus akan diliburkan selama proses penyelidikan."

"Apakah mereka sudah menemukan barang bukti?" Michele bertanya lagi, kali ini sambil memainkan batang cerutu yang baru diambilnya dari saku jas.

"Sepertinya mereka akan kesulitan," jawab Sergio sambil menatap siluet Michele lewat kaca spion di atasnya.

Pria di bangku tengah menaikan sudut bibirnnya. "Gadis itu tewas bunuh diri, bukankah begitu?"

"Benar, Bos."

Sergio segera melajukan mobil. Kaca mobil dinaikan perlahan menutupi wajah tampan Michele.

Meghan yang sedang duduk di kursi taman tak sengaja melihat wajah pria di dalam mobil itu. Siapa dia dan mau apa? Bahkan dia melihat mobil itu menepi cukup lama di area kampus. Mencurigakan sekali, pikirnya.

Malamnya Michele mendatangi gudang ganja milik Federico. James mengatakan jika Federico sudah menukar barang yang mereka pesan dengan yang palsu.

Michele yang murka langsung menghabisi pria itu di bar kasino miliknya. Kemudian membuang mayat Federico ke teluk.

"Ini asli, Bos." Paolo, kaki tangan Michele mencicipi lebih dulu serbuk putih yang mereka temukan di gudang Federico.

Michele tersenyum licik. "Cepat angkut semuanya ke markas. Kemudian bakar gudang ini," perintahnya.

Paolo segera menjalankan perintah bosnya. Mereka mengangkut semua barang dengan truk menuju markasnya. Kemudian membakar gudang Federico. Setelah itu mereka pergi berpesta.

"Anda yakin, jika putri Anda benar-benar bunuh diri?" Letnan Jose bertanya pada Alberto saat menemui pria tua itu di rumahnya. Dia tak yakin dengan semua penuturan Alberto.

Sayangnya pria itu menolak saat mereka mau melakukan proses autopsi pada jenazah Emily.

Alberto mengangguk sambil memejamkan matanya. "Aku yakin. Pergilah dan tutup kasus ini. Aku mau putriku beristirahat dengan damai," ucapnya, lantas bangkit dari sofa dan membawa tubuh ringkih itu masuk ke kamar.

Jose menarik nafas panjang lalu menggeleng pusing. Kenapa Alberto berbohong pada pihak kepolisian? Apa yang pria tua itu takuti? Beragam pertanyaan muncul di benaknya.

"Kasus ini akan segera di tutup. Mulai selidiki kasus lain saja. Mungkin kasus pembobolan Bank Century. Ya, kurasa itu jauh lebih meresahkan warga kota."

Mata Jose teragkat ke wajah atasannya yang sedang bicara sambil mondar-mandir tak jelas.

Dia muak terus bekerja pada pria itu. Para Mafia itu pasti sudah menyokong mereka dengan uang dan wanita. Jose benar-benar tak habis pikir.

"Sepertinya aku mau ambil cuti dulu dua hari ini," ucap Jose dengan wajah bosan. Kemudian pria itu bangkit dari duduknya.

"Cuti?" Sang atasan bertanya dengan wajah heran pada Jose.

"Ada serial animasi yang ingin aku tonton dengan adik perempuanku," jawab Jose acuh lantas menghambur pergi begitu saja.

Semua orang menatapnya heran. Persetan dengan semua itu, Jose terus saja melanjutkan langkahnya meninggalkan ruangan.

Hatinya benar-benar kesal dengan kinerja para rekannya akhir-akhir ini.

Dia yang berasal dari Amerika tak paham dengan kepolisian di Italia, di mana para Mafia yang memegang kendali mereka.

Michele Lazaro Riciteli, suatu saat dia pasti akan menangkap bajingan itu dengan tangannya sendiri. Ini janjinya, janji seorang perwira polisi yang jujur.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DI ATAS RANJANG MAFIA    11. Meghan Di Culik

    "Aku belum tahu namanya siapa, tapi aku yakin dia tidak sekejam dan psikopat seperti yang kau pikirkan," ucap Meghan pada Moly.Saat ini mereka sedang berada di perpustakaan kampus.Moly berusaha menyadarkan Meghan dari kegilaannya pada si Tuan Mafia yang dia ceritakan. Menurut Moly, pria itu sangat berbahaya dan tidak seharusnya Meghan bertemu dengannya lagi. Namun apa yang ia dengar pagi ini benar-benar gila! Meghan bertemu dengan si Tuan Mafia itu, bahkan mereka bercinta di lorong gelap sebuah bar?Dia benar-benar tak habis pikir."Kau bisa mengencani pria lain, tolong jangan lagi bertemu dengan pria aneh itu!" Moly menegaskan karena dia memikirkan keselamatan Meghan."Kau sangat lebay! Aku baik-baik saja, dan dia tidak berbahaya, kok!"Meghan tidak terima saran dari Moly."Aku mau bertemu dengannya lagi, dan mungkin kami akan bercinta lagi, itu sangat extrim dan aku menyukainya," ucapnya lagi pada Moly sambil meraih buku tebal yang sedang dipegang oleh gadis berambut keriting itu

  • DI ATAS RANJANG MAFIA    10. SEBATAS KESENANGAN

    "Aku tidak melihatnya di sekitar sini. Apa kau sudah membohongiku, hah?!" Jose bicara pada seorang bartender sambil mencengkeram kerah kemeja pria itu. Dia menatapnya dengan tajam. Si bartender tergugup ketakutan. "Aku bersumpah melihatnya di sini, tapi sepertinya mereka sudah meninggalkan bar!" "Shit!" Jose mendengus kesal seraya melepaskan si bartender lantas pergi. "Mereka sudah pergi dari bar, aku gagal menyadap ponselnya." Sambil mencari-cari Meghan, Jose menelepon temannnya. Langkah sepasang boot hitam itu terayun menuju ke luar bar. "Kemana perginya Meghan? Astaga, aku harus segera pulang." Pria dengan jaket hitam itu bicara sendiri kali ini sambil menyapu pandangan ke sekitar. Dia masih belum menemukan Meghan. "Ahhh, hmmmh," desahan dan erangan itu terdengar dari lorong di sudut bar yang sepi dan gelap. Meghan berdiri dalam kendali Michele. Punggungnya sudah merapat ke dinding. Sementara tubuh mereka berdentum dalam irama yang brutal dan liar. Sensasi yang di t

  • DI ATAS RANJANG MAFIA    9. SEBUAH KECUPAN

    Jose baru kembali ke unit apartemennya di pusat kota. Dia sedikit terkejut melihat sepasang sepatu wanita yang berserakan di depan pintu. Meghan? Apa dia sudah kembali? Pertanyaan itu muncul di kepalanya. Dia yang sangat mencemaskan Meghan segera menerobos masuk untuk melihat adiknya. Meghan sedang menonton drama romantis saat Jose tiba di dalam. Pria itu tersenyum lega melihat adik perempuannya tampak baik-baik saja. Lantas ia bergegas menghampiri Meghan. "Gadis bodoh! Kemana saja kau? Kenapa tidak meneleponku? Dasar bodoh!" gerutu Jose sambil memukul bahu Meghan seraya mendaratkan bokongnya pada sofa kosong di samping sang adik. "Ih, apaan sih?!" Meghan mengerang kesal, lantas membalas memukul-mukul punggung Jose. Sang kakak hanya tertawa melihat Meghan marah-marah padanya. "Aku lapar, bisakah kita makan di luar?" tanya Meghan dengan wajah memanja pada sang kakak. Jose mengangguk. "Baiklah, kita makan ayam goreng malam ini. Bagaimana?" jawabnya seraya menatap Meghan yang seda

  • DI ATAS RANJANG MAFIA    8. CLUB DEWASA

    Seorang pria terlihat berjalan cepat setelah keluar dari sebuah kedai ayam goreng di pinggiran kota.Jaket hitam seharga 20 dolar yang ia kenakan terlihat cocok membalut tubuhnya yang tinggi sekitar 1,85m dan memiliki postur atletis.Topi hitam membuat wajahnya tidak kelihatan jelas meski lampu di sepanjang jalan berhasil menciptakan bayangan tubuhnya.Sambil menenteng bungkusan berisi potongan dada ayam goreng, pria itu berjalan menyusuri lorong kecil menuju tempat pembuangan sampah.Aspal masih tampak basah akibat hujan lebat yang mengguyur kota petang tadi. Pria bertopi melanjutkan langkahnya menuju sebuah gedung kosong yang berada di belakang tempat pembuangan sampah.Setelah membuka gembok pintu gedung di depannya, ia bergegas masuk. Sepatu boot hitam terayun memasuki ruangan dengan pencahayaan remang.Seorang pria dengan banyak luka perban di tubuhnya mengangkat sepasang matanya melihat dia datang. Alberto Castato, pria yang tubuhnya dipenuhi perban itu."Aku tak bisa berlama-la

  • DI ATAS RANJANG MAFIA    7. AKU MAU GADIS ITU

    Moly baru saja keluar dari kamar mandi saat mendengar pintu apartemennya di ketuk dari luar. 'Siapa yang datang?' Ekor mata gadis berambut pirang itu melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjuk angka delapan. Sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah dengan handuk, Moly berpikir. Pintu kembali di ketuk. Kali ini semakin keras dan berulang-ulang. Jantung Moly berdegup kencang. Dilempar handuk di tangannya. Kemudian secara perlahan dan curiga, gadis itu berjalan menuju pintu. Rasa cemas membuat jarinya sampai gemetaran. Moly mengintai dari celah kecil pada pintu sebelum meraih handel keemasan di depannya. "Kenapa lama sekali membuka pintunya?!" Meghan menyambut dengan wajah kesal saat pintu dibuka. Setelah menoleh ke kanan dan kirinya, ia menerobos masuk. Moly dibuat mematung sesaat melihat siapa yang datang. Setelah berhasil menetralkan rasa terkejutnya, dia bergegas menutup pintu, lantas berjalan cepat menuju Meghan. "Astaga, aku lapar dan haus. Apa kau punya makanan?

  • DI ATAS RANJANG MAFIA    6. MALAM PENUH SENSASI

    Malam merangkak larut. Meghan berusaha terjaga meski rasa kantuk menyerang. Dia tak boleh lengah. Hingga sosok tinggi sudah berdiri di hadapannya, gadis itu hanya berpura-pura tidur. "Kalian berjaga-jagalah di luar," perintah Michele pada Paolo dan dua orang anak buahnya. Suaranya nyaris tidak terdengar. "Selamat menikmati hidangan malammu, Bos." Paolo menyeringai tipis lantas pergi. Pria itu sempat melirik pada gadis di tengah ranjang sebelum benar-benar enyah. Michele masih memasang wajah dingin. Sepasang tungkai panjang itu diayunkannya menuju ranjang. Mata elangnya mengamati jengkal demi jengkal tubuh ramping di depannya. 'Hei, apakah dia sudah tidur?' Pertanyaan itu muncul di hatinya seraya memandangi Meghan dengan kedua tangan di masukan ke dalam saku celana kainnya. Meghan yang sedang berpura-pura tidur sangat terkejut saat tubuh kekar naik ke atas tubuhnya. Dia berusaha memejamkan mata rapat-rapat. Meghan ayo tidur! Tuan Mafia sudah datang. Pria itu tak boleh sampai ta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status