Share

PERDEBATAN part 7

last update Last Updated: 2022-10-30 09:39:54

"Walaupun orang sederhana tapi Refaldy punya etika dan sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Nggak kaya kamu dan istrimu, Mas."

Mungkin ucapanku ini sedikit lancang dan terlihat kasar untuknya. Tapi biarlah, biar mereka semua sadar.

"Rum, aku balik ya. Mas, Mbak, saya balik dulu. Assalamualaikum."

"Iya, Waalaikumsalam. Maafkan keluargaku, ya."

Refaldy berpamitan pulang, mungkin ia merasa tidak enak hati melihat pertengkaran antara adik dan kakak seperti ini.

"Kalau mau sama Arum harus kaya!" teriak Mbak Ayu dengan ketus yang sedaritadi hanya memantau perdebatan kami.

Refaldy menoleh dan menatap Mbak Ayu dengan wajah datar, lalu menoleh ke arahku juga dengan tatapan kasihan. Mungkin ia kasihan dengan hidupku.

"Nggak hanya kaya, tapi juga berattitude, Mbak," sahut Refaldy.

Setelahnya ia tancap gas dan pergi dari halaman rumahku. Aku pun masuk ke dalam rumah dan menemui Ibu juga Bapak.

Kucium punggung tangannya dengan takzim lalu duduk di tengah-tengah Ibu dan Bapak.

Sepertinya jangan sekarang aku menceritakan kalau toko tempatku bekerja mengalami kebangkrutan. Bisa-bisa nanti jadi bahan omongan oleh saudaraku.

Semoga juga hari senin nanti aku dan Ratna diterima oleh tempat yang akan dibawa Refaldy. Semoga masih ada lowongan pekerjaan di sana untukku.

"Ibu masak apa?" tanyaku.

"Ayam goreng, sayur bening, tempe tahu dan sambal, Rum. Ada lalapannya juga."

"Tapi Mbak dan Mas-mu nggak mau makan ini," ucap Ibu lirih.

"Biarkan aja, Bu. Jangan dituruti lagi semua kemauannya. Bapak lama-lama juga muak lihat tingkah anak-anak kita. Wejangan yang selama ini kita kasih nggak mereka terapkan dalam kehidupan. Gayanya kaya kita ini orang kaya aja!"

Kali ini Bapak berkata dengan tegas, wajahnya terlihat kesal. Jika dulu Bapak selalu menasihati dengan lemah lembuh. Tapi tidak kali ini, aku tersenyum senang dengan ketegasan Bapak.

"Mau makan syukur, nggak mau yasudah. Biar aja mereka kelaparan," sambung Bapak lagi.

Ibu memandangku sendu, aku tahu hati seorang Ibu memang sangat lembut. Biarpun kelakuan anak-anaknya sangat mengesalkan tapi Ibu tetap bersikap sangat lembut dan berbicara sangat hati-hati, takut menyinggung hati anak-anaknya.

"Maaf, ya, Nduk, kalau Ibu nggak bisa tegas sama Mas dan mbakmu."

Matanya berkaca-kaca menatapku dengan suara bergetar menahan tangis.

Kuhela napas panjang dan mengembuskannya seraya merengkuh tubuh tua ibuku.

Orang tuaku sayang, orang tuaku malang. Ya, malang, karena sikap anaknya telah berubah karena harta.

Harta bisa merenggangkan hubungan orang tua dan anak, persaudaraan juga pertemanan.

Bahkan ada yang karena harta warisan akhirnya saling membun*h. Makanya Bapak dan Ibu selalu bilang untuk memperkuat agama dan mendekatkan diri pada Allah.

"Buu, kenapa nggak mau masak menu yang kami pinta? Biasanya kan selalu Ibu turuti."

Semua saudaraku masuk ke dalam rumah dengan mengkomplen masakan yang tidak dituruti oleh Ibu.

"Uangnya mana, kamu aja nggak kirim. 'kan kamu tau gimana kehidupan Bapak dan Ibu di desa. Beli seafood dan lainnya itu lumayan mahal, kasihan pakai uang Arumi mulu. Adikmu juga mau nabung untuk membeli motor," kata Ibu.

"Makanya nikah sama orang kaya, Rum. Biar kehidupanmu juga bisa berubah. Kaya aku nih, dulu mau apa-apa susah. Tapi setelah nikah semuanya berubah, mau beli ini dan itu pun aku mampu sekarang. Nggak kaya kamu, mau beli motor bekas aja harus nabung dulu," ucap Mbak Ayu.

"Oh, gitu, Mbak? Tapi kirim uang buat makan enak aja nggak mampu. Maunya nebeng mulu!"

"Bahkan rendang basi aja dikirim ke orang tua. Saking kamu mampunya tega, ya, ngasih makanan yang nggak layak buat Ibu dan Bapak. Coba kasih itu ke mertuamu, Mbak!" ucapku.

"Halah, Rum. Perkara uang untuk makan saudaramu sendiri aja kamu perhitungan!" ketus Mbak Delia--istri Mas Aron.

"Halah, Mbak. Perkara mau makan seafood aja sampai nyusahin mertua dan ipar. Nggak tau malu!" sahutku tegas.

Mau ngomong apa lagi kalian. Aku akan menjawabnya dengan fakta.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   TAMAT part 72

    SERANTANG RENDANG BASI part 72"Gila, ya, kamu. Tega menjual istri sendiri ke klien hanya demi uang!" teriak Meisha pada Pandu."Kamu pikir aku benar-benar masih mau menerimamu, setelah kamu membohongiku, hah? Aku tau semuanya bahwa anak yang sempat kamu kandung itu adalah bukan anakku!" tukas Pandu yang membuat Meisha seketika bungkam."Tidak usah sok suci dan menangis tersedu begitu. Bukankah kamu sendiri suka berganti-ganti pasangan dengan mencari laki-laki kaya? Sekarang aku berbaik hati dengan mencarikanmu laki-laki kaya!" Pandu tertawa puas.Meisha meruntuk kebodohannya sendiri karena begitu percaya dengan semua ucapan manis Pandu.Kini ia menyesali semuanya karena lebih memilih menjadi Pandu dibanding dengan David dulu."Gara-gara kamu aku dapat ancaman dari istri laki-laki itu Pandu!" teriak Meisha."Sebelumnya kamu juga merebutku dari Ayu bukan? Jadi sekarang kenapa kamu mengeluh? Bukankah sebutan pelakor itu memang pantas untuk dirimu, Meisha?" tegas Pandu dengan tangannya m

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   ARUMI MELAHIRKAN part 71

    SERANTANG RENDANG BASI part 71"Assalamualaikum."Kedatangan Refaldy bersama dengan keluarga Clara dan juga ustaz serta kiyai, membuat orang-orang di rumah Arumi terlihat bingung.Arumi membuang napas lega dan tersenyum senang melihat suaminya kembali dalam keadaan baik-baik saja."Waalaikumsalam."Semuanya dipersilakan untuk duduk di ruang tamu. Berkumpul bersama seperti sedang menghadiri sebuah rapat penting.Refaldy memeluk Arumi dan mengusap pelan perut Arumi yang membuncit, ia terlihat lega karena mengetahui Arumi baik-baik saja.Ibu dan Bapak serta yang lainnya saling bersalaman dan berkenalan. Lalu Ayu, Ratna dan Devi segera pergi ke dapur untuk membuatkan minuman dan mengeluarkan cemilan untuk dihidangkan."Sedang ada urusan bisnis ya, Nak?" tanya Bapak membuka obrolan lebih dulu."Bukan, Pak. Nanti Refaldy akan jelaskan, tapi untuk itu Refaldy akan menghubungi orang tuaku dulu dan juga Paman Adiwijaya."Dengan lihai jemarinya langsung menelepon orang tua dan juga pamannya unt

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   AKIBAT PERBUATAN MUSYRIK part 70

    SERANTANG RENDANG BASI part 70"Di sini sudah kembali aman. Namun ayahmu saat ini sedang kesakitan dan berada di rumah orang jahat itu, kita harus membawa ayahmu kembali pulang untuk diruqyah juga," ucap kiyai."Apakah rumah orang tuaku benar-benar sudah aman, Pak?" tanya Clara memastikan."Insya Allah sudah aman kembali, apa kamu tau di mana rumah wanita itu?" tanya Pak kiyai."Tau, Pak. Ayo saya antarkan. Mama sementara waktu tinggal di rumah Bude dulu ya?" pintanya pada Bude Ning."Iya, Nduk, mamamu lebih baik tinggal bersama Bude dulu agar aman. Sekarang lebih baik cepat-cepat kamu ke rumah gundik itu untuk menyelamatkan papamu!" titah sang Bude.Gegas mereka semua kita pergi dari rumah Pak Darsa. Seruni kini sudah masuk ke dalam mobil Bude dan anaknya.Sementara Clara dan yang lainnya ikut masuk ke dalam mobil Refaldy dan Clara yang akan mengarahkan di mana lokasi Lina saat ini.Dengan berdoa dan mengucapkan bismillah Refaldy mulai melajukan pelan mobilnya, meninggalkan halaman r

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   RUQYAH part 69

    SERANTANG RENDANG BASI part 69Devi memungut benda tersebut dan langsung melemparkannya lagi setelah mengetahui itu boneka dengan banyak darah."Siapa yang melemparkan ini ke dalam rumah?" gumam Arumi."Apa ada maling yang masuk, Rum?" tanya Ratna."Nggak mungkin sih ada maling yang masuk, soalnya perkomplekan ini dijaga dengan sangat ketat sekali," ujarnya."Lalu ini?" tanya Devi bingung."Kita mengaji bersama saja untuk mengusir bala!" ajak Arumi.Arumi memanggil Bapak dan Ibu untuk ikut mengaji bersama di ruang tamu. Setelah berkumpul dan mengambil wudu kini mereka mengaji bersama.Arumi tak bilang jika ada seseorang yang melemparkan batu dan boneka penuh darah ke dalam rumahnya pada kedua orang tuanya.Pecahan kaca jendela yang berserakan langsung dibereskan oleh ART dan Arumi beralibi kalau ia tak sengaja melemparkan sesuatu ke kaca, karena ada kecoa yang terbang.Arumi juga sudah mengirim pesan pada Refaldy dan Clara, bahwa rumahnya dapat teror. Mungkin saja itu teror dari ilmu

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   TEROR part 68

    SERANTANG RENDANG BASI part 68Seruni memeluk Clara erat sekali, bahkan tangannya mencengkram Clara dengan sangat kuat karena ketakutan yang berlebihan."Ma, jangan seperti ini, Ma."Clara meringis kesakitan karena Seruni semakin lama semakin mencengkram kuat lengan Clara.Clara menepis kasar tangan Seruni karena lengannya perih, kuku Seruni menusuk ke kulit lengan Clara.Kini bola mata Seruni semuanya tampak memutih, kepalanya mendongak ke atas dengan gigi yang gemeretak.Di keadaan seperti ini Clara tidak tahu harus berbuat apa. Ia berusaha mendekati Seruni lagi namun dengan sangat cepat tangan Seruni mencekik lehernya hingga ia kesulitan bernapas."Mati!" pekik Seruni sambil terus mencekik Clara.Sebisa mungkin Clara berusaha melepaskan cekikan Seruni dan membaca doa semampu yang ia bisa dan ia hafal."Aaarrgghh!" teriak Seruni sambil menutup kedua telinganya.Setelah berteriak sangat kencang perlahan tubuh Seruni melemah, pandangannya mengabur lalu jatuh pingsan.Terlepas dari ce

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   RUMAH TERJUAL/ADA POCONG part 67

    SERANTANG RENDANG BASI part 67Mami Delia meminta Sesil untuk menurunkan uang denda yang ia minta. Namun Sesil tak pedulikan itu, ia tetap pada pendiriannya meminta denda dengan jumlah lima milyar.Gugatan cerai pun sudah ia layangkan ke pengadilan agama dengan membawa bukti dan saksi. Delia terlihat frustasi dengan keadaan yang sekarang ia jalani.Anak dibawa oleh mantan suaminya serta papinya tidak mau lagi ikut campur permasalahan yang sudah ia buat.Tanpa rasa malu ia menghubungi Aron dan meminta uang untuk membantunya membayarkan denda, namun ditolak mentah-mentah oleh Aron.Lalu ia menghubungi Erik untuk membantunya membayarkan denda tersebut."Semua ini juga karena kecerobohanmu!" tukas Delia."Bantu aku untuk membayarkan denda dari istri sintingmu itu. Lagi pula istrimu itu kemaruk harta, dia memakai cara seperti ini untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Dasar miskin!" ketusnya."Aku akan bayarkan dendamu. Tapi kamu harus mau menjadi istriku!" ujar Erik."Tak masalah." Deli

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status