LOGIN"Hei, Junior Riciteli! Apa kau melihatku? Kau mendengar ku?!" Dante mencengkeram mulut Carlo sambil menatapnya heran.Remaja laki-laki enam belas tahun itu tidak menjawab. Hanya tatapan hampa yang Carlo tunjukkan.Dante menoleh ke arah dua orang anak buahnya."Dia seperti bocah idiot!" ucapnya lalu tersenyum remeh.Dua anak buahnya hanya tersenyum geli menanggapi.Dante datang ke Mega Hospital tanpa sepengetahuan Michele. Dia datang untuk melihat kondisi Carlo. Ternyata kabar yang dilihatnya akhir-akhir ini dari beberapa Media memang benar, Tuan Muda Riciteli Dua mengalami gangguan mental.Bosan karena Carlo diam saja bak mayat hidup, dengan kasar Dante melempar anak itu sampai dia tersungkur ke kasurnya."Harusnya dia dibawa ke rumah sakit jiwa saja. Dia sudah tak bisa diharapkan lagi," cibirnya seraya bangkit sambil merapikan jasnya.Setelah melihat kondisi Carlo, pria tinggi dengan gambar tato kepala tengkorak di kelingkingnya itu memutuskan pergi. Ada rapat penting dengan para dew
Petang itu Meghan baru saja kembali dari kuliah, dia terkejut melihat seorang pria yang sedang menungunya di depan pintu unit apartemen.Pria dengan jaket hitam di padukan celana denim panjang itu melempar senyum manis untuknya."Hai, Meghan!"Meghan menghentikan langkahnya. Wajahnya dipalingkan sesaat sebelum kembali pada pria di hadapannya. Perlahan, sepasang tungkai jenjang itu kembali diayunkan."Apa yang kau lakukan di sini? Sejak kapan kau kembali ke Roma?" tanyanya sambil melipat kedua tangan di depan d4d4 setelah berhadapan dengan pria di depan pintu.Ricardo Hernandez, mau apa pria itu datang padanya setelah memutuskan hubungan dengan sepihak?Meghan memalingkan wajah, jengah dari senyuman dan tatapan Ricahrdo."Meghan, apa kabar? Maaf jika kedatanganku membuatmu terganggu. Moly bilang kau sedang gabut di rumah, bisakah kau datang ke pestaku besok malam? Ya, aku mengadakan pesta besar di kapal pesiar. Banyak tamu yang diundang, dan kau termasuk tamu istimewa untukku," ucap Ri
"Kau lihat ini, ini, dan juga ini! Semuanya pembunuhan sadis dan pemerkaosan!" Jose melempar banyak map berisi kasus kejahatan Michele pada meja di depan Meghan dan Moly.Mereka sedang berada di kantor polisi pagi ini. Entah apa yang merasukinya, Meghan yang mengajak Jose ke sana. Gadis itu ingin melihat arsip-arsip kejahatan Michele. Dengan senang hati Jose pun menunjukkan semuanya.Manik biru Meghan meneliti semua arsip sambil membacanya. Ada banyak kasus. Benar, semuanya rata-rata pembunuhan dan pelecehan seksual. Tubuhnya bergetar dan bulu kuduknya meremang melihat semua itu.Michele Lazaro Riciteli, dia tidak menyangka di balik wajah yang rupawan bak Dewa Yunani itu ada monster kejam di dalamnya."Hei, lihat yang ini juga!" Moly menunjuk pada tulisan hitam dengan font yang besar pada salah satu arsip yang berserakan di atas meja.'Tanggal 2 Juni 2020, tiga orang gadis belia di temukan tewas dengan kondisi tanpa busana. Mayat mereka mengambang di sekitar teluk. Tak ada yang bisa
Tirai putih melambai-lambai tertiup angin malam karena garis jendela yang terbuka. Seorang anak laki-laki sedang duduk di tepi ranjang pasien sebuah rumah sakit.Wajahnya tampak pucat dengan lingkar hitam di kedua sisi mata. Manik hijau terang yang biasanya memancar bak butiran diamond, kini menggelap kemerahan.Juga rambut yang hitam tebal, lurus dan selalu berdiri tegak bak duri-duri landak, kini terlihat acak-acakan tidak terurus.Michele memalingkan wajah seraya menyeka titik kecil yang ingin terjun dari sudut matanya. Hatinya seakan sedang dicabik-cabik sebilah belati tajam melihat kondisi Carlo saat ini.Sang adik kecanduan obat dan kehilangan semangat hidupnya. Singa junior yang dia besarkan kini hanya bagai mayat hidup."Lakukan apa saja! Aku ingin melihat adikku yang periang, bukan bocah idiot seperti itu!" Michele bicara pada dua orang dokter yang menangani Carlo di Mega Hospital, di mana sang adik di rawat.Dua orang dokter wanita saling pandang sebelum salah satu dari mere
Sore itu angin bertiup cukup kencang di pertengahan musim dingin.Orang-orang dengan mantel tebal dan penutup kepala berlalu lalang karena kepentingan mereka.Butiran putih menumpuk di sekitar jalan. Beberapa petugas kelelahan mengeruk salju yang tak henti turun dan mengganggu aktifitas pengguna jalan.Dari kejauhan terlihat Meghan yang sedang berjalan menyusuri trotoar di antara orang-orang.Mantel tebal bulu cokelat membalut tubuhnya. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai. Dia berjalan sambil memeluk tubuhnya yang kedinginan.Lampu merah menyala di pertigaan jalan menuju arah rumah sakit. Dari dalam mobil, Michele melihat Meghan. Wanita itu berada di antara orang-orang yang menyeberang.Meghan?Mau kemana dia?Sepasang manik kebiruan Michele bergerak mengikuti langkah Meghan.["Michele, kau masih di sana?!"]Suara Dante dari ponsel pintarnya menyadarkan Michele. Pria itu segera kembali fokus. "Ya, aku mendengarmu."Meghan menyetop taksi lantas masuk dan berlalu.Mau kemana wanit
Angin di pesisir pantai cukup kencang menjelang siang hari. Sergio menoleh pada arlojinya untuk kedua kali. Shit! Mengapa lama sekali? Apa yang Michele lakukan dengan wanita itu? Pikirnya mulai bosan menunggu. Sementara di ruangan tertutup, terdengar erangan dan rintihan seorang wanita. Isabele hanya bisa pasrah setelah lelah meronta dan berusaha melawan singa jantan yang memaksanyaa melakukan hal menjijikan seperti ini. "Umhhm! Umhm!" Dia tak tahan lagi, mulutnya penuh dengan batang berurat milik Michele yang panjang dan cukup besar. Benar-benar gila! Bajingan itu memaksanya melakukan hal kotor begini. "Lakukan dengan benar, Jalang!" Michele mengumpat wanita yang berada di bawah kendalinya saat ini. Sambil berdiri dengan kedua tungkai yang terbuka, dia menjambak rambut pirang Isabele sambil mendesak ke dalam mulut wanita itu. "Ah, Meghan ..." Permainan lidah Isabele lumayan juga. Michele menengadah ke atas sambil memejamkan matanya. Dia mendesah menyebut nama







