Share

Cowok Baru

Author: Bastiankers
last update Last Updated: 2025-05-30 17:56:37

Semuanya begitu sangat kacau. Hari-hari yang dia jalani setelah pertunangannya batal dan langsung disaksikan oleh Brian. Semuanya. Begitu. Kacau. (Chapter 19 di Karya Karsa)

Dia merasa berhutang penjelasan pada lelaki itu. Dia akui semua karena kesalahannya yang tidak pernah memberikan penjelasan. Tapi, bukan berarti hal itu justru membuat lelaki itu menghilang selama berhari-hari, kan?

Lelaki itu yang mengatakan bahwa, “Bisa nggak kalau ada masalah itu jangan main pergi dulu?” Tapi, dia juga yang ketika mendapat masalah malah pergi begitu saja.

Jena sangat kacau. Dia tidak seceria hari-hari kemarin. Walaupun Mbak Nurul sering mengajaknya jalan-jalan sepulang dari kantor, tetap saja Jena merasa hampa. Seolah dia memiliki sesuatu yang tiba-tiba hilang.

Lelaki itu kemana?

Dia menghilang ke mana?

Ke mana lagi dan harus sama siapa lagi Jena bertanya?

Bahkan di saat kantor mengadakan pesta kecil-kecilan atas keberhasilan mereka dalam peluncuran produk baru, lelaki itu tidak hadir.

Menyisa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Kisah Dian

    Jena menoleh pada Brian. Dia tidak ambil pusing atas kepergian Riski dengan perasaan kesalnya. Keningnya mengernyit tajam, “Jenoy? Kok jelek banget, sih?”Brian melepaskan tawanya. “Jelek gimana?”Jena melanjutkan jalannya. “Nggak ada yang lebih bagus apa? Jidatku nggak jenong lho, Bi …” Tangan Brian terulur untuk membuka pintu ruang arsip. Tentu saja sisa tawanya masih terdengar. “Terus? Jenay?”Jena mendelik sini. “Aku bukan jablay.”Dan Brian kembali tertawa. Dia tidak peduli oleh beberapa karyawan yang tengah sibuk menata beberapa berkas di dalam rak. Langkahnya tetap mengikuti ke mana arah perempuan itu berjalan. “Terus apa dong?” Brian menjentikkan jarinya, sesaat membuat perempuan itu menoleh. “Umi? Kan kamu panggil aku ‘Bi’. Iya, kan, Mi?”“Kalau putus berasa jadi janda,”balas Jena.“Ya nggak apa-apa. Janda ketemu duda. Wiiii … senggol dong!” Astaga! Brian sampai tidak menyadari tingkahnya membuat karyawan lain cekikikan.“Ah, terserah!” Perempuan itu melangkah keluar dengan

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Kisah Dian

    Jena menoleh pada Brian. Dia tidak ambil pusing atas kepergian Riski dengan perasaan kesalnya. Keningnya mengernyit tajam, “Jenoy? Kok jelek banget, sih?”Brian melepaskan tawanya. “Jelek gimana?”Jena melanjutkan jalannya. “Nggak ada yang lebih bagus apa? Jidatku nggak jenong lho, Bi …” Tangan Brian terulur untuk membuka pintu ruang arsip. Tentu saja sisa tawanya masih terdengar. “Terus? Jenay?”Jena mendelik sini. “Aku bukan jablay.”Dan Brian kembali tertawa. Dia tidak peduli oleh beberapa karyawan yang tengah sibuk menata beberapa berkas di dalam rak. Langkahnya tetap mengikuti ke mana arah perempuan itu berjalan. “Terus apa dong?” Brian menjentikkan jarinya, sesaat membuat perempuan itu menoleh. “Umi? Kan kamu panggil aku ‘Bi’. Iya, kan, Mi?”“Kalau putus berasa jadi janda,”balas Jena.“Ya nggak apa-apa. Janda ketemu duda. Wiiii … senggol dong!” Astaga! Brian sampai tidak menyadari tingkahnya membuat karyawan lain cekikikan.“Ah, terserah!” Perempuan itu melangkah keluar dengan

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Jenoy dan Bibi

    Jena baru saja bangkit dari duduknya setelah mengerjakan ulang sebuah desain yang dipilih oleh Pak Mungga. Dia meraih beberapa berkas yang akan disimpan di ruang arsip. Berkas-berkas itu dia kumpulkan dan didekap erat saat melewati beberapa kubikel.“Je, mau ke ruang arsip, ya?”tanya Mbak Nurul. Setelah mendapat anggukan, Mbak Nurul mengangsurkan sebuah map berisi berkas padanya. Dengan cengiran khasnya, “Titip, ya … Sekalian gitu …”Jena meraihnya dengan senyuman tipis. Setelahnya, dia berjalan keluar dari WS. Kaki jenjangnya dengan cepat melangkah melewati beberapa divisi dan sampai akhirnya dia berpapasan dengan Iksan di koridor.Wajah tampan itu banyak bekas membiru. Terutama bagian pelipis dan di garis rahangnya. Jena memelankan langkahnya dengan bibir yang digigit kencang. “Maaf, ya …”Iksan tersenyum, namun kemudian meringis kesakitan sembari memegang pelipisnya. “Nggak apa-apa,”ucapnya saat melihat perempuan itu panik. “Oh iya, bingkisannya udah aku terima. Kamu harusnya nggak

  • DIKEJAR DUDA KEREN   BI?

    Pagi-pagi sekali dia sudah sampai di kantor. Di tangannya terdapat sebuah bingkisan yang telah dipesannya dari toko online. Rencananya, dia akan mampir sebentar ke divisi Humas dan memberikan kado itu di atas sebuah meja. Kebetulan si empunya belum datang, jadi bukan kah itu sebuah keberuntungan?Dia meletakkan bingkisan itu di sebelah komputer. Menatanya dengan baik, lalu menyapa seseorang di seberang kubikel itu. Setelahnya, dia keluar dari sana.Baru saja dia keluar dari pintu divisi humas, sosok yang dia kenal sedang berdiri menyamping sambil menyandarkan sisi kanan tubuhnya di dinding. Lelaki itu melirik arlojinya sebentar sebelum akhirnya bersidekap. “Wow. Pagi sekali udah main di divisi lain …” Entah itu sebuah cibiran atau mungkin lelaki itu sengaja menyinggungnya. Jena melepaskan nafas kasar. “Aku mau minta maaf sama dia.”Brian memberikan tatap tidak pedulinya. Kepalanya mengangguk dengan tatap tidak acuh. “Sebuah kalimat yang sama sekali belum pernah kamu ucapkan buat aku

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Tiba-tiba Datang

    Iksan berdehem sesaat, menghilangkan gugupnya yang sedari tadi menimpanya. “Kamu tau nggak, sih. Pak Mungga berkali-kali nyebut nama kamu atas kelancaran produk baru ini.”“Oh ya?” Jena menoleh dengan senyum yang tertahan. “Bukannya harusnya Mbak Nurul, ya?”“Kata Pak Mungga, kamu sama Mbak Nurul itu paket komplit. Pekerjaannya selalu bisa diandalkan, apalagi soal kerja sama dengan PT. Eier.” Iksan menghembuskan nafasnya. Lalu, “Kamu nggak seburuk itu kok. Kamu nggak di bawah siapa-siapa. Jangan terlalu insecure sama kemampuan kamu sendiri.”Jena tersenyum. Manis sekali. “Makasih. Makasih banget.” Dia sampai membungkukkan badannya dengan antusias.Iksan menanggapi kekonyolan itu dengan membungkukkan badannya juga. Setelahnya, keduanya tertawa bersama.Perbincangan hangat itu terus berlanjut, sampai akhirnya mereka melihat mobil Pak Ajri sudah keluar dan melaju jauh. Itu pertanda bahwa sudah tidak ada siapapun di kantor.Jadi, kini keduanya mulai melangkah pergi. Berjalan bersisian sam

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Perbincangan Baru

    Iksan tersenyum sambil mengunyah daging BBQ nya. “Jalan, yuk!”Ajakan itu terdengar oleh kerumunan perempuan yang baru datang dengan piring mereka. Para perempuan itu terkejut sambil menatap Iksan dan Jena bergantian. “Eh! Nggak boleh gitu!” Dian bersuara yang membuat Mbak Nurul melotot, dan juga Iksan yang langsung memandangnya. “Kenapa? Lajang sama lajang mah bebas …”sahut Mbak Nurul. Seakan tidak suka dengan larangan Dian.“Tapi, kan Brian—”“Ssst! Kalau orang nggak ada di sini, nggak usah dibahas. Lagian Jena sama dia nggak ada hubungan apapun,”sela Mbak Nurul. Keduanya masih saling membalas argumen. Padahal Iksan sedari tadi hanya menatap Jena, dan dia tersenyum saat perempuan itu menoleh padanya. Jena melihat bagaimana lelaki itu kemudian berdiri dan berjalan ke arah Mas Iki untuk mengambil sepiring daging BBQ dan datang kembali. Duduk di tempatnya semula sambil menyerahkan piring itu ke arah Jena. Tidak ada yang memperhatikannya. Karena semua sibuk mendengarkan perseteruan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status