Terpaksalah Sergie menggendong Yue ke kamar tamu. Di depannya ada Arthur yang terus mengoceh soal Yue yang juga suka drone.Keduanya tidak tahu kalau jantung Sergie jedag jedug di dalam sana. Apalagi ketika kepala Yue menelusup tepat di lehernya. Rasanya bernapas saja jadi susah.Perjalanan menuju kamar tamu yang biasanya hanya lima menit, kini serasa seabad tidak sampai-sampai. Hingga akhirnya "derita" Sergie berakhir ketika Yue ia baringkan di ranjang. Dengan Niel sigap memeriksa.Niel, pria sebaya Edgar yang jadi pengganti Rud. Sama-sama sudah ingin pensiun dari dunia masing-masing, keduanya yang memang sahabat sejak muda lagi, setuju untuk tinggal bersama Edgar.Berdua sering kali menghabiskan waktu dengan menjaga Arthur sepulang sekolah."Dia hanya dibius kan? Tidak ada yang bahaya dengan itu, tinggal tunggu dia bangun saja.""Dia tidak diapa-apain kan?" Serena bertanya, mengingat cerita Arthur kalau Yue diculik."Aku jagain dia waktu Om Sergie berantem. Tenang saja, dia tidak di
"Kita perlu bantuan.""Gak usah. Nungguin anak buah Om Felix datang, keburu bablas mereka. Sudah deh, Om pasti bisa ngalahin mereka."Aku? Sergie menunjuk wajahnya sendiri."Mereka kan gak banyak Om. Lagian badannya Om lebih gede ini, masak kalah sama mereka."Ini bukan soal size, tapi perkara skill. Badan lawan mereka memang tidak besar, tapi bagaimana jika kemampuan mereka di atas rata-rata. Bisa jadi pasien Max lagi dia."Itu Om. Itu mobil mereka. Pepet terus."Lah kan betapa cerewetnya Arthur. Dia sangat antusias melihat mobil yang digunakan untuk membawa Yue.Tanpa diperintah, Sergie juga bakal lakukan itu. Dia pangkas jarak kendaraan keduanya. Kaca mobil yang gelap membuat Sergie tidak bisa memantau keadaan di dalam.Yang ada di benak Sergi adalah bagaimana jika orang-orang itu melakukan hal buruk pada Yue. Gadis itu tampak muda juga baik. Tidak rela rasanya jika Yue harus jadi korban kejahatan sejumlah orang yang tidak bertanggungjawab.Memikirkan hal itu, Sergie langsung memo
Glen menggenggam erat ponselnya. Dia sudah mempertimbangkan masak-masak, juga mengambil langkah pencegahan saat dia memutuskan.Dia hanya punya seorang adik, dan identitasnya tidak pernah terungkap ke publik. Dia yakin, adiknya aman. Urusan balas budi dia akan membayarnya dengan cara lain.Tapi mengkhianati Max dan yang lainnya, Glen tidak akan melakukannya."Kamu sedang apa?"Pertanyaan itu membuat Glen menoleh. Di mendapati sang nyonya tengah memperhatikannya. Serena sendiri cukup heran melihat Glen berdiri di area terlarang. Ini cukup mencurigakan. Meski punya wewenang, Glen tampak aneh waktu memandang Rever di dalam kotak penyimpanannya. "Sedang mengecek mereka."Mereka tentu saja mengacu pada Rever dan Vrai. Serena mengangguk paham, walau tetap memendam heran. Ekspresi Glen tampak natural tapi Serena bisa menangkap sisi rumit dalam tatapan Glen pada Rever."Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?"Pertanyaan Glen membuat Serena teringat tujuannya ke sini. "Minta obat, Al mendadak be
"Apa yang dia lakukan di sana? Memangnya dia diundang. Kalau diundang kenapa pakai masker segala. Bukannya akan lebih wah, kalau semua orang tahu. Menteri pertahanan ada di sini."Sica memutar bola matanya malas. Dia sedang berada di toilet. Membasuh muka supaya bedak yang dia aplikasikan tadi berkurang lapisannya.Gegara Alex yang memantaunya make up tadi, membuat gadis itu keki dibuatnya."Kurang tebal Sica, bisa gak biar kelihatan segar sedikit. Wajahmu membuat orang berpikir aku menyiksamu tiap malam."Sica mendengus kesal teringat bagaimana Alex mengomentari make up-nya. Kalau tidak plan akan bareng pergi ke nikahannya Leo, mungkin Sica sudah menendang sang pengacara kondang itu dari apart-nya.Lagian mana ada orang ngajak barengan tapi sudah muncul di apart Sica dua jam sebelum acara berlangsung.Atasannya memang aneh bin ajaib bin tidak bisa ditebak. Baik strategi persidangannya maupun akal bulusnya dalam mengerjai Sica."Lagi pula apa maksudnya minta aku simpan bunga ini. Aku
Drama apa lagi ini? Semua orang kini menoleh pada sang lelaki yang berjalan menuju ke arah Leo. Pria itu dan Alena telah disahkan sebagai pasangan suami istri. Sudah mengucapkan janji pernikahan, sudah pula bertukar cincin.Keduanya tinggal melaksanakan first mereka sebagai pasangan suami istri ketika seorang lelaki mendistraksi momen tersebut.Awalnya Leo tampak panik, siapa yang berani mengganggu acara pernikahannya. Tapi begitu melihat figur tersebut dia tersenyum sinis."Dia siapa?" Bisik Alena dari balik punggung Leo."Ayahku," balas Leo enteng.Alena mengerutkan dahi. Ayah Leo? Dia pikir ayah suaminya sudah meninggal makanya dia tidak berani tanya, takut Leo akan sedih.Ternyata ayah Leo masih hidup. Tapi kenapa pria itu tak pernah menceritakan padanya soal papanya.Leo tampak tenang menghadapi kemunculan sang ayah setelah satu tahun lebih menghilang."Leo, kamu tidak bisa menikah dengannya.""Kenapa? Aku laki-laki bisa menikah sendiri. Lagi pula, kenapa papa muncul lagi. Uang
"Kamu sakit? Pucat banget," komen Serena begitu melihat Riva duduk di sampingnya."Dia pingsan tadi. Masuk angin, gegara berendam di kolam semalam."Beita yang menjawab pertanyaan Serena. Pria itu duduk di samping Riva sambil terus mengawasi sang istri yang terlihat tidak baik-baik.Mereka ada di deretan kursi tamu terdepan dalam pernikahan Leo dan Alena yang dihelat megah. Pernikahan putra tunggal klan Manchini dengan putri bungsu keluarga Romano. Sangat sensasional, mengingat Alena baru menginjak usia dua puluh tahun dua hari lalu ketika Leo langsung melamarnya. Pria itu rupanya benar-benar fall in pada gadis yang sampai detik ini masih memanggilnya om."Sudah periksa?" Serena bertanya lagi."Dia kan alergi dokter. Mau bagaimana lagi."Ah iya, Riva paling anti dengan profesi itu. "Terus diapain?""Cuma dikasih paracetamol aja yang sirup buat anak. Tapi minumnya setengah botol."Kacau! Serena tepok jidat, Beita menggelengkan kepala dan si bahan ghibah nyengir lebar tanpa dosa."Mbok