Granny pulang sore itu. Seorang perawat lepas bernama Valerie, ikut bersama mereka untuk merawat granny sesuai petunjuk dokter. Dia adalah perawat yang malam sebelumnya dilihat Jack datang memeriksa granny di kamar perawatan.
Tom sudah menyiapkan kamar granny. Namun, tidak mengira akan ada tamu lain yang tinggal menumpang di rumah itu. “Bisakah kau bereskan kamar tamu untuk Valerie, Tom?” tanya Jack. “Baik, akan kubereskan segera.” Tom langsung menghilang. Kamar tamu yang dimaksud oleh Jack adalah kamar lama yang ada di loteng. Tuan Fred mengikutinya ke sana. “Aku bisa melakukannya sendiri, Tuan Fred,” kata Tom setelah menyadari pria paruh baya itu berada di belakangnya memegang sapu. “Aku tahu tempat ini sangat luas. Kita bereskan saja ruangan untuk dia tidur malam ini. Bagian lain, biarkan dia yang menatanya sendiri,” saran Tuan Fred. “Baiklah kalau begitu.” Tom mengangguk dan mereka segera bekerja. Perawat itu, Valerie, sangat terampil mengurus neneknya. Setidaknya, begitulah yang dilihat Jack sore itu. Gadis itu langsung ke dapur dan menyiapkan makan malam untuk granny, tanpa memikirkan masa istirahatnya lebih dulu. Setelah semua urusan granny beres dan wanita tua itu beristirahat, barulah giliran mereka untuk makan malam. Jack mengeluarkan jurus memasak andalannya. Semua makan dengan senang sambil mengobrol. “Kenapa kau tidak bekerja fulltime di rumah sakit itu?” tanya Jack. “Aku belum lama pindah di sini. Lowongan untuk perawat baru belum dibuka lagi. Jadi, aku mendaftar sebagai perawat pengganti saja. Hitung-hitung, nanti bisa mendapatkan informasi pertama saat lowongan dibuka,” jawab Valerie. Jack mengangguk. “Sebelumnya kau dari mana?” “Aku dari Nashville,” jawab Valerie santai. Dia tak terganggu sama sekali ditanyai oleh Jack. Menurutnya itu adalah hal biasa mewawancarai seorang pekerja baru. Dan dia akan menjawabnya dengan jujur, agar Jack tidak perlu khawatir meninggalkan nenek tercintanya dalam pengawasan Valerie. “Cukup jauh. Bagaimana kau bisa sampai di tempat ini tanpa pekerjaan tetap?” Tuan Fred tak bisa menahan rasa ingin tahunya. Valerie tertawa kecil. “Karena aku terlalu bodoh dan mempercayai pria yang salah!” “Dia menelantarkanmu?” tanya Jack ingin tahu. “Tidak. Aku putus dengannya setelah tidak dapat lagi mentoleransi sikapnya. Jadi, aku keluar dari rumahnya dan mencoba hidup dengan baik di sini,” sahut Valerie. Tuan Fred dan Jack manggut-manggut mengerti. “Kenapa kau tidak kembali saja ke Nashville? Dari pada di sini, kau tak punya kerabat,” tanya Tom. “Pertanyaan macam apa itu? Tempat ini sangat indah. Apakah kalian tidak menyadarinya?” Valerie justru melihat mereka bertiga dengan keheranan. Jack tertawa kecil mendengar keheranan dari gadis itu. Dia bisa memahami bahwa gadis itu jatuh cinta pada kota kecil mereka yang dikelilingi kebun-kebun anggur yang indah. “Aku mau melihat granny.” Jack bangun dari duduknya. “Kurasa, dialah tuan di kediaman ini,” kata Valerie. “Kau benar!” Tuan Fred mengangguk. “Kulihat kebun anggur di tempat ini tidak begitu bagus, apa yang terjadi?” tanya Valerie penasaran. “Hanya Tuhan yang tahu apa yang menyebabkan kebun anggur kami mendapatkan kutukan seperti ini.” Tom menunduk sedih. “Jangan khawatir. Kami masih punya bidang kebun yang masih bagus di bukit sana. Setelah Jack kembali, semua akan diremajakan lagi,” Tom sangat optimis dengan rencana yang telah dibuat Jack sebelumnya. “Dia baru kembali dari mana?” tnya Valerie. Gadis itu tak dapat menahan rasa ingin tahunya. Sudah lebih satu tahun dia menetap di Meadow Creek. Tetapi dia belum pernah melihat Jack sebelumnya. “Dia seorang tentara yang bertugas di garis depan. DIa pulang untuk memakamkan ibunya, kemarin. Dan sekarang terpaksa terjebak di kota ini untuk mengurus perkebunan anggur dan usaha wine keluarga yang terlantar.” Tuan Fred berdiri “Aku kembali ke kamarku lebih dulu. Kalian bisa berbincang.” “Tuan Fred bekerja sebagai apa di sini?” tanya Valerie. Tom berdiri dari duduk dan membereskan piring-piring kotor. “Jangan terlalu banyak bertanya. Apa yang orang lain tidak beri tahukan, lebih baik tidak ditanyakan, kecuali itu menyangkut pekerjaanmu!” Suara Tom terdengar ketus. Namun sebenarnya dia hanya memperingatkan Valerie agar tidak bersikap terlalu berani. “Kamarmu ada di loteng. Kamar mandi di atas belum sempat kubersihkan. Jadi kau bisa gunakan kamar mandi yang di sana untuk sementara.” Tom menunjuk kamar mandi tak jauh dari dapur. “Baik. Terima kasih, Tom.” Valerie berdiri dari duduknya. Dia harus mengerti bahwa waktu beramah tamah di rumah itu sudah berakhir. “Valerie!” panggil Tom saat gadis itu sudah di ambang pintu tengah. “Ya?” Valerie berbalik. “Jangan masuki ruangan mana pun di depan sana, kecuali ruangan Nyonya Besar!” Tom mengingatkan batasan perawat itu. “Aku mengerti.” Valerie mengangguk dan melanjutkan langkahnya. Dia ingin segera beristirahat dan berharap dapat menikmati suasana yang menyenangkan di perkebunan itu.*** “Jack, apa kita bisa bicara?” Tuan Fred menyapanya dari depan pintu kamar nyonya Mathilda. Jack menoleh sebentar sebelum berpaling lagi pada neneknya. “Granny, sepertinya Tuan Fred ingin memarahiku. Jadi sebaiknya Granny tidurlah dulu,” kelakar Jack. Neneknya tersenyum mendapatkan ciuman sayang di pipi dari Jack. “Aku menyayangimu.”*** “Aku sudah mendapatkan beberapa nomor di kertas yang kau berikan,” ujar Tuan Fred. DIberikannya kertas penuh catatan itu pada Jack. Jack sangat terkejut membaca catatan Tuan Fred. “Kau yakin mommy menelepon daddy sebanyak ini?” Jack menggoyangkan kertas itu pada Tuan Fred. “Duduk, Jack. Biar kukatakan sesuatu padamu.” Tuan Fred menunjuk kursi yang ada di ruang kerjanya itu. Tuan Fred duduk dan membuka laci meja kerjanya. Dia mengambil beberapa berkas yang disimpannya dengan sangat rapi. “Sebenarnya, sudah sejak setahun lalu, ayahmu mencoba mendekati ibumu lagi. DIa menelepon berkali-kali. Semula dia menanyakan kabarmu. Namun, lama-kelamaan Nyonya Mathilda mengetahui hal itu dan melarang ibumu menerima panggilan teleponnya lagi.” “Mengejutkan!” Jack tak bisa mempercayai pendengarannya. “Setelah itu, ayahmu kerap menghubungiku, meminta untuk menyampaikan pesan pada ibumu.” Tuan Fred menunjukkan setiap pesan yang diterimanya dan dicetak di kertas sebagai bukti. “Untuk apa kau mencetak pesan ini?” tanya Jack heran. Diambil pesan-pesan tertulis itu dan membacanya sekilas. Tak ada pesan spesial. Memang seperti seorang ayah yang bertanggung jawab dan ingat pada anaknya. “Bagaimana reaksi mommy membaca pesan-pesan ini?” tanya Jack ingin tahu. “Tidak ada. Ibumu itu wanita yang sangat misterius. Setelah membaca pesan, dengan wajah datar yang sama, dia mengembalikan semua kertas pesan ini padaku.” “Mommy tidak menjawab apapun?” tanya Jack. “Tidak bereaksi sama sekali. Itu sebabnya aku heran melihat panggilan telepon yang sangat banyak antar mereka berdua,” sambung Tuan Fred. Jack memeriksa kertas yang diberikan polisi. “Di tiga hari terakhir hidupnya, mommy dan daddy bertelepon sangat intens.” “Mereka pasti punya andil atas apa yang terjadi pada mommy!” kata Jack marah. “Aku akan ke sana besok pagi!” putus Jack segera.Jack tidak mengerti sama sekali tentang urusan medis ini. Dia berpikir dan membuat dugaan-dugaan denagn beragam kemungkinan yang mungkin terjadi di lapangan, tanpa butuh banyak teori rumit. “Bagaimana jika kakek ternyata dihipnotis oleh orang lain agar melupakan semua hal yang dialaminya selama ini?” Jack terkejut sendiri denagn praduganya itu. Dengan cepat jarinya mengetik pesan pada Hudson untuk menyampaikan dugaannya pada dokter. Jack ingin dokter mencari ahli hipnoterapi untuk memeriksa kakeknya besok pagi! “Yah ... kita memang harus terbuka dengan segala kemungkinan!” gumamnya sendiri. Sebuah helikopter sudah menjemputnya di halaman rumah. Lion,Falcon, dan Ned, pergi menemani Jack ke pertemuan para pimpinan militer negara. Nyonya Smith juga turut serta dalam helikopter. Sebuah tas kerja yang menggelembung berada di pangguannya. Begitu Jack masuk dan duduk dengn baik, dia sudah menyerahkan tablet untuk dibaca sang jenderal muda. Granny dan Valerie menatap helikopter tentara it
Pria bertopeng itu tak peduli. Dia terus berjalan menuju pintu keluar. “Itu kalau kau bisa bertahan hidup di penjara dan tidak dijatuhi hukuman mati!” balasnya sinis.Keesokan pagi, kepolisian Philadelphia gempar karena Calvin Fisher ditemukan tergeletak tak berdaya di pinggir jalan depan kantor polisi. Pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit dengan kawalan polisi dari kedua kota untuk menyelamatkan nyawanya.Di Meadow Creek, Jack sarapan dengan puas. Six telah melaporkan hal itu padanya sebelum subuh. Hatinya menjadi tenang dan seringan kapas. “Kau harus sembuh, Brianna,” bisiknya dalam hati.Iring-iringan mobil Jack menembus jalanan y ang ditutupi salju tipis. Kecepatan mereka tidak melebihi batas yang diperbolehkan, karena jalanan licin dan berbahaya. Tiba-tiba muncul seseorang yang tubuhnya penuh salju dan pucat, berdiri merenangkan tangan menghadang laju mobil.Para pengawal Jack segera waspada dan mengacungkan pistol lewat jendela pada orang itu sambil menurunkan kecepatan.“
Hudson menggeleng tak berdaya. “Itu nomor private. Tak ada jejak panggilan di ponsel.”Jack diam dan memperhatikan kakeknya. “Aku terlalu letih dengan banyaknya rahasia masa lalumu. Aku tidak akan mempedulikannya lagi. Jika kau ingin aku mencari orang itu, maka sadarlah dan ceritakan masalahnya padaku. Jika tidak, aku tak ingin menggalinya. Biarkan dia muncul sediri jika berani!”Dokter tidak mengatakan ada yang buruk dengan kondisinya, selain pingsan yang diperkirakan karena kejutan kecil. Namun, tidak sampai membuat Edward Hamilton mengalami serangan jantung. Mereka sudah melakukan tes dan tidak melihat ada yang salah di jantungnya.“Aku akan istirahat di sini, malam ini. Kau bisa pulang dan istirahat di rumah. Hanya saja, besok pagi aku harus kembali bekerja.” Jack menjelaskan posisinya yang sulit.“Saya mengerti.” Hudson mengangguk.Malam itu Jack menghubungi Brodie Baker untuk datang dan membawakan laporan perusahaan yang membutuhkan persetujuannya ke rumah sakit. Dia mungkin aka
Jack tercengang mendengar pengakuan Six. Dia menggeleng gusar. “Kau sangat tahu. Dengan posisiku di ketentaraan, aku tidak akan membiarkan tindakan main hakim sendiri seperti ini!” dengusnya kasar. “Jangan khawatir, jika terjadi sesuatu, akulah yang akan bertanggung jawab. Kami sangat tahu bahwa kau telah membahayakan karier militermu dengan mengambil alih kepemimpinan kelompok dalam masa krisis ini. Kami sangat berterima kasih untuk itu.” Six mengangkat tubuhnya yang semula membungkuk jadi duduk tegak dan menoleh pada Jack di samping. “Kami semua sudah menyepakati bahwa kami tidak akan pernah menyebutmu sebagai pimpinan jika terjadi hal yang mungkin akan menyeret kita semua ke ranah hukum!” Jack tak menyangka akan mendengar hal seperti itu. Kalian ....” Six mengangguk. “Kau jangan merasa terbebani dengan Kelompok Bawah Tanah. Sedikit hal yang kusesali tentang keinginan Deska yang menjodohkanmu dengan Brianna, meskipun dia mengetahui pekerjaanmu.” Six berdiri dan menghampiri lagi
Para pelayan di kediaman Deska langsung menyiapkan pemakaman untuk keesokan hari setelah mendapatkan informasi resmi tentang meninggalnya tuan mereka. Sementara itu, Jack dan pelayan pribadi Vladimir Deska tetap menunggu hingga semua prosedur selesai. Mereka membawa pulang peti jenazah Deska beberapa jam kemudian saat malam sudah turun.Jack mengabarkan pada Tuan Fredd bahwa dia tak bisa pulang, karena ayah mertuanya meninggal hari itu. Dia akan tinggal hingga pemakaman selesai dilakukan.Wajah seisi rumah itu diliputi kesedihan mendalam. Apapun pekerjaan Vladimir Deska di luar, dia tetaplah majikan yang baik pada para pekerjanya di rumah itu. Hingga tengah malam, makin banyak tamu dan perwakilan perusahaan yang datang ke kediaman dan melihat Vladimir Deska untuk terakhir kali.“Kami tidak melihat Brianna sejak tadi. DI mana kah dia?” tanya salah seorang tamu pada pelayan rumah.“Nona juga sedang sakit saat ini. Itu sebabnya tidak bisa hadir di sini,” jawab salah seorang pelayan.“Sa
Jack melangkah cepat mengikuti pelayan pribadi Vladimir Deska yang menunggunya di helipad.“Bagaimana keadaannya sejauh ini?” tanya Jack.“Tak ada kemajuan, Tuan Muda,” jawab pria itu lesu.Jack melirik pria di sampingnya. Pelayan itu tampak sangat letih, tapi tetap berusaha sigap melayani tuannya.“Kau bisa istirahat sebentar setelah ini. Biar aku yang menjaga Tuan Deska!” kata Jack.“Saya tahu Anda murah hati, Tuan Muda. Namun, saya juga tahu bahwa Anda pun memiliki banyak hal untuk diurus. Saya tidak akan membebani Anda lebih jauh,” tolaknya dengan penuh pengertian.Jack memaksa jika memang pria itu merasa masih sanggup melakukan tugasnya. Mereka memasuki lift menuju lantai perawatan Vladimir Deska.Jack menatap nanar mertuanya terbaring dengan begitu banyak alat bantu di tubuhnya. Pria yang pernah sangat berkuasa di Kelompok Bawah Tanah itu, kini terbaring tak berdaya. Bahkan untuk menarik napas saja sudah tak mampu.“Tuan Muda, Dokter ingin bertemu dengan Anda.” Pelayan pribadi i