BAB 1
"Terjebak"
#pov nana
Benar-benar seperti merasakan di saat pertama bertemu dan jatuh cinta sama Evan dulu, waktu jaman muda pacaran sama dia. Semuanya kini kembali apa yang aku inginkan bisa tercapai juga terutama kenyamanan yang aku dapat dari Evan benar-benar membuatku bahagia di balik rasa hambar menjalani hubungan dengan Mas Rafa.
Setelah beberapa jam pertemuan akhirnya aku pamit pulang. Kami hanya mengobrol saja sambil makan cemilan yang Evan bawakan.
"Van, sudah agak sore ini, aku pulang dulu ya. Mas Rafa sudah chat nyuruh aku pulang," ucapku yang sudah merasakan waktu yang terasa sangat cepat.
"Yaaaaah, gak kerasa waktu sesingkat ini, padahal baru saja kita ketemu," jawab Evan kecewa.
"Kita kan masih bisa ketemu lagi sayang lain waktu," rayu ku meyakinkan Evan.
Aku pun langsung pulang ke rumah orangtuaku menjemput anak-anak untuk pulang ke rumah Mas Rafa. Di perjalanan aku benar-benar merasakan sangat bahagia, kadang senyum-senyum sendiri mengingat sekarang aku memiliki dua laki-laki dalam hidupku.
Sesampainya di rumah, aku lihat Mas Rafa sedang berbaring tidur. Aku pun dengan perasaan bahagia menghampirinya dan menci*m Mas Rafa seakan-akan aku juga merasakan jatuh cinta lagi terhadapnya. Entahlah, mungkin karena perasaan bahagia juga jadi terbawa suasana.
"Eh sayang, kamu sudah pulang," ucap Mas Rafa.
"Udah, Pah, kan janji mau pulang sore.
Aku sudah bawa lauk buat makan, tadi ibu titip katanya buat kamu. Makan dulu yuk," ajakku ke Mas Rafa.
Setelah selesai makan, tiba-tiba triiiiing!!! Bunyi notifikasi di handphoneku.
"Sayaaaang, lagi apa?" isi chat Evan.
Kagetnya aku di saat sedang dengan Mas Rafa, tiba-tiba Evan chat aku. Sedikit deg-degan jantungku, rasa takut kalau Mas Rafa yang buka chatnya.
"Evan sayang, masih basah tadi ngomong kalau ada suamiku di rumah jangan chat duluan, nanti aku kode kalau suamiku sudah tidak di rumah" jelasku.
"Tapi aku kangen sayang, aku tidak bisa tahan. Inginnya selalu bisa terus sama kamu" ucap Evan.
"Iya, nanti kita kan bisa ketemu lagi kalau Mas Rafa libur ya, sabar dulu aja, kamu tahu kan resikonya mencintai istri orang gimana." Tegasku.
Evan mungkin sedikit kecewa juga, tapi mau bagaimana lagi kita melakukan hubungan terlarang juga, jadi tidak mungkin aku selalu ada waktu untuknya. Apalagi di saat Mas Rafa ada di rumah aku hanya bisa chat sembunyi-sembunyi meskipun kangen juga.
Tapi di satu sisi aku benar-benar mencintai Evan kalau harus disuruh memilih aku ingin Evan yang jadi suamiku, semakin aku mencintainya semakin hilang juga rasaku terhadap Mas Rafa. Evan yang lahir dari keluarga berada juga mungkin bisa menjamin kebahagiaan hidup aku juga, sedangkan Mas Rafa hanya sederhana setiap aku ada keinginan juga selalu minta waktu baru bisa terkabul.
Pertemuan kedua pun tak terasa, di saat Mas Rafa libur kerja, aku pun langsung membawa anak-anak main ke rumah orangtuaku untuk alasan agar aku bisa ketemuan dengan Evan.
Tiba aku di rumah Ridwan tempat pertama ketemuan dengannya. Sebelum berangkat, aku makeup habis-habisan biar terlihat cantik di depan Evan.
"Astaga, cantiknya pacarku ini," ucap Evan memuji.
Aku yang tersipu malu sambil menghampiri Evan dan kali ini berani memeluk dia, karena saking kangennya serasa sudah setahun tidak bertemu.
Kami mengobrol banyak melepas kerinduan, bercanda-canda satu sama lain hingga akhirnya pembicaraan pun terhenti karena sudah tidak ada pembahasan lagi. Evan menatap wajahku dengan tatapan yang sangat tajam hingga akhirnya dia semakin mendekat dan berani menc**m bib*rku yang dari tadi memperhatikan wajahnya juga.
"Maaf, aku gak sengaja terbawa suasana," ucap Evan setelah menc**m bib**ku penuh dengan kehangatan.
"Gak apa-apa sayang, aku pun menikmatinya, masih seperti dulu ya cumb*anmu van," jawabku tersipu malu.
Evan pun melanjutkan lagi cumb*an terhadapku hingga akhirnya aku pun merasa teran**ang serasa ingin melakukan hubungan terlarang dengannya. Tapi aku ingat-ingat lagi aku sudah punya suami. Aku gak mungkin ngelakuin itu sama Evan.
Semakin lama cumb*an Evan aku pun merasa tak tahan hingga akhirnya naik ke pangku*nnya dan memegang tangannya untuk mere**s buah d*daku. Hingga beberapa saat datang Ridwan dari luar.
"Ehmmmmmmm, maaf ganggu, ada sesuatu yang mau diambil di kamar jadi aku lewat," ucap Ridwan sambil memalingkan muka.
Ridwan menatap wajah Evan dari jauh, lalu dia memanggilnya. Entah apa yang mau dibicarakan Ridwan terhadap Evan. Sepertinya penting.
"Van, pakai aja kamarku yang ini, kalau mau ngelakuin hubungan. Jangan di kursi nanti ada tetangga lewat aku yang kena omel," ucap Ridwan.
"Terima kasih bro, kamu memang teman terbaik," jawab Evan.
"Na, kamu mau nggak melakukan itu sama aku, Ridwan menawarkan kamar juga kalau kita mau pakai," ucap Evan.
Seketika aku bingung, Evan malah mengajak aku melakukan hubungan terlarang di dalam kamar Ridwan, sementara aku bingung untuk menolaknya. Di satu sisi aku juga ingin melakukannya tapi di sisi lain aku kebingungan entah bagaimana hasilnya nanti.
"Tapiiiiii van," ucapku.
"Tenang Na, aku akan bertanggung jawab atas apapun yang terjadi, aku akan menikahi kamu," Evan meyakinkan aku.
Setelah aku berpikir lama, akhirnya Evan meraih tanganku dan membawaku masuk ke dalam kamar. Seketika itu aku melakukan hubungan terlarang itu dengan penuh naf*u dan ga*rah antara kami berdua. Aku sama sekali tidak memperdulikan apa pun yang aku rasakan, hanya sebuah kenikmatan yang diberikan Evan padaku.
"Gimana sayang, enak mana layananku dibandingkan suamimu?" ucap Evan berbisik sambil melanjutkan permainan.
Lanjut sayang, aku ke enakan," ucapku sambil mend***h.
Setelah selesai aku pun segera memakai pakaian kembali dan merapikan rambut yang acak-acakan lalu kembali duduk di kursi. Sejenak aku melamun, apa aku salah sudah melakukan semua ini dengan Evan? Sedangkan aku sendiri suami orang lain.
Menjelang sore hari aku pun seperti biasanya menjemput anak-anak di rumah orangtuaku. Sebelum pulang ke rumah Mas Rafa aku mandi dulu untuk membersihkan diri, takutnya Mas Rafa curiga atas semua yang sudah aku lakukan dengan Evan.
Hari ini aku benar-benar lelah dan benar-benar merasa senang, terasa terpuaskan juga oleh Evan. Bayangan tubuhnya yang masih seperti dulu gagah selalu terbayang di dalam ingatanku meskipun aku sedang bersama Mas Rafa. Dia orangnya cuek, disaat ada aku saja dia malah bermain sama anak-anak bukannya menemani aku mencurahkan keluh kesah.
Saat Mas Rafa lengah, aku pun suka chat Evan, karena begitu bahagianya aku memiliki pacar yang sangat membuat aku bahagia. Hubungan terlarang ini, aku tidak tahu ke depannya akan seperti apa, yang pasti seluruh jiwa dan ragaku hanya untuk Evan.
Tiba-tiba ada panggilan masuk ke handphoneku dan aku melihat nomor Evan menelepon. Aku mencoba menjauh dari Mas Rafa dan mengangkat telepon dari Evan.
"Ada apa sih, aku lagi di rumah, ada Mas Rafa, jangan telpon dulu," ucapku.
"Aku kangen sayang, selalu terbayang-bayang indahnya tubuhmu menari-nari di atas tub*hku tadi. Aku ingin lagi, besok bisa ketemuan lagi gak sayang," ucap Evan.
Bagaimana ini, dia malah ketagihan dan meminta kembali melakukan hubungan terlarang itu. Aku bingung untuk menolak, pun aku sepertinya tidak bisa. Aku sudah terlalu dalam masuk ke dalam hubungan terlarang ini.
*🍁🍁🍁🍁🍁*
BAB 2" Perubahan sikap ""Pah, hari ini kerja gak?" tanya Nana."Aku libur, hari ini capek banget. Aku mau istirahat seharian di rumah," ucapku.Tumben Nana menanyakan hal tersebut. Setelah Nana selesai mandi dan melihat aku masih terlelap tidur, dia langsung buru-buru menyalakan motor dan pergi entah kemana.Tanpa ada sepatah kata pun terucap atau pamit, mungkin karena dia tidak berani membangunkan aku di saat aku libur kerja dan sudah bilang mau istirahat seharian.Setelah aku bangun dari tidur, aku melihat Nana tidak ada di rumah sudah beberapa jam. Aku mencoba menghubungi lewat chat."Sayang, kamu lagi ada di mana?" tanyaku."Aku lagi di rumah Uwa Ano," jawab Nana sambil mengirim foto kursi yang sedang ia duduki.Dia masih saudara dengan Uwa Ano. Aku pun lega setelah tahu Nana berada di mana. Aku melihat ke luar, ternyata anak-anak tidak ikut bersama ibunya dan mereka asyik bermain di halaman rumah.Setelah jam menunjukkan pukul 14:00, terdengar suara motor yang datang, dan terny
BAB 3" Awal keretakan hubungan "Pernikahan yang sudah berjalan 9 tahun dan dikaruniai dua orang anak laki-laki, aku dan Nana hanya keluarga kecil yang sederhana. Kami dengan keegoisan yang sama-sama memuncak hingga akhirnya ada kerenggangan dalam rumah tangga.Di satu sisi, aku menginginkan tinggal di rumah orangtuaku yang hanya ditinggali ayah dan ibu, dan di sisi lain, Nana selalu ingin agar kita tinggal di rumah orangtuanya. Karena Nana wanita yang sangat dimanjakan oleh kedua orangtuanya, jadi mungkin setidaknya ada yang membantu mengurus anak-anak atau hal lainnya.Pagi itu, aku seperti biasa melakukan aktivitas pekerjaan sebagai seorang kurir ekspedisi sampai menjelang sore hari. Setelah sore, aku melanjutkan mencari uang dengan menjadi ojek online di kota tempatku tinggal. Hingga larut malam, aku baru bisa pulang sebelum membawa hasil untuk kebutuhan keluarga kecilku.Nana dan anak-anakku aku ajak tinggal di rumah orangtuaku sementara karena aku belum bisa mengabulkan permint
BAB 4" Pertengkaran "Tiga hari pun berlalu, di saat aku libur kerja aku segera bergegas menjemput Nana dan anak-anak untuk pulang lagi ke rumah orangtuaku.Setelah sampai aku tidak melihat Nana yang entah kemana dia pergi, dia sama sekali tidak mengabari aku selama menginap di rumah orangtuanya."Bu, Nana kemana ya?, anak-anak kok ditinggal?" Tanyaku kepada ibu mertua."Tadi pagi bilangnya mau ada urusan ke rumah temennya, dia cuma bilang gitu aja." Jawab ibu mertuaku.Sudahlah, aku tidak mau berpikir macam-macam aku pun langsung memanggil anak-anak dan bermain bersama mereka. Menjelang magrib aku baru melihat Nana yang baru pulang entah dari mana.Aku segera menghampirinya. Terlihat raut wajahnya yang seperti sangat bahagia setelah seharian keluar rumah dan pulang sudah mau menjelang magrib."Na, kamu habis dari mana?, jam segini kok baru pulang? Kan kamu sudah janji hari ini aku jemput pulang ke rumah," tanyaku kepada Nana yang sedang asyik memainkan handphone-nya."Kamu tahu gak
BAB 5" Mulai bermain api "#Pov nana.Aku merasa risih dan tidak betah tinggal di rumah mertua, rasanya tidak ada kebebasan, tidak ada teman bahkan seharian hanya bermain dengan anak-anak atau cuma mengurung diri di dalam kamar.Rasa itu membuat aku hidup seakan di dalam neraka, meskipun ibu mertua tidak pernah menyuruh aku untuk melakukan tugas pekerjaan apapun di dalam rumah. Entah ada perasaan apa aku tidak bisa mengungkapkan semua isi hatiku terhadap Mas Rafa suamiku sendiri.Akan jadi serba salah kalau aku mengungkapkan semua yang ada di dalam isi hatiku, jadi semua aku pendam saja, biarlah menjadi unek-unek dalam hati yang tidak bisa aku ceritakan. Meskipun kadang-kadang sesekali aku mencari perhatian di media sosial berharap ada orang yang mengerti dengan perasaanku.Seketika ada chat masuk ke dalam inbox media sosialku."Hai Na, apa kabar kamu?" Ucap seorang lelaki yang sepertinya aku kenal."Baik, maaf siapa ya?" Tanyaku seakan tidak mengenali karena takut salah orang."Ini
BAB 6 "Cinta lama bersemi kembali" #Pov nanaPagi hari setelah Mas Rafa berangkat kerja, aku pun langsung memainkan handphone di dalam kamar sambil melihat anak-anak bermain di luar. Entah perasaan apa yang membuatku ingin sekali chat Evan mantan ku di masa pacaran dulu."Mmmh, chat gak ya?" Tanyaku dalam hati.Berkali-kali aku menulis kata-kata lalu aku menghapus lagi dan tidak mengirimkannya, aku bingung harus memulai dari mana dan berkata apa supaya ia membalas chatku, lalu aku menunggu saja siapa tahu Evan ada chat duluan. Beberapa menit kemudian terdengar notifikasi chat dari handphoneku, setelah aku melihat ternyata chat dari Evan, hatiku merasa senang sekali padahal isi chatnya pun belum aku buka."Pagi, lagi ngapain? Maaf pagi-pagi ganggu, apa suamimu sudah berangkat kerja?" Tanya Evan."Lagi ngasuh anak-anak sambil santai aja, jangan tanyakan dia kalau dia jam segini sudah gak ada pulang-pulang nanti malam jadi aku bebas juga bisa chat sama kamu," jawabku sambil senyum-seny
BAB 7" Hubungan Terlarang "#pov nanaNa, hari ini suamimu ada di rumah?" Tiba-tiba Evan chat aku saat Mas Rafa ada di rumah libur kerja."Ada, Van, kamu jangan chat aku nanti aku ketahuan suamiku," jawabku tegas.Evan, yang setiap harinya ada di rumah, dia selalu banyak waktu untuk keluarganya, tapi istrinya malah sibuk dengan pekerjaannya padahal Evan sendiri keluarganya berada, dia menjalankan bisnis ayahnya yang memiliki sebuah toko bangunan besar, jadi dia sehari-hari bebas tidak terikat dengan jam kerja. Istrinya yang sibuk sedangkan suamiku yang sibuk."Aku kangen, Na, aku juga nunggu jawaban dari kamu masalah mau tidaknya kita menjalani hubungan lagi," ungkap Evan."Aku pun sama, Van, kangen banget apalagi beberapa hari ini aku selalu mengenang masa-masa kita pacaran dulu." Jawabku sambil melihat Mas Rafa takut dia bangun.Aku memberanikan diri chat di saat Mas Rafa sedang tidur, entah dia sadar atau tidak tapi terlihat dia sangat kelelahan jadi aku biarkan saja dia istirahat
BAB 8" Pisah ranjang "Menjelang adzan subuh, aku pun terbangun karena sudah terdengar adzan berkumandang. Aku siap-siap untuk pergi ke mushola menjalankan ibadah shalat subuh bersama bapak mertuaku. Setelah selesai, aku melihat Nana masih tertidur lelap dan belum dibangunkan oleh bapaknya. Aku pun tidak berani memaksa untuk membangunkannya karena masih merasa kecewa atas perlakuan Nana semalam. Aku disuguhkan kopi oleh ibu mertuaku sambil merenung di kursi ruang depan."A, ini ibu buatkan kopi, sama goreng uli. Kemarin ibu buat uli buat teman ngopi karena sudah tahu aa bakal datang kesini juga," ungkap ibu mertuaku."Iya bu, terima kasih. Maaf, bisa minta tolong bangunkan Nana? Bu, sudah pagi dia belum shalat subuh. Tadi aa sama bapak coba bangunkan dia tidak mau bangun," pintaku pada ibu mertua."Percuma, dia tidak akan bangun harus ibu siram pakai air baru mau bangun, seharusnya seorang istri bangun duluan siapkan sarapan untuk suaminya, tapi memang sudah sifatnya seperti itu susa
BAB 9 " Seperti malam pertama "Malam pun tiba, entah mengapa Nana menyuruh anak-anak tidur di kamar neneknya. Seketika dia memakai pakaian terbuka dan berdandan lalu masuk ke dalam kamar. Aku yang masih terdiam heran duduk di atas kursi sambil memperhatikan tingkahnya yang seakan-akan berubah drastis.Setelah menghabiskan secangkir kopi, aku pun langsung masuk ke dalam kamar seketika melihat Nana yang sedang terbaring tidak memakai selimut hanya mengenakan pakaian yang sangat terbuka. Rasa dimana aku sangat benar-benar merasa jantungku berdetak yang tidak seperti biasanya.Aku lihat sepertinya dia pura-pura memejamkan mata. Lalu aku pun berbaring di sampingnya. Selang beberapa menit dia pun terbangun dan tanpa basa-basi naik ke atas badanku yang sedang terbaring. Entah sesuatu apa yang merasukinya aku pun terheran. Dia langsung memberikan kedua belahan d*danya mengarah ke bibirku.Tidak menunggu waktu, aku pun langsung menyergap apa yang dia sodorkan ke bibirku. Dia yang biasanya ha
BAB 62#POV ISNA "Jahatnya Ibu Mertuaku""Mas, kalau kamu ingin tahu yang sebenarnya apa yang aku rasakan setelah kita liburan dari rumah ibu, ini aku perlihatkan kepadamu begitu banyak ibu mengirimkan pesan setiap saat, kamu coba lihat saja satu per satu." Ucapku di pagi hari sambil menyuguhkan segelas kopi kepada Mas Rafa, sambil aku melihat pemandangan di teras lantai dua vila yang begitu indah dan udara yang sangat segar di pagi hari. "Kenapa kamu tidak cerita, Is?" Tanya Mas Rafa. "Bagaimana aku mau cerita, Mas, sedangkan aku dalam keadaan syok setelah mendengar ucapan dokter bahwa aku tidak akan bisa hamil. Dan ibu terus saja mendesak aku supaya kamu menikah lagi dengan wanita lain." Jawabku. "Ibu benar-benar jahat, Is. Aku tidak menyangka semuanya. Aku akan coba berbicara sama ibu nanti." Ucap Mas Rafa. "Kamu jangan menyalahkan ibu juga, Mas. Aku juga ada salahnya. Namun, aku sudah memaafkan sikap ibu terhadapku. Sekarang kita sudah suami istri lagi. Dan aku berharap kita
BAB 61"Ingat Mas!!!! Masa Idah Belum Habis" #POV ISNA Tiba-tiba ada pesan masuk ke handphoneku dari Evan. Aku mencoba membukanya, siapa tahu penting."Is, benar dugaan kamu selama ini. Yang kemarin kita temui di kafe, dia adalah Nana. Malam ini dia mengajakku bertemu dan mengakui kalau dia adalah Nana. Aku akan coba mengorek informasi darinya agar kamu mempunyai bukti yang kuat untuk mengungkap siapa dia sebenarnya," ucap Evan."Aku akan bayar kamu berapapun yang kamu minta, Van. Aku ingin kita bekerja sama mengungkap siapa Riska sebenarnya dengan bukti-bukti yang kuat. Tapi aku minta kamu jangan coba-coba mengkhianati aku, karena aku bisa berbuat apa saja, termasuk melenyapkan orang," ucapku tegas."Begini saja, Is, aku tidak akan minta sepeser pun uang dari kamu. Aku hanya ingin kita saling menguntungkan. Aku sekarang lelaki baik-baik, Is. Aku hanya ingin mendapatkan Nana kembali ke pelukanku bagaimanapun caranya. Aku benar-benar terpesona melihat kecantikan dia sekarang. Dan pos
BAB 60"Firasat Wanita Tidak Pernah Salah"#POV ISNA"Mas, mas, kamu kehilangan anak di bawa sama ibunya saja paniknya setengah mati, sedangkan kehilangan aku tidak ada panik-paniknya sama sekali," ucapku sedikit kesal membalas chat Mas Rafa. "Kalau kamu sayang sama anak-anak, kamu datang ke sini sekarang juga, jangan bawa calon istri kamu, Mas. Sendiri. Kalau tetap membawanya, aku akan membenci kamu selamanya," ancamku terhadap Mas Rafa. "Tidak menunggu waktu lama, akhirnya Mas Rafa datang sendirian ke taman tempat aku dan anak-anak olahraga. Sepertinya dia menuruti apa yang aku katakan. "Mir, aku titip anak-anak dulu ya, aku mau bicara dulu dengan Mas Rafa," pintaku kepada Mira. Mas Rafa yang terlihat tidak seperti biasanya, selalu ceria di hadapanku, sekarang dia terlihat sedikit murung. Entah mungkin banyak pikiran atau apa. Aku segera memegang tangannya dan membawanya ke tempat yang agak sepi."Bagaimana, Mas semalam? Tidurnya nyenyak? Bahagiakah kamu bersamanya sekarang?
BAB 59"Dan Terjadi Lagi"Aku terharu melihat pertemuan Cila dengan Riska. Cila yang sudah lama tidak bertemu dengan ibunya sendiri seakan-akan bertemu dengan kebahagiaannya. Namun, sayangnya Riska bukanlah ibu kandung Cila. "Cila, sayang, dia bukan mamah, dia Tante Riska," ucapku memberikan pengertian kepada Cila. "Gak apa-apa, Mas, nanti kan aku juga akan jadi ibunya Cila. Jangan merusak kebahagiaan anak, kasihan Cila, Mas," jawab Riska. "Aku cuma takut kamu keberatan, Ris, dengan kehadiran anak-anakku, tapi aku sangat bersyukur kalau kamu bisa menyayangi mereka juga," ucapku. "Yaaaah, bukan mamah ya, maaf ya Tante, habisnya Tante mirip sekali dengan mamah," ucap Cila sedikit kecewa. "Tidak apa-apa, sayang. Cila mau menganggap Tante mamah juga boleh kok," ucap Riska sambil kembali memeluk Cila.Mungkin Riska bisa jadi ibu yang baik juga buat anak-anak, meskipun ya aku tahu bagaimana sikap dia selalu menggodaku. Namun, aku berharap dia hanya nakal terhadapku dan tidak melak
BAB 58"Pertengkaran"#POV ISNAMas Rafa seperti terbakar api cemburu melihat aku bersama Evan, lelaki yang merebut istrinya dulu, dan sekarang dia menyangka kalau Evan lagi-lagi merebut orang yang dia sayangi juga. Untuk saat ini mungkin aku tidak akan menjelaskan apa-apa terhadap Mas Rafa. Aku tidak peduli dia berpikir aku wanita yang murahan ataupun hal-hal buruk yang ada dalam pikirannya. "Sudah, sudah, sudah, daripada jadi salah paham, Van, ayo kita pindah meja saja," ajakku sambil menarik tangan Evan. Mas Rafa semakin terlihat marah melihat aku menggandeng tangan Evan. Evan yang tidak melawan dan hanya pasrah pun menuruti untuk mengikuti aku pindah meja. Masih ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan juga terhadapnya. Setelah pindah, aku melihat sepertinya Mas Rafa masih melihat-lihat ke arahku. Aku tahu kamu masih sangat menyayangiku. Tapi apakah kamu juga memikirkan perasaanku melihat kamu jalan berdua dengan Riska? "Dia itu Nana, Is. Aku yakin sekali dia Nana," ucap Evan
BAB 57"Salah Paham"#POV ISNAAwal kenal, aku biasa saja melihat Mas Rafa dengan Riska berduaan, karena memang tujuanku ingin mendekatkan mereka berdua. Namun, firasatku mengatakan ada yang janggal dengan Riska.Aku hanya ingin mengungkap kebenaran, kenapa tiba-tiba ada orang yang persis mirip dengan Mbak Nana hadir dalam kehidupanku dengan Mas Rafa. Dan secara kebetulan, Mbak Nana sudah berbulan-bulan keluar dari penjara. Kalau saja Mbak Nana masih ada di penjara, mungkin aku orang pertama yang akan menjadikan Riska istri kedua Mas Rafa. Karena tekanan dari ibu mertuaku yang setiap saat selalu menghantui pikiran agar Mas Rafa menikah lagi dengan wanita lain. Sudahlah, semua hanya masa lalu yang mungkin tidak akan bisa diulang lagi. Harus aku jadikan pelajaran saja bahwa rumah tangga yang dicampuri orang tua pasti akan berantakan. Namanya ujian rumah tangga, kalau sampai orang luar tahu, yang ada bukan kasihan, tapi penasaran saja dan ikut campur di dalamnya."Bi, Mira dapat kabar
BAB 56"Cila Seperti Bertemu Ibu Kandungnya"Sudah beberapa minggu aku berpisah dengan Isna. Rasa yang tidak bisa dibohongi adalah aku sangat menyayangi dia. Namun, ketika sebuah rumah tangga ada pengkhianatan, rasanya seperti hati ini benar-benar hancur. Kenapa laki-laki harus dituntut egois? Laki-laki tidak boleh membiarkan wanitanya disentuh orang lain, sedangkan aku sendiri seenaknya menyentuh wanita lain. Penyesalan memang selalu datang di akhir. Apa yang sudah aku lakukan dan apa yang sudah Isna lakukan adalah sebuah kesalahan yang sangat fatal. Apakah aku harus melupakan semua kenangan indah bersama dia dan memulai hidup baru lagi? Aku cuma takut gagal saja. Sudah berkali-kali rumah tanggaku harus patah di tengah jalan. Aaaaaaaaaaagh!!!! Ke pekerjaan pun jadi tidak fokus. Yang ada malah selalu kepikiran. Apa aku coba buka blokir Isna saja dan meminta dia kembali?.Jangan raf, dia sudah melakukan kesalahan. Jangan sampai kamu ampuni dia. Kalau kamu kasih kesempatan, nantinya
BAB 55"Bertemu Mas Rafa dan Riska"#POV ISNAUntuk sementara, aku urungkan niat dulu untuk mencari pekerjaan. Fokus sekarang menemukan keberadaan Evan di mana. Pagi ini aku akan ke kantor polisi untuk memastikan apakah benar Mba Nana sudah keluar dari penjara. Sengaja aku menyewa mobil seharian untuk pulang pergi dan mencari keberadaan Evan. "Mir, kamu ada kerjaan nggak hari ini?" tanyaku kepada Mira. "Kebetulan aku lagi cuti tahunan, Bi. Tadinya aku mau pulang kampung. Tapi kalau Bibi mau ditemani keluar, aku mau kok, Bi. Gampang, nanti masalah pulang kampung bisa Mira undur dulu," jawab Mira. "Temani Bibi ya cari informasi tentang Mba Nana. Siapa tahu Bibi nemu titik terang," pintaku kepada Mira. Setelah Mira mengiyakan, aku langsung siap-siap untuk pergi ke kantor polisi di mana Mba Nana pernah ditahan.Berkali-kali aku coba menghubungi Mas Rafa, namun semua akses sudah dia blokir. Jadi, aku tidak bisa menghubunginya sama sekali. Sudahlah, lebih baik aku cari kebenarannya dulu
BAB 54" Aku Tidak Sebodoh Itu"#POV ISNADengan penuh rasa penyesalan, aku hanya bisa menyaksikan dari jendela melepas kepergian Mas Rafa setelah menceraikanku. "Apa yang sudah kamu lakukan terhadap suami kamu, Isna? Sampai-sampai dia mengembalikan kamu ke sini," tanya Bapak. "Isna ketahuan selingkuh, Pak. Mas Rafa memergoki aku sedang bersama lelaki lain," jawabku. "Astagfirullah, kelakuan kamu sama kakak kamu sama saja. Kenapa kamu lakukan semua itu, Is? Apa yang ada dalam pikiran kamu? Bukankah rumah tangga kamu baik-baik saja sebelumnya?" ucap Bapak sedikit marah. Aku yang tidak bisa menjelaskan yang sebenarnya hanya bisa mengeluarkan air mata di hadapan Bapak. "Sudahlah, Pak. Apa yang sudah terjadi biarlah terjadi. Ini harus kita jadikan pelajaran juga. Jangan sepenuhnya menyalahkan Isna. Mungkin dia melakukan semua itu juga ada sebabnya," ucap Ibu membelaku. "Bu, Bu, anak sudah membuat muka kita malu, masih dibela juga," jawab Bapak.Aku langsung merangkul pangkuan