Share

Bab 7. Penemuan Tuan Fred

Granny pulang sore itu. Seorang perawat lepas bernama Valerie, ikut bersama mereka untuk merawat granny sesuai petunjuk dokter. Dia adalah perawat yang malam sebelumnya dilihat Jack datang memeriksa granny di kamar perawatan.

Tom sudah menyiapkan kamar granny. Namun, tidak mengira akan ada tamu lain yang tinggal menumpang di rumah itu.

“Bisakah kau bereskan kamar tamu untuk Valerie, Tom?” tanya Jack.

“Baik, akan kubereskan segera.” Tom langsung menghilang. Kamar tamu yang dimaksud oleh Jack adalah kamar lama yang ada di loteng. Tuan Fred mengikutinya ke sana.

“Aku bisa melakukannya sendiri, Tuan Fred,” kata Tom setelah menyadari pria paruh baya itu berada di belakangnya memegang sapu.

“Aku tahu tempat ini sangat luas. Kita bereskan saja ruangan untuk dia tidur malam ini. Bagian lain, biarkan dia yang menatanya sendiri,” saran Tuan Fred.

“Baiklah kalau begitu.” Tom mengangguk dan mereka segera bekerja.

Perawat itu, Valerie, sangat terampil mengurus neneknya. Setidaknya, begitulah yang dilihat Jack sore itu. Gadis itu langsung ke dapur dan menyiapkan makan malam untuk granny, tanpa memikirkan masa istirahatnya lebih dulu.

Setelah semua urusan granny beres dan wanita tua itu beristirahat, barulah giliran mereka untuk makan malam. Jack mengeluarkan jurus memasak andalannya. Semua makan dengan senang sambil mengobrol.

“Kenapa kau tidak bekerja fulltime di rumah sakit itu?” tanya Jack.

“Aku belum lama pindah di sini. Lowongan untuk perawat baru belum dibuka lagi. Jadi, aku mendaftar sebagai perawat pengganti saja. Hitung-hitung, nanti bisa mendapatkan informasi pertama saat lowongan dibuka,” jawab Valerie.

Jack mengangguk. “Sebelumnya kau dari mana?”

“Aku dari Nashville,” jawab Valerie santai. Dia tak terganggu sama sekali ditanyai oleh Jack. Menurutnya itu adalah hal biasa mewawancarai seorang pekerja baru. Dan dia akan menjawabnya dengan jujur, agar Jack tidak perlu khawatir meninggalkan nenek tercintanya dalam pengawasan Valerie.

“Cukup jauh. Bagaimana kau bisa sampai di tempat ini tanpa pekerjaan tetap?” Tuan Fred tak bisa menahan rasa ingin tahunya.

Valerie tertawa kecil. “Karena aku terlalu bodoh dan mempercayai pria yang salah!”

“Dia menelantarkanmu?” tanya Jack ingin tahu.

“Tidak. Aku putus dengannya setelah tidak dapat lagi mentoleransi sikapnya. Jadi, aku keluar dari rumahnya dan mencoba hidup dengan baik di sini,” sahut Valerie.

Tuan Fred dan Jack manggut-manggut mengerti. “Kenapa kau tidak kembali saja ke Nashville? Dari pada di sini, kau tak punya kerabat,” tanya Tom.

“Pertanyaan macam apa itu? Tempat ini sangat indah. Apakah kalian tidak menyadarinya?” Valerie justru melihat mereka bertiga dengan keheranan.

Jack tertawa kecil mendengar keheranan dari gadis itu. Dia bisa memahami bahwa gadis itu jatuh cinta pada kota kecil mereka yang dikelilingi kebun-kebun anggur yang indah.

“Aku mau melihat granny.” Jack bangun dari duduknya.

“Kurasa, dialah tuan di kediaman ini,” kata Valerie.

“Kau benar!” Tuan Fred mengangguk.

“Kulihat kebun anggur di tempat ini tidak begitu bagus, apa yang terjadi?” tanya Valerie penasaran.

“Hanya Tuhan yang tahu apa yang menyebabkan kebun anggur kami mendapatkan kutukan seperti ini.” Tom menunduk sedih.

“Jangan khawatir. Kami masih punya bidang kebun yang masih bagus di bukit sana. Setelah Jack kembali, semua akan diremajakan lagi,” Tom sangat optimis dengan rencana yang telah dibuat Jack sebelumnya.

“Dia baru kembali dari mana?” tnya Valerie. Gadis itu tak dapat menahan rasa ingin tahunya. Sudah lebih satu tahun dia menetap di Meadow Creek. Tetapi dia belum pernah melihat Jack sebelumnya.

“Dia seorang tentara yang bertugas di garis depan. DIa pulang untuk memakamkan ibunya, kemarin. Dan sekarang terpaksa terjebak di kota ini untuk mengurus perkebunan anggur dan usaha wine keluarga yang terlantar.”

Tuan Fred berdiri “Aku kembali ke kamarku lebih dulu. Kalian bisa berbincang.”

“Tuan Fred bekerja sebagai apa di sini?” tanya Valerie.

Tom berdiri dari duduk dan membereskan piring-piring kotor. “Jangan terlalu banyak bertanya. Apa yang orang lain tidak beri tahukan, lebih baik tidak ditanyakan, kecuali itu menyangkut pekerjaanmu!” Suara Tom terdengar ketus. Namun sebenarnya dia hanya memperingatkan Valerie agar tidak bersikap terlalu berani.

“Kamarmu ada di loteng. Kamar mandi di atas belum sempat kubersihkan. Jadi kau bisa gunakan kamar mandi yang di sana untuk sementara.” Tom menunjuk kamar mandi tak jauh dari dapur.

“Baik. Terima kasih, Tom.” Valerie berdiri dari duduknya. Dia harus mengerti bahwa waktu beramah tamah di rumah itu sudah berakhir.

“Valerie!” panggil Tom saat gadis itu sudah di ambang pintu tengah.

“Ya?” Valerie berbalik.

“Jangan masuki ruangan mana pun di depan sana, kecuali ruangan Nyonya Besar!” Tom mengingatkan batasan perawat itu.

“Aku mengerti.” Valerie mengangguk dan melanjutkan langkahnya. Dia ingin segera beristirahat dan berharap dapat menikmati suasana yang menyenangkan di perkebunan itu.

***

“Jack, apa kita bisa bicara?” Tuan Fred menyapanya dari depan pintu kamar nyonya Mathilda.

Jack menoleh sebentar sebelum berpaling lagi pada neneknya. “Granny, sepertinya Tuan Fred ingin memarahiku. Jadi sebaiknya Granny tidurlah dulu,” kelakar Jack.

Neneknya tersenyum mendapatkan ciuman sayang di pipi dari Jack. “Aku menyayangimu.”

***

“Aku sudah mendapatkan beberapa nomor di kertas yang kau berikan,” ujar Tuan Fred. DIberikannya kertas penuh catatan itu pada Jack.

Jack sangat terkejut membaca catatan Tuan Fred. “Kau yakin mommy menelepon daddy sebanyak ini?” Jack menggoyangkan kertas itu pada Tuan Fred.

“Duduk, Jack. Biar kukatakan sesuatu padamu.” Tuan Fred menunjuk kursi yang ada di ruang kerjanya itu. Tuan Fred duduk dan membuka laci meja kerjanya. Dia mengambil beberapa berkas yang disimpannya dengan sangat rapi.

“Sebenarnya, sudah sejak setahun lalu, ayahmu mencoba mendekati ibumu lagi. DIa menelepon berkali-kali. Semula dia menanyakan kabarmu. Namun, lama-kelamaan Nyonya Mathilda mengetahui hal itu dan melarang ibumu menerima panggilan teleponnya lagi.”

“Mengejutkan!” Jack tak bisa mempercayai pendengarannya.

“Setelah itu, ayahmu kerap menghubungiku, meminta untuk menyampaikan pesan pada ibumu.” Tuan Fred menunjukkan setiap pesan yang diterimanya dan dicetak di kertas sebagai bukti.

“Untuk apa kau mencetak pesan ini?” tanya Jack heran. Diambil pesan-pesan tertulis itu dan membacanya sekilas. Tak ada pesan spesial. Memang seperti seorang ayah yang bertanggung jawab dan ingat pada anaknya.

“Bagaimana reaksi mommy membaca pesan-pesan ini?” tanya Jack ingin tahu.

“Tidak ada. Ibumu itu wanita yang sangat misterius. Setelah membaca pesan, dengan wajah datar yang sama, dia mengembalikan semua kertas pesan ini padaku.”

“Mommy tidak menjawab apapun?” tanya Jack.

“Tidak bereaksi sama sekali. Itu sebabnya aku heran melihat panggilan telepon yang sangat banyak antar mereka berdua,” sambung Tuan Fred.

Jack memeriksa kertas yang diberikan polisi. “Di tiga hari terakhir hidupnya, mommy dan daddy bertelepon sangat intens.”

“Mereka pasti punya andil atas apa yang terjadi pada mommy!” kata Jack marah. “Aku akan ke sana besok pagi!” putus Jack segera.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Papa_Yor
sangat misterius... heeemm
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status