"Astaga! Ini bukan cuma Vrai setengah jadi. Ini sudah delapan puluh lima persen"Max berteriak dari balik kaca mikroskop, di mana dia sedang menguji cairan biru metalik yang ada di bandul kalung Yue. Rever tahap paling akhir bisa dipukul mundur walau belum mati sepenuhnya.Mereka hanya perlu sedikit "final touch" untuk menyempurnakan formula itu. Dalam sekejap, Glen dan Yue dibuat sibuk oleh perintah Max yang minta diambilkan ini dan itu.Sementara pria tersebut fokus dengan bejana kaca siap untuk menyempurnakan Vrai. Untuk kali pertama Glen dan Yue kolab di laboratorium. Keduanya jelas excited. Baru Glen sadari kalau Yue juga punya passion di bidang ini. "Bisa gabung di lab setelah ini," bisik Glen ketika mereka berpapasan di tengah jalan."Aku lebih suka drone," cengir Yue sambil lalu. Glen mendengus sebal. Gagal sudah dia dan Yue berkarir di bidang yang sama."Oke. Hubungi Al, suruh bawa Serena kembali ke sini. Vrai siap dalam lima belas menit."Glen langsung terhubung dengan Feli
Mungkin sebagian orang akan menyalahkan Serena. Kenapa perempuan itu bersikeras ikut menemui Thiery Jackson, padahal sudah tahu kalau resikonya besar. Itulah manusia, tidak semua hal yang dilakukan akan berakhir baik. Meski potensi hal buruk sudah ditekan sampai batas maksimal.Sama seperti Serena. Mungkin dia terlalu percaya diri dengan kemampuannya. Tidak mempertimbangkan opsi lain yang lebih baik. Seperti menunggu datangnya bantuan, misalnya.Ketika seseorang panik atau di bawah ancaman. Logika dan pertimbangan akan kabur seiring rasa takut yang tumbuh kian besar. Dan Serena mengalaminya.Kecemasannya akan nasib Yue menuntunnya pada kesalahan rencana serta hal lain yang terjadi di luar prediksi. Semua orang tidak akan menyangka. Kalau Thiery justru akan menggunakan Serena sebagai bahan uji coba Raver sekaligus membuat nyawa perempuan itu dalam bahaya.Dan sekali lagi, selaku perempuan yang lebih mengedepankan perasaan dibanding logika. Serena kembali melakukan kesalahan. Sisi ker
"Ibu, Ibu, Ibu!"Teriakan Arthur melengking, sekaligus membuat siapa saja yang melihatnya bisa ikut merasakan ketakutan juga kesedihan bocah itu.Alterio sudah coba menenangkan. Dia beritahu kalau ibunya akan baik-baik saja. Namun sang putra seolah tahu, kalau kondisi ibunya tidak seperti yang papanya beritahu."Papa bohong! Ibu jelas gak balas panggilanku. Itu artinya Ibu sakit, sakitnya parah. Ibu cuma gak bisa bangun kalau gitu. Papa cepet bangunin Ibu."Rengekan dan tangisan Arthur berakhir dalam dekapan Alterio. Pria itu kehabisan kata untuk membujuk Arthur, sebab dia pun sama takutnya dengan anaknya."Arthur tolong, sabar ya. Om Max lagi buat obat untuk nyembuhin Ibu. Arthur bisa nunggu kan?""Enggak bisa! Gak mau! Ini sudah lama banget dan Ibu belum juga bangun. Arthur mau Ibu sekarang!" Raung Arthur kian lantang.Edgar hanya bisa melihat ayah dan anak itu saling menguatkan. Alterio belum pernah serapuh ini. Dan Arthur belum pernah seemosional ini.Arthur masih menangis untuk b
Kepanikan jelas terlihat di wajah Thiery. Deru mobil makin dekat. Dia yakin Alterio tidak sendiri."Lepaskan Nyonya. Kembalikan Rever!" Seru Glen penuh peringatan. Darah yang mengalir dari lukanya tidak dia hiraukan. Sakitnya juga ia abaikan. Yue aman, sekarang tinggal membuat Serena terbebas dari Thiery yang sepertinya mulai khawatir.Pria itu sibuk mencari celah. Dia agaknya tahu telah dikepung dari segala sisi. Tak berapa lama, dari arah pintu Al dan yang lainnya datang."Thiery Jackson kau berani menyentuh istriku. Kau tahu apa akibatnya?"Thiery mengulas senyum. "Apa? Mati? Tidak juga. Lebih tepatnya bukan aku yang akan mati sekarang."Semua orang mulai waspada. Perhatian terfokus pada senjata yang terarah ke nadi di leher Serena."Sorry cantik. Kita bertemu nanti, itu pun kalau kau berhasil selamat."Thiery tidak punya pilihan. Jika dia ingin selamat, dia harus mengalihkan perhatian Alterio juga yang lainnya. Dan pengalihan yang sempurna ada dalam genggaman Thiery.Pria itu mer
"Nyonya kenal dia?" Glen tentu heran ketika Serena mengenal orang yang selama ini menerornya."Ingat ketika ada orang yang ingin menculikku. Dialah orangnya."Glen makin bingung. Thiery Jackson adalah orang yang waktu itu. Namun setahu Glen wajah sosok yang mengganggunya bukan seperti ini. Apa orang tersebut melakukan rekonstruksi wajah.Glen pada akhirnya hanya menggelengkan kepala. Dia mengikuti langkah Serena mendekat ke arah pria tadi."Halo Serena Valencia dan Rever." Lelaki di depan Serena menyapa sambil membasahi bibirnya. Tampak begitu antusias waktu melihat Serena.Dalam penilaiannya, Serena begitu cantik dalam balutan gaun semi formal berwarna hijau toska. Mengenakannya membuat Serena tampak begitu nyaman untuk dipandang dan tentu saja ... cantik."Jangan basa basi, kami sudah datang. Di mana Yue?" To the poin Serena bertanya. Thiery tampak sendiri. Percaya diri sekali dia. Pria itu pikir bisa menghadapi Al dan yang lain andai mereka datang."Sabar dulu, Nyonya. Yue baik-ba
Satu kesalahan fatal Yue lakukan. Dia minta izin keluar dari White Villa, menolak pengawalan seorang bodyguard. Berdalih penculikan sudah terjadi berhari-hari lalu. Lagi pula, Yue pikir dia hanya pergi sebentar. Tidak pernah dia tahu kalau orang-orang itu masih mengincarnya. Hingga ketika mereka kebetulan melihat Yue masuk ke mini market, mereka langsung menangkapnya.Ya, Yue tidak tahu kalau tubuhnya telah ditempeli pelacak super tipis, sewarna kulit dan sulit terdeteksi radar manapun. Gadis itu coba melawan tapi semua sia-sia. Dia berakhir diikat dengan mulut disumpal.Di depannya seorang pria baru mematikan panggilan pada Glen, sang kakak."See, dia akan datang sebentar lagi. Rever dan Serena akan jadi milikku."Serena? Bukannya itu ibu Arthur. Mendengar Serena turut diincar, Yue coba melepaskan diri. Dia tidak masalah terluka, tapi kalau ada orang lain yang dilibatkan dalam urusannya, Yue tidak terima."Kenapa? Kau ingin protes?" Kain yang menyumpal Yue dibuka. "Jangan libatkan