Beranda / Romansa / DIBUANG SUAMI, DIRATUKAN AKTOR TERNAMA / Dipaksa Menggugurkan Kandungan

Share

DIBUANG SUAMI, DIRATUKAN AKTOR TERNAMA
DIBUANG SUAMI, DIRATUKAN AKTOR TERNAMA
Penulis: Fatmah Azzahra

Dipaksa Menggugurkan Kandungan

Penulis: Fatmah Azzahra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-06 02:26:50

Aku baru saja keluar dari dalam kamar mandi saat tiba-tiba saja sebuah gaun dilemparkan ke arahku. Aku kaget dan terpaksa menyambutnya.

"Pakai baju ini!" ucap seorang pria yang mengenakan jas pas badan.

"Apa ini, Mas?" Kukerutkan kening sambil mendekap gaun di dada juga menatap pria di depanku sedikit takut. Bahkan handuk yang aku kenakan tanpa sadar terlepas dari kepala, membuat rambut sepunggung milikku yang masih lembab terurai, jatuh dengan lembut bersamaan dengan handuk yang teronggok di belakang.

Jantungku seketika berdetak kencang saat melihat raut tidak suka yang ia perlihatkan. Tubuhku bahkan tanpa sadar bergetar dan aku terpaksa menelan ludah gugup.

"Bukankah sudah aku katakan, jangan pernah bertanya apapun karena kamu tidak pantas melakukannya!" Ucapannya terasa sangat menusuk, membuatku tanpa sadar bergerak mundur saat dirinya memangkas jarak.

Aku berusaha menolak, "T-tapi—"

"Pakai!" titahnya tegas, membuat bibirku terasa kelu seketika, "apa kamu tidak mengerti bahasa manusia?!" Suaranya semakin terdengar menusuk dan hal itu berhasil membuatku pias.

"A-aku mengerti," sahutku gugup. Kutundukkan kepala agar tidak melihat tatapan setajam belati yang ia berikan, meskipun sebagai gantinya aku harus merasakan hembusan napas panasnya di puncak kepala yang justru semakin membuatku gemetar. Bahkan tanpa sadar meremas gaun yang ia berikan.

Aku bahkan tanpa sadar menahan napas dan seketika merasa lega saat merasakan pergerakan tubuhnya menjauh diikuti derap langkah pelan saat sepatu hitam mengkilap yang ia kenakan beradu dengan lantai. Namun, aku harus kembali tercekat dan lagi-lagi menahan napas saat mendengar ucapannya, "10 menit, Alisha! Tidak lebih!"

Pintu pun ditutup dengan sebuah bantingan keras. Namun, sukses membuatku berjengit kaget.

"Untung saja dia sudah pergi," ujarku lirih sambil mengusap dada. Sebuah helaan napas aku hembuskan guna menenangkan debaran yang menggila. Namun, aku sadar jika titah itu sudah terucap. Maka, aku harus segera mengerjakannya agar dia tidak memiliki alasan untuk menyakitiku seperti yang sudah-sudah.

Aku lantas bergegas turun ke bawah, begitu selesai berdandan sederhana. Bisa kulihat kepala pelayan membungkuk hormat dengan wajahnya yang entah kenapa tidak pernah terlihat ramah saat berhadapan denganku.

"Selamat malam, Nyonya!" Tubuhnya sedikit membungkuk, "Tuan sudah menunggu di depan." Tangannya terulur pertanda aku harus bergegas.

Aku hanya membalas dengan sebuah anggukan kecil. Namun, semakin mempercepat langkah kakiku menuju pintu depan yang kulihat terbuka sangat lebar. Bahkan aku bisa melihat punggungnya yang saat ini tengah membelakangiku.

"Mas—"

"Masuk! Waktu kita tidak banyak!" ujarnya tegas, mendahului diriku masuk ke dalam.

Aku pun hanya mampu menelan ludah kasar dan tanpa sepatah katapun lagi ikut masuk, duduk di sampingnya.

Mobil pun akhirnya melaju, meninggalkan area rumah, membelah jalanan yang tampak mulai lengang.

Aku lantas berusaha menyamankan diri dengan duduk bersender. Namun, perutku tiba-tiba terasa bergejolak saat tercium aroma parfum miliknya.

Aku berusaha keras menahan. Beruntung rasa mual itu bisa sedikit aku kendalikan. Saat aku tengah mengatur napas, lengan besarnya tiba-tiba terulur ke depan wajahku, membuatku sedikit terkejut, terlebih saat melihat benda apa yang tengah dirinya pegang.

Aku lantas menoleh padanya dengan cepat, "Ap—"

"Ini milikmu, bukan?" Suaranya terdengar dingin, membuatku harus menelan semua pertanyaan yang hendak aku pertanyakan. Bahkan dengan berat hati aku harus menganggukkan kepala, lalu mengulurkan tangan meraih benda tersebut.

Wajahku bahkan kini terlihat pias saat kugenggam benda pipih tersebut dan seketika tercekat saat jemari rampingnya mencengkram daguku dengan kuat.

Aku menatapnya di antara bulir bening yang siap tumpah. Namun, rautnya justru semakin mengeras dan saat dirinya mendekatkan wajah hingga pipi kami bersentuhan, suara dinginnya terdengar semakin membekukan seluruh persendian tulang, "Apa kamu senang dengan mempermainkanku, Alisha?"

Aku berusaha menjelaskan, "A-aku tidak—" Hanya untuk terhenyak saat ia mendorong kasar diriku hingga jatuh telentang. Belum sempat diriku bereaksi, dia justru kembali berujar, "rapikan penampilanmu. Kita sudah sampai di tujuan."

Aku lantas bergegas bangkit, kembali duduk di posisiku semula, dan entah kenapa aku tiba-tiba merasakan sebuah perasaan takut bercampur gugup, seolah-olah akan terjadi sesuatu yang buruk padaku sehingga hal itu sukses membuat keringat dingin membasahi kening.

Aku bahkan segera menelan ludah susah payah saat menatap bangunan kumuh yang akan kami masuki. Mataku membola dan aku kini merasa sangat yakin perasaan tidak nyaman yang aku rasakan sebelumnya kemungkinan besar akan segera terjadi.

"Wellcome to the hell, Alisha!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DIBUANG SUAMI, DIRATUKAN AKTOR TERNAMA   Siapa Dia?

    Hari ini hari keempat aku berada di rumah sakit ini. Beruntung seorang perawat bersedia membawaku pergi ke taman belakang rumah sakit saat kukatakan jika aku merasa bosan terus menerus berada di dalam kamar. Perutku bahkan sudah terasa lebih baik daripada sebelumnya dan nanti siang dokter akan melakukan kunjungan guna memastikan jika bayiku benar-benar masih selamat. Ku usap lembut perutku yang tertutup piyama sambil menatap pemandangan danau angsa. Senyum manisku terukir kala melihat di depan sana sepasang angsa tengah melakukan tarian perkawinan. "Sangat indah," ujarku lirih. Angin sepoi-sepoi bahkan menerbangkan anak rambutku yang terlepas dari ikatan hingga menutupi sedikit wajahku. Ku beranikan diri menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. Namun, gerakanku seketika terhenti saat mendengar suara dari belakang, "Nyonya, sekarang sudah jam 10. Dokter sebentar lagi akan datang. Jadi, sebaiknya kita segera kembali.""Baik. Terima

  • DIBUANG SUAMI, DIRATUKAN AKTOR TERNAMA   Hutang?

    "Mati kamu wanita sialan!""Ya, Dia pantas mati! "Bunuh saja! Bunuh!""Sekalian hancurkan makam ibunya!""Ya ... ya! Hancurkan! Hancurkan!"Suara-suara sumbang terdengar tumpang tindih. "Tidak! Jangan lakukan itu! Jangan sentuh makam ibuku!" aku berteriak kencang, mencegah mereka bertindak anarki. Namun, mereka justru mendorongku dengan kuat hingga terjengkang ke belakang, bersamaan dengan ayunan palu mengenai bagian atas makam, "tidak!" Aku kembali menjerit pilu. Tanganku terulur ke depan, berharap bisa menyelamatkan satu-satunya hal yang tersisa dari wanita yang sangat berharga di hidupku. Akan tetapi, mereka justru tertawa terbahak-bahak kala benda itu terus terayun, menciptakan serpihan-serpihan debu beterbangan di udara, juga puing-puing berjatuhan ke tanah berumput hijau di kedua sisi. "Tidak ... tidak!" pekikku nyaring. Mataku terbuka, napasku terengah-engah. Kutatap nyalang sekitar hingga kudapati wa

  • DIBUANG SUAMI, DIRATUKAN AKTOR TERNAMA   Aku Di mana?

    "Sepertinya Dia sudah sadar?" Samar terdengar suara dengung di sekitar saat kelopak mataku perlahan terbuka. Silau! Tanganku perlahan terangkat ke atas guna menghalau sinar terang yang terasa menusuk. "Matikan lampunya! Jangan lupa panggil Dokter Raline. Katakan padanya jika pasien kamar 301 sudah sadarkan diri. Jangan lupa beritahu suami pasien agar segera datang. Oh ya, tadi Dia bilang mau ke mana?" "Katanya mau nyari sarapan sebentar, Dok." "Berarti deket dari sini. Jangan lupa langsung hubungi ya, Suster Ida!" "Siap, Dokter Anwar!" sahutnya, disusul derap langkah menjauh juga suara pintu digeser. Kemudian hening terdengar, hanya suara jarum jam yang berdetak, mengisi kekosongan ruangan. Sial! Kepalaku rasanya pening sekali. Aku mengernyit dan meringis lirih kala berusaha keras membuka mata. "Jangan memaksakan dirimu, Nyonya!" tegur seorang pr

  • DIBUANG SUAMI, DIRATUKAN AKTOR TERNAMA   Aku Harus Kabur

    Aku terus berlari menyusuri lorong, tidak perduli pada apapun lagi. Sayangnya tepat di belokan, langkahku harus terhenti saat mendapati sebuah jalan buntu. Aku pun memindai sekeliling, hingga menemukan sebuah pintu kecil dan bergegas masuk ke dalamnya yang ternyata adalah lemari loker khusus tempat penyimpanan alat-alat kebersihan. Aku berusaha mengatur napas sebisa mungkin agar tidak terdengar, bahkan aku bisa mendengar suara langkah kaki mereka di luar sana saat ketiganya mendekat. Aku lantas berusaha mengintip dari sela-sela ventilasi. "Dasar bodoh! Kenapa kamu bisa kehilangan wanita itu?!""A-aku hanya sedang membuka pintu. Tapi, ternyata Dia berhasil melarikan diri.""Dasar si cacat goblok! Cari Wanita itu sampai dapat! Jika tidak, Tuan Kennan akan marah besar dan nyawa kita bertiga akan menjadi gantinya, mengerti?!" Tangannya memukul kepala si pria kurus itu dengan kuat. Si pria kurus terlihat meminta maaf ber

  • DIBUANG SUAMI, DIRATUKAN AKTOR TERNAMA   Aku Mohon, Jangan Lakukan Itu, Mas!

    "Please, jangan lakukan ini, Mas!" Aku memohon, berharap dirinya memiliki sedikit saja hati nurani. Tangisku bahkan pecah saat diseret paksa olehnya menuju area terdalam bangunan. Lenganku juga terasa kebas akibat kuatnya cengkraman dan aku yakin akan menimbulkan bekas. Sayangnya raut dingin itu tidak berubah sedikitpun, bahkan hingga dirinya mendorong tubuhku ke hadapan beberapa orang berpakaian putih khas tenaga medis yang hanya memperlihatkan raut datar melihat semua perlakuan yang Kennan berikan padaku, membuatku jatuh tersungkur di depan kaki ketiganya. Ringisan pelan lolos dari bibirku saat siku beradu dengan lantai, beruntung tangan kananku berhasil menekan lantai hingga perutku tidak langsung membentur area tersebut. Mungkin inilah yang dinamakan nurani seorang ibu yang ingin melindungi calon anaknya sehingga tanpa sadar diriku reflek melakukan hal tersebut. Namun, belum sempat diriku kembali menghiba, suaranya kembali terdengar, "Bawa dia dan p

  • DIBUANG SUAMI, DIRATUKAN AKTOR TERNAMA   Dipaksa Menggugurkan Kandungan

    Aku baru saja keluar dari dalam kamar mandi saat tiba-tiba saja sebuah gaun dilemparkan ke arahku. Aku kaget dan terpaksa menyambutnya. "Pakai baju ini!" ucap seorang pria yang mengenakan jas pas badan. "Apa ini, Mas?" Kukerutkan kening sambil mendekap gaun di dada juga menatap pria di depanku sedikit takut. Bahkan handuk yang aku kenakan tanpa sadar terlepas dari kepala, membuat rambut sepunggung milikku yang masih lembab terurai, jatuh dengan lembut bersamaan dengan handuk yang teronggok di belakang. Jantungku seketika berdetak kencang saat melihat raut tidak suka yang ia perlihatkan. Tubuhku bahkan tanpa sadar bergetar dan aku terpaksa menelan ludah gugup. "Bukankah sudah aku katakan, jangan pernah bertanya apapun karena kamu tidak pantas melakukannya!" Ucapannya terasa sangat menusuk, membuatku tanpa sadar bergerak mundur saat dirinya memangkas jarak. Aku berusaha menolak, "T-tapi—" "Pakai!" titahnya tegas, membuat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status