Share

Bab 21

Penulis: Flower Lidia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-12 17:47:48

Ziva dan Reza baru saja menutup pintu apartemen setelah pulang dari rumah sakit dan kantor. Keduanya sama-sama lelah—Ziva dengan rambut sedikit berantakan, Reza dengan dasi yang sudah longgar. Namun, rasa lelah itu seketika lenyap ketika pandangan mereka jatuh ke ruang tamu.

di sana, berdiri sepasang orang paruh baya yang wajahnya nyaris fotokopi Reza—terutama tatapan tajamnya.

Refleks, keduanya berhenti di tangga teras.

Ziva membeku. “Reza… itu…”

Reza menarik napas dalam. “…orang tua saya.”

Seketika, dunia terasa melambat. Ziva yang biasanya selalu punya seribu cara untuk menyelamatkan situasi, kini hanya bisa menatap ke depan sambil memikirkan: Kenapa nggak dikasih spoiler dulu sih?

Namun, sebelum Ziva sempat panik lebih jauh, Reza berbisik cepat di telinganya.

“Mulai sekarang, kita pura-pura jadi pasangan harmonis. Jangan sampai mereka curiga.”

“Pura-pura?” bisik Ziva balik.

“Ya, Ikuti saja,” jawab Reza datar, seakan ini rutinitas harian mereka.

Dengan gerakan yang terlalu mulus un
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 37

    Malam itu jelas-jelas membuat Reza goyah. Dan semakin Alisya memikirkannya, semakin ia yakin bahwa rahasia terbesar Reza adalah kunci utama untuk membuat pria itu tetap terikat padanya.Ia tertawa pelan, suara tawanya menggema di ruangan sunyi. “Kasihan sekali kamu, Reza… Masa kecilmu yang kelam itu akan jadi senjata paling indahku.”“Akhirnya aku menemukan celahnya…” gumamnya lirih sambil mengaduk kopinya.Tak lama, seorang pria berjas hitam duduk di hadapannya. Wajahnya tak terlalu jelas karena tertutup bayangan lampu. Ia hanya dikenal sebagai “S.”, sosok misterius yang sudah lama bekerja di balik layar untuk Alisya.“Jadi, kau masih menyimpan dendam itu?” suara pria di seberang terdengar samar, seolah sengaja disamarkan.Alisya tersenyum tipis. “Dendam? Oh, tidak. Aku hanya menagih kembali apa yang seharusnya menjadi milikku. Reza…” ia menarik napas dalam-dalam, menahan sesuatu di dadanya, “dia milikku sejak dulu. Tapi semuanya berubah saat dia bertemu perempuan itu.”Suara di sebe

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 36

    Flash back..Kafe itu sunyi, hanya tersisa beberapa meja yang masih ditempati pengunjung. Lampu gantung berwarna kuning temaram memberi kesan hangat, namun suasana justru terasa menyesakkan bagi Reza. Ia duduk di pojok ruangan, mengetukkan jemari ke meja, menunggu seseorang yang seharusnya tidak perlu lagi muncul di hidupnya.Dan benar saja—suara ketukan hak sepatu terdengar jelas mendekat. Alisya.Dengan gaun sederhana namun tetap anggun, ia berdiri di hadapan Reza, seolah tidak ada luka masa lalu yang pernah ditinggalkannya.“Lama tidak bertemu, Reza,” ucap Alisya dengan senyum tipis yang lebih terasa seperti sindiran daripada sapaan.Reza menghela napas panjang, menegakkan tubuhnya. “Katakan cepat, Alisya. Aku tidak punya banyak waktu.”Alisya tersenyum samar. “Kamu tahu kan… aku selalu suka bikin kamu gelisah.” Ia duduk di bangku yang lembap, lalu menatap Reza lama, membuat pria itu akhirnya ikut duduk meski enggan.Alisya mencondongkan tubuhnya ke depan, matanya berkilat penuh t

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 35

    Pintu apartemen berderit pelan saat Ziva mendorongnya dengan bahu. Harumnya rumah sakit masih menempel di tubuhnya—campuran antiseptik, kopi dingin, dan sedikit kelelahan.“Reza…” panggilnya lirih.Tidak ada jawaban. Yang terdengar hanya suara detik jam di dinding, terdengar begitu menyebalkan.Ziva menghela napas panjang, melempar tas kerjanya ke sofa. “Tiga jam aku nunggu kamu di rumah sakit, Za. Tiga jam! Ternyata kamu bahkan nggak di sini juga.”Ia melirik meja makan. Kosong. Lantai? Ada jejak bungkus snack, tapi Reza-nya nihil. Bahkan sandal sebelah yang biasanya berserakan juga hilang.Ziva mendengkus. “Wah, luar biasa. Bapak Reza berhasil menghilang dari muka bumi. Mungkin beliau diculik alien. Atau jadi ketua RT di dimensi lain.”Meski berusaha bercanda, ada sesak yang menempel di dada. Ia meraih ponselnya, mencoba menelepon lagi. Hasilnya sama: nomor tidak aktif.“Ya ampun, Za. Kamu ke mana sih?” bisiknya.Karena capek, Ziva langsung menjatuhkan diri ke sofa, menatap langit-l

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 34

    Jam dinding ruang dokter menunjukkan pukul 10.30 pagi. Seharusnya Ziva sudah menyelesaikan tiga pasien dan melanjutkan jadwal visite ke bangsal. Namun tangannya terasa kaku, pena yang biasa menari di atas kertas rekam medis justru berhenti di tengah kalimat. “Dok, saya harus ganti obat ini atau tetap yang sama?” tanya suster Lala dengan suara hati-hati. Ziva terlonjak kecil. “Oh… iya, tetap yang sama. Tulis dosisnya dua kali sehari,” jawabnya cepat, lalu menutup map pasien. Padahal, tadi ia sendiri yang menulis catatan untuk mengubah dosis obat. Suster itu saling pandang dengan rekannya. Biasanya Dokter Ziva dikenal tegas, detail, jarang salah. Hari ini wajahnya terlihat lelah dan pikirannya jelas tidak berada di ruangan itu. Ziva melangkah ke bangsal dengan jas putih berkibar. Namun di sepanjang lorong, pikirannya kembali terseret ke pesan aneh yang masuk semalam: 'Apa kamu tahu di mana dia berada ketika kamu sibuk di rumah sakit? Atau kamu hanya percaya begitu saja…?' Apa maks

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 33

    Mesin mobil sport Reza menderu halus saat meninggalkan area restoran. Lampu jalan berderet rapi, menciptakan pantulan samar di kaca jendela. Ziva menempelkan punggungnya ke jok kulit yang empuk, senyum kecil masih belum juga luntur dari wajahnya.Reza melirik sekilas lalu mengangkat alis. “Kamu kelihatan puas banget.”Nada suaranya santai, tapi tatapannya nakal.Ziva cepat-cepat merapikan ekspresi, pura-pura tenang. “Nggak, kok. Aku cuma… menikmati udara malam.”“Udara malam?” Reza terkekeh pelan. “Atau udara kemenangan?”Ziva menoleh cepat, tapi mata Reza sudah fokus lagi ke jalan. “Aku nggak menang apa-apa,” katanya ketus, meski ekor bibirnya tetap terangkat. “Yang jahat itu Ciara, suka nantang-nantang orang. Mana bilang suamiku cuma boongan, lagi.”“Dan ternyata suami boonganmu datang dengan mobil sport mahal.” Reza menyengir tipis. “Kamu lihat sendiri wajahnya barusan. Kaya liat hantu.”Ziva menutup mulut dengan tangan, menahan tawa yang nyaris pecah. “Ih, sumpah itu priceless ban

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 32

    Tiba-tiba, salah satu teman lain iseng nyeletuk, “Eh, kalau Ciara sekarang kerja apa? Dari tadi belum cerita, lho.”Seketika meja itu agak hening. Semua mata otomatis melirik ke arah Ciara yang sedang sibuk mengaduk minumannya. Senyumnya kaku, tapi jelas terlihat kalau ia tidak nyaman jadi pusat perhatian.Sambil tertawa kecil tapi terdengar menyombongkan diri. “Sekarang aku udah jadi Manager di perusahaan besar. Lumayanlah, tiap bulan gajinya bisa dipakai buat liburan ke luar negeri. Namanya juga usaha keras, kan?”Beberapa orang mengangguk, meski ada yang saling lirik-lirikan. “Wah, hebat Ciara. Cepet banget karirnya naik,” ucap salah satu teman dengan nada setengah tak percaya.Ciara tersenyum puas lalu menambahkan.Bianca langsung menimpali, masih dengan senyum yang terkesan polos, “Wih, keren banget, Ciara. Manager di umur segini? Cepet banget naiknya. Kalau boleh tahu, nama perusahaannya apa?""Firnander Group""Bukannya Firnander Group perusahaan terbesar di Indonesia ya?""He

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status