Share

Permainan Arga

Author: Pena_rusak
last update Last Updated: 2025-11-19 16:28:20

Byurrrr

Nindya terbangun dari tidurnya saat ia merasakan guyuran air di tubuhnya, ia langsung duduk dengan mengusap wajahnya yang terkena air, ia mendongak dan menemukan Arga dengan memegang sebuah ember di tangannya.

"Buatkan aku sarapan" perintah Arga dengan wajah dinginnya, setelah itu ia meninggalkan Nindya begitu saja tanpa berkata apapun lagi.

Dengan badan yang masih terasa sakit, Nindya perlahan bangun dari tidurnya, kakinya melangkah untuk keluar gudang itu.

Tapi tunggu, Nindya sadar akan sesuatu.

"Astaga, aku tidak punya baju, bagaimana ini?" Nindya menggigit bibir bawahnya, bingung dengan keadaan.

"Huh, tidak mungkin aku masak dalam keadaan begini? Astaga Nindya, seharusnya kau membawa pakaianmu semalam.."

Ya Nindya ingat bahwa setelah resepsi pernikahannya selesai ia langsung dibawa oleh Arga ke rumah pemberian mertuanya ini, tanpa kembali ke rumah untuk mengambil pakaiannya lagi.

Mata Nindya melilau ke sekitar, ia mencari sesuatu yang bisa ia gunakan. Tapi tunggu, mata Nindya menangkap sesuatu. Ia langsung mengambil sebuah kemeja yang dilipat di dekatnya tertidur tadi.

Itu kemeja putih yang kebesaran dengan celana pendek.

Huh, kenapa bisa ada di sini? Apa Arga?

Nindya menggelengkan kepalanya.

"Tidak mungkin dia yang memberikan nya. Tapi jika bukan dia siapa?" Nindya diam berpikir sampai dia ingat akan satu hal.

"Ah aku harus membuatkan nya sarapan!"

.

.

.

.

.

Dengan bahan seadanya, Nindya akhirnya membuatkan sarapan nasi goreng dengan telur gulung, ia menyusunnya di meja makan setelah itu semua siap. Tidak lupa ia membuatkan segelas susu hangat untuk Arga.

Ya seperti yang dibilang oleh mertuanya, berikan susu hangat untuk Arga di pagi hari dan malam hari.

Harus susu bubuk!

Nindya tidak tau kenapa, tapi kata ayah mertuanya agar Arga tumbuh tinggi. Heol, memangnya itu masih bisa?

"Huh, kau sudah selesai.." ucap Arga yang baru saja sampai, ia sudah nampak rapi dengan setelan jas dan dasinya.

Jujur, ia terlihat sangat tampan. Tapi, tidak dengan perlakuan pria itu.

Tanpa banyak bicara lagi, Arga langsung duduk di kursi meja makan itu.

"Mau apa kau?" Tanya Arga saat melihat Nindya ingin duduk.

"A-aku ingin sarapan.." jawab Nindya gugup.

"Duduk di lantai.." perintah Arga yang membuat Nindya heran.

"Aku bilang duduk di lantai!" Bentak Arga kemudian.

"B-baiklah.." dengan perasaan pasrah, Nindya kemudian mengikuti kemauan Arga. Ia duduk bersila dan menunggu apa yang akan dilakukan Arga selanjutnya...

Tanpa disangka, Arga mengambil nasi goreng dan meletakkannya di lantai, tentu hal itu membuat Nindya bingung, apa maksud Arga?

"Makan.." suruh Arga dengan wajah datarnya.

"T-tapi Arga, kenapa tidak memakai piring?" Tanya Nindya bingung. Hey, ini sangat tidak manusiawi! Nasi yang diberikan Arga dan menyuruh Nindya memakannya diletakan begitu saja di lantai, takpa wadah apapun.

Ingat, diatas lantai!

"Ini rumahku, kau hanya numpang, jadi ikuti saja perkataanku."

Kemudian Nindya tidak menjawab, ah iya. Diberi tumpangan dan dibolehkan makan saja Nindya seharusnya sudah bersyukur.

Dengan berderai air mata, Nindya pun mengikuti seperti apa yang diperintahkan Arga.

Arga yang melihat itu hanya tersenyum sinis.

"Ini namanya sebuah permainan" batin Arga lalu memulai memakan sarapan yang dibuatkan Nindya, tanpa ia sadari, permainan yang dimaksud adalah permainan yang akan menjebak dirinya sendiri. Seperti saat ini, tanpa Arga sadari masakan Nindya adalah hal favoritnya. Dan tidakkah ia berpikir akan kehilangan masakan favoritnya jika sampai Nindya benar-benar meninggalkan nanti? Apakah Arga berpikir akan hal itu? Entahlah, yang ada di pikirannya saat ini hanyalah membuat Nindya menyesal. Tanpa memikirkan penyesalan di kemudian hari.

Hey, Arga bisa memasak, bahkan ia bisa membeli makanan di luar, atau tidak akan memakan masakan Nindya dengan lahap seperti sekarang dan malah membuangnya, tapi ia terlalu ego untuk mengakui jika masakan Nindya terlalu berharga untuk dibuang ke tempat sampah.

---

Setelah ditinggal oleh Arga bekerja, saat ini Nindya membersihkan gudang yang sudah menjadi tempat tidurnya sekarang.

Gudang ini jika dibersihkan tidak terlalu buruk juga, tidak semenyeramkan semalam.

"Selesai!" Teriak Nindya senang, ia tersenyum menatap gudang yang sudah bersih itu, terdapat sofa dan lemari bekas di sana yang masih terlihat sangat bagus dan kokoh. Ya Nindya bisa menggunakan itu untuk pakaiannya kan? Yang kurang saat ini adalah kasur dan selimut. Mungkin Nindya harus bekerja untuk mendapatkan itu semua.

Ting tong

Suara bel yang menandakan ada tamu yang datang mencuri perhatian Nindya.

"Sepertinya ada yang datang.." ucap Nindya lalu mempercepat langkahnya untuk menuju pintu utama.

Setelah sampai ia langsung membuka pintu itu.

"Andreas!" Teriak Nindya senang melihat siapa yang datang, tanpa menunggu lama lagi, Nindya langsung menghamburkan dirinya ke pelukan Andreas.

"Hey, apa-apaan?! Kau ini sudah menjadi istri orang, bagaimana kalau ada orang yang lihat huh?!" Marah Andreas lalu melepaskan pelukan Nindya, Nindya hanya memberikan cengiran palsunya.

Ia sangat ingin mengatakan pada teman baiknya ini apa yang ia dapatkan, dan ingin Andreas membawanya pergi dari sini.

Tapi bagaimana jika itu akan menjadi sebuah masalah untuk ayahnya?

"Kau baik-baik saja kan?" Tanya Andreas yang merasakan bahwa Nindya seperti menyembunyikan sesuatu, biasanya Nindya tidak pernah memeluknya jika ia rindu, ia akan memeluk Andreas saat merasakan kesedihan.

"Oh? A-aku hanya sedih karena mamaku tidak melihat kebahagiaanku.." jawab Nindya berbohong, ia tau temannya ini mengetahui apa yang akan ia lakukan saat bersedih.

Andreas memicingkan matanya, ia menangkap sebuah kebohongan di mata Nindya. Baiklah, ia akan mencari taunya sendiri jika Nindya menutupinya.

"Hmmm? Ibumu pasti melihat di atas sana, dan tersenyum karena kebahagiaanmu. Jangan bersedih lagi" balas Andreas lalu mengusap rambut Nindya lembut.

Nindya tersenyum kecut, jika ibunya melihat, itu artinya ibunya melihat betapa hancurnya Nindya sekarang?

Andai saja itu benar, ia berdoa agar ibunya tidak peduli lagi dengannya agar ibunya tidak lagi merasa sedih.

"Oh ya, aku ke sini hanya ingin mengantarkan koper pakaianmu.." ucap Andreas lalu memberikan titipan Naren sebelumnya. Nindya mengerutkan dahinya.

"Kenapa tidak Naren?" Tanya Nindya bingung.

Dasar anak pemalas itu!

"Ia ada mata kuliah pagi, dan kebetulan aku ada urusan di daerah sini, jadi aku saja yang membawanya.." jelas Andreas yang membuat Nindya mengangguk paham.

"Kalau begitu aku pergi dulu.." pamit Andreas.

Kenapa cepat sekali?

"Tidak ingin masuk dulu?" Tanya Nindya yang mendapat sebuah gelengan dari Andreas.

"Aku buru-buru, kapan-kapan saja ya? Oh ya Nindya, berbahagialah untukku..." pesan Andreas sebelum memasuki mobilnya. Kemudian mobil itu pergi menjauh.

Nindya terdiam mendengar perkataan Andreas yang terakhir.

Apa ia bisa berbahagia saat ini? Rasanya kata bahagia di pernikahan ini hanya sebuah khayalan semu yang Nindya impikan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIJODOHKAN : SUAMI KEJAMKU   Permainan Arga

    Byurrrr Nindya terbangun dari tidurnya saat ia merasakan guyuran air di tubuhnya, ia langsung duduk dengan mengusap wajahnya yang terkena air, ia mendongak dan menemukan Arga dengan memegang sebuah ember di tangannya. "Buatkan aku sarapan" perintah Arga dengan wajah dinginnya, setelah itu ia meninggalkan Nindya begitu saja tanpa berkata apapun lagi. Dengan badan yang masih terasa sakit, Nindya perlahan bangun dari tidurnya, kakinya melangkah untuk keluar gudang itu. Tapi tunggu, Nindya sadar akan sesuatu. "Astaga, aku tidak punya baju, bagaimana ini?" Nindya menggigit bibir bawahnya, bingung dengan keadaan. "Huh, tidak mungkin aku masak dalam keadaan begini? Astaga Nindya, seharusnya kau membawa pakaianmu semalam.." Ya Nindya ingat bahwa setelah resepsi pernikahannya selesai ia langsung dibawa oleh Arga ke rumah pemberian mertuanya ini, tanpa kembali ke rumah untuk mengambil pakaiannya lagi. Mata Nindya melilau ke sekitar, ia mencari sesuatu yang bisa ia gunakan. Tapi tunggu,

  • DIJODOHKAN : SUAMI KEJAMKU   Malam pertama

    Setelah acara pernikahan, Arga dan Nindya pun akhirnya pergi ke rumah baru mereka yang diberikan oleh Prasetyo sebagai hadiah pernikahan mereka.Rumah yang terlihat megah dan mewah di mata Nindya.Tapi kata mertuanya itu rumah minimalis biasa? Ck dasar orang kaya. Bahkan rumah Nindya saja belum da seujung kuku rumah megah nan mewah ini. Dan yang mengesalkan bagi Nindya kata-kata dari Gunawan, pengacara tuan Prasetyo."Rumah itu hanya seharga 5 milliar dolar amerika"Wtf? Hanya dia bilang? Hanya? Bahkan jika disuruh untuk mengganti sekua pembayaran dengan seluruh orgn tubuh Nindya, harga semua organ tubuh Nindya tidak akan mampu menutupinya. Dasar orang-orang kaya, Nindya merasa tidak pantas berada di sini jadinya."Apa lagi yang kau tunggu? Ini sudah malam, jika kau sakit karena angin malam, ayahku akan menyalahkan aku." Ketus Arga yang sudah membuka pintu, ia menatap Nindya dengan datar lalu berjalan meninggalkan Nindya sendirian di sana."Apa dia saudara kembar dengan tembok? Datar

  • DIJODOHKAN : SUAMI KEJAMKU   Pernikahan

    Sekarang tibalah hari itu, hari di mana Arga dan Nindya akan melangsungkan pernikahan mereka.Nindya yang berdiri di depan cermin rias menatap pantulan bayangan dirinya sendiri. Gaun pengantin putih sudah membalut tubuhnya, membuatnya terlihat lebih cantik, anggun, bahkan muaris sempurna sempurna dibandingkan biasanya yang memang sudah cantik. Tapi apa gunanya semua itu kalau hati terasa kosong? Pernikahan yang seharusnya membuat ia berdebar, malah terasa begitu menyesakkan. Entahlah, semua ini terasa seperti candaan pahit dari hidup, lelucon takdir yang sedang mempermainkannya. “Apa pilihan ku ini benar-benar sudah sangat tepat?” gumam Nindya pelan pada bayangan dirinya di kaca.“Kenapa aku malah merasa ragu dan semakin tidak meyakinkan.” Tanyanya lagi, suaranya terdengar gundah. Bahkan, tanpa ia perintah air bening menetes dari matanya. Apa keputusannya kali ini memang sudah benar? Kenapa hatinya malah diliputi rasa takut? "Tuhan… aku berharap semuanya akan baik-baik saja." Ujar

  • DIJODOHKAN : SUAMI KEJAMKU   Fitting

    Setelah acara kumpul keluarga, Prasetyo dan Pak Surya sepakat buat ngadain pernikahan mereka awal bulan depan. Jujur, ini kedengarannya terlalu cepat buat Arga dan Nindya yang bahkan baru saja kenal, bukan saling kenal melainkan baru sekali saja bertemu. Tapi mau bagimana lagi? Mereka nggak bisa menolak. Sekeras apa pun mereka nolak, keputusan itu nggak bakal berubah. Lagian, ini lebih ke keputusan Prasetyo. Pak Surya sih sebenarnya cuma ikut kata Prasetyo aja.“Nak Arga, ayo masuk dulu…” tawar Pak Surya waktu Arga sampai di rumah sederhananya yang ada di daerah Jakarta Timur.“Gak usah om, aku di sini aja,” jawab Arga dengan wajahnya yang selalu datar jika datang kerumah ini, tanpa senyuman ramah memberi tanda menghormati calon mertua. Pak Surya cuma senyum kecil sambil menganggukkan kepalanya.Kalau bukan gara-gara ayahnya yang maksa untuk datang dan fitting baju pengantin segala, Arga nggak bakal mau repot jemput cewek ini.Hari ini, dia sama Nindya dijadwalkan buat fitting baju p

  • DIJODOHKAN : SUAMI KEJAMKU   Pertemuan Pertama

    "Aku Menerima Perjodohan Itu"Setelah menerima saran yang tidak sengaja keluar dari mulut Bayu, Arga menemui ayahnya, dan langsung mengatakan jika ia menerima perjodohan itu. Prasetyo yang mendengarnya tentu merasa sangat senang, tanpa ia ketahui maksud dan fikiran jahat dari Arga akan menjadi sebuah mala petaka."Apakah itu benar?" Tanya Prasetyo meyakinkan, Arga menganggukkan kepalanya yang sudah merencanakan rencana jahat itu cepat."Wah, terimakasih anak ku, ayah merasa senang jadinya" ujar Prasetyo gembira. Ia langsung memeluk anak semata wayangnya itu erat. Sungguh ia tidak pernah merasa sesenang ini, tanpa di sadari oleh Prasetyo, Arga saat ini tengah tersenyum sinis di balik itu semua. Ia benar benar akan memulai permainannya sendiri, tanpa memikirkan apakah ia akan terjebak di permainan yang di buatnya sendiri atau tidak.Belum terjadi, tidak ada yang tahu apa yang terjadinya nanti, termasuk Arga sendiri.---Setelah hari itu, hari dimana Arga mengatakan di mana ia menerima p

  • DIJODOHKAN : SUAMI KEJAMKU   ANCAMAN UNTUK PERJODOHAN

    Arga lagi-lagi menghela nafasnya berat, lagi dan lagi. Ayahnya mengungkit pertanyaan yang sama, perihal perjodohan. Hal yang sangat menyebalkan bagi Arga. Sejak Arga mengenalkan Celine pada Prasetyo, ayahnya itu malah menjadi bersemangat untuk menjodohkannya dengan anak dari seorang ketua keamanan di perusahaannya.Arga merasa sangat kesal, sungguh ia tidak suka diatur begini. Apa salahnya Celine? Dia cantik, baik dan hampir mendekati kata sempurna. Belum lagi wanita itu seorang model ternama, ah Arga merasa beruntung memilikinya."Arga! Ayah memang tidak mengerti dengan apa yang kamu mau! Tapi ayah tahu mana yang terbaik dan terburuk untukmu!" marah Prasetyo yang sedang berdiri di ambang pintu. Ia tidak memakai baju, hanya celana selutut, ia mengusap-usap ketiaknya lalu menciumnya. Jika dilihat-lihat, mereka seperti kakak adik saja, karen Prasetyo masih tampan diusia lebih dari setengah abad, ya.. Awet mudanya itu tentu menurun pada anaknya, Arga. Arga tidak menjawab, ia hanya diam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status