Share

RENCANA TUHAN part 5

last update Last Updated: 2022-10-30 09:35:00

Hari minggu pun tiba, katanya mereka akan sampai di rumah siang kalau tidak sore. Masih tetap sama, meminta Ibu untuk masak makanan enak permintaan mereka.

"Bu, inget pesan Arumi. Masak sederhana aja, uang yang Arumi kasih jangan dipakai untuk beli seafood atau apapun itu untuk mereka. Kalau mereka nggak mau makan yasudah jangan dipedulikan," ucapku berpesan sebelum berangkat kerja pagi.

"Iya, Nduk. Tapi boleh nggak Ibu beli ayam satu ekor untuk anak-anak mereka?" tanya Ibu ragu.

"Boleh, Bu."

"Makasih, Nduk."

Aku lalu berpamitan pergi bekerja pada Ibu dan Bapak. Bapak badannya masih kurang sehat, ia hanya berbaring saja di atas ranjang dengan kasur kapuk.

"Nanti Arumi akan izin pulang lebih cepat, Bu," kataku sebelum benar-benar pergi.

****

"Rum, dengar-dengar toko kita akan gulung tikar," bisik Ratna.

"Hah, gulung tikar bagaimana? Kenapa begitu?" tanyaku terkejut.

Toko roti ini lumayan ramai pembeli. Apalagi jika weekend seperti ini, pendapatan pun cukup banyak. Kenapa bisa sampai gulung tikar. Lalu nanti aku harus bagaimana.

"Pak Robin punya utang banyak ke rentenir untuk pengobatan mamanya di luar negeri." Ratna menjelaskan.

"Kita harus cari kerja ke mana lagi, ya, Rum?"

Ratna menghela napasnya panjang dan menyenderkan kepalanya di pundakku.

"Entah, tapi kita memang harus mencari pekerjaan lagi sebelum toko ini benar-benar bangkrut."

Keningku berdenyut nyeri, kupijit pelan agar sedikit menghilang rasa nyerinya.

"Semuanya disuruh kumpul di pantry. Pak Robin ingin bicara tentang toko ini," kata Anwar.

Aku dan Ratna saling padang beberapa detik. Kami sudah tahu Pak Robin akan membicarakan apa nanti.

Lalu ... kami berjalan tanpa semangat ke arah pantry. Semoga saja ada keajaiban agar toko roti ini tak jadi gulung tikar.

Ya ... semoga saja.

Semua karyawan sudah berkumpul semua di pantry. Ternyata Pak Robin juga menyuruh anak shift sore untuk masuk juga.

Berkali-kali Pak Robin menghela napas panjang, wajahnya tak lagi ceria seperti dulu. Tubuhnya pun kini sedikit kurus, mungkin beban pikirannya terlalu berat.

"Sebelumnya saya ingin meminta maaf pada kalian semua. Saya harus menyampaikan kabar tak enak pada weekend yang cerah ini."

Lalu, Pak Robin mulai menyampaikan maksud dan tujuannya mengumpulkan kami semua di pantry.

Raut wajah keterkejutan nampak di wajah semua karyawan. Tapi kami bisa apa? Posisi Pak Robin pun kali ini sangat miris. Ia pun berat harus merelakan dan kehilangan toko rotinya ini.

Pak Robin memberikan amplop cokelat kepada kami semua. Katanya anggap saja ini sebagai pesangon. Tak banyak, tapi patut disyukuri karena masih diberi rejeki.

"Terima kasih semua untuk kerja samanya selama ini. Semoga setelah ini kalian bisa dapat pekerjaan yang lebih baik lagi dari sini. Good luck."

Pak Robin meninggalkan pantry dengan lemas. Begitupun para karyawan.

Ini hari terakhir kami bekerja dan melayani pembeli. Toko akan tutup setelah roti-roti terjual semua. Pak Robin bilang kasih harga murah saja agar toko cepat tutup.

Para pelanggan menyayangkan dengan tutupnya toko ini.

"Mbaknya aja yang gantiin jualan roti-roti kaya di toko ini."

"Iya, benar. Sayang banget karena sudah banyak pelanggan."

Aku juga mau seperti itu, tapi aku tak mempunyai modal untuk menyewa ruko.

Usaha seperti ini harus di tempat yang ramai tak mungkin di tempat yang sepi seperti desaku. Harus berjualan di alun-alun desa dan itu harus menyewa ruko.

Jangankan menyewa ruko, sampai saat ini saja uangku belum cukup untuk membeli motor bekas.

'Tolong beri solusi dan jalan keluarnya ya Allah ...,' batinku.

****

Selesai menutup toko jam sebelas. Semua roti habis tak bersisa karena dijual murah.

"Cari-cari kerja, yuk, mumpung masih siang," ajak Ratna.

"Jangan sekarang, Rat. Hari senin pagi aja kita melamar pekerjaan. Hari ini aku ada urusan di rumah."

"Baiklah, nanti kabarin aja kalau kamu udah nggak sibuk," sahut Ratna.

Entah datang dari arah mana, tapi Refaldy selalu muncul di sampingku bak jelangkung yang tak diundang.

"Katanya toko tempat kalian bekerja gulung tikar ya?" tanyanya tanpa basa-basi lagi.

"Iya, nih. Kita lagi bingung mau cari kerja di mana lagi. Padahal aku tulang punggung keluarga," keluh Ratna.

"Apa kalian mau kerja di restauran?" tanya Refaldy.

"Mau, aku mau."

Ratna semringah mendengar kabar baik dari Refaldy. Apakah ini jawaban atas doaku tadi?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Vira Noviyanti
Jangan lupa tinggalkan komentarnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   TAMAT part 72

    SERANTANG RENDANG BASI part 72"Gila, ya, kamu. Tega menjual istri sendiri ke klien hanya demi uang!" teriak Meisha pada Pandu."Kamu pikir aku benar-benar masih mau menerimamu, setelah kamu membohongiku, hah? Aku tau semuanya bahwa anak yang sempat kamu kandung itu adalah bukan anakku!" tukas Pandu yang membuat Meisha seketika bungkam."Tidak usah sok suci dan menangis tersedu begitu. Bukankah kamu sendiri suka berganti-ganti pasangan dengan mencari laki-laki kaya? Sekarang aku berbaik hati dengan mencarikanmu laki-laki kaya!" Pandu tertawa puas.Meisha meruntuk kebodohannya sendiri karena begitu percaya dengan semua ucapan manis Pandu.Kini ia menyesali semuanya karena lebih memilih menjadi Pandu dibanding dengan David dulu."Gara-gara kamu aku dapat ancaman dari istri laki-laki itu Pandu!" teriak Meisha."Sebelumnya kamu juga merebutku dari Ayu bukan? Jadi sekarang kenapa kamu mengeluh? Bukankah sebutan pelakor itu memang pantas untuk dirimu, Meisha?" tegas Pandu dengan tangannya m

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   ARUMI MELAHIRKAN part 71

    SERANTANG RENDANG BASI part 71"Assalamualaikum."Kedatangan Refaldy bersama dengan keluarga Clara dan juga ustaz serta kiyai, membuat orang-orang di rumah Arumi terlihat bingung.Arumi membuang napas lega dan tersenyum senang melihat suaminya kembali dalam keadaan baik-baik saja."Waalaikumsalam."Semuanya dipersilakan untuk duduk di ruang tamu. Berkumpul bersama seperti sedang menghadiri sebuah rapat penting.Refaldy memeluk Arumi dan mengusap pelan perut Arumi yang membuncit, ia terlihat lega karena mengetahui Arumi baik-baik saja.Ibu dan Bapak serta yang lainnya saling bersalaman dan berkenalan. Lalu Ayu, Ratna dan Devi segera pergi ke dapur untuk membuatkan minuman dan mengeluarkan cemilan untuk dihidangkan."Sedang ada urusan bisnis ya, Nak?" tanya Bapak membuka obrolan lebih dulu."Bukan, Pak. Nanti Refaldy akan jelaskan, tapi untuk itu Refaldy akan menghubungi orang tuaku dulu dan juga Paman Adiwijaya."Dengan lihai jemarinya langsung menelepon orang tua dan juga pamannya unt

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   AKIBAT PERBUATAN MUSYRIK part 70

    SERANTANG RENDANG BASI part 70"Di sini sudah kembali aman. Namun ayahmu saat ini sedang kesakitan dan berada di rumah orang jahat itu, kita harus membawa ayahmu kembali pulang untuk diruqyah juga," ucap kiyai."Apakah rumah orang tuaku benar-benar sudah aman, Pak?" tanya Clara memastikan."Insya Allah sudah aman kembali, apa kamu tau di mana rumah wanita itu?" tanya Pak kiyai."Tau, Pak. Ayo saya antarkan. Mama sementara waktu tinggal di rumah Bude dulu ya?" pintanya pada Bude Ning."Iya, Nduk, mamamu lebih baik tinggal bersama Bude dulu agar aman. Sekarang lebih baik cepat-cepat kamu ke rumah gundik itu untuk menyelamatkan papamu!" titah sang Bude.Gegas mereka semua kita pergi dari rumah Pak Darsa. Seruni kini sudah masuk ke dalam mobil Bude dan anaknya.Sementara Clara dan yang lainnya ikut masuk ke dalam mobil Refaldy dan Clara yang akan mengarahkan di mana lokasi Lina saat ini.Dengan berdoa dan mengucapkan bismillah Refaldy mulai melajukan pelan mobilnya, meninggalkan halaman r

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   RUQYAH part 69

    SERANTANG RENDANG BASI part 69Devi memungut benda tersebut dan langsung melemparkannya lagi setelah mengetahui itu boneka dengan banyak darah."Siapa yang melemparkan ini ke dalam rumah?" gumam Arumi."Apa ada maling yang masuk, Rum?" tanya Ratna."Nggak mungkin sih ada maling yang masuk, soalnya perkomplekan ini dijaga dengan sangat ketat sekali," ujarnya."Lalu ini?" tanya Devi bingung."Kita mengaji bersama saja untuk mengusir bala!" ajak Arumi.Arumi memanggil Bapak dan Ibu untuk ikut mengaji bersama di ruang tamu. Setelah berkumpul dan mengambil wudu kini mereka mengaji bersama.Arumi tak bilang jika ada seseorang yang melemparkan batu dan boneka penuh darah ke dalam rumahnya pada kedua orang tuanya.Pecahan kaca jendela yang berserakan langsung dibereskan oleh ART dan Arumi beralibi kalau ia tak sengaja melemparkan sesuatu ke kaca, karena ada kecoa yang terbang.Arumi juga sudah mengirim pesan pada Refaldy dan Clara, bahwa rumahnya dapat teror. Mungkin saja itu teror dari ilmu

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   TEROR part 68

    SERANTANG RENDANG BASI part 68Seruni memeluk Clara erat sekali, bahkan tangannya mencengkram Clara dengan sangat kuat karena ketakutan yang berlebihan."Ma, jangan seperti ini, Ma."Clara meringis kesakitan karena Seruni semakin lama semakin mencengkram kuat lengan Clara.Clara menepis kasar tangan Seruni karena lengannya perih, kuku Seruni menusuk ke kulit lengan Clara.Kini bola mata Seruni semuanya tampak memutih, kepalanya mendongak ke atas dengan gigi yang gemeretak.Di keadaan seperti ini Clara tidak tahu harus berbuat apa. Ia berusaha mendekati Seruni lagi namun dengan sangat cepat tangan Seruni mencekik lehernya hingga ia kesulitan bernapas."Mati!" pekik Seruni sambil terus mencekik Clara.Sebisa mungkin Clara berusaha melepaskan cekikan Seruni dan membaca doa semampu yang ia bisa dan ia hafal."Aaarrgghh!" teriak Seruni sambil menutup kedua telinganya.Setelah berteriak sangat kencang perlahan tubuh Seruni melemah, pandangannya mengabur lalu jatuh pingsan.Terlepas dari ce

  • DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI   RUMAH TERJUAL/ADA POCONG part 67

    SERANTANG RENDANG BASI part 67Mami Delia meminta Sesil untuk menurunkan uang denda yang ia minta. Namun Sesil tak pedulikan itu, ia tetap pada pendiriannya meminta denda dengan jumlah lima milyar.Gugatan cerai pun sudah ia layangkan ke pengadilan agama dengan membawa bukti dan saksi. Delia terlihat frustasi dengan keadaan yang sekarang ia jalani.Anak dibawa oleh mantan suaminya serta papinya tidak mau lagi ikut campur permasalahan yang sudah ia buat.Tanpa rasa malu ia menghubungi Aron dan meminta uang untuk membantunya membayarkan denda, namun ditolak mentah-mentah oleh Aron.Lalu ia menghubungi Erik untuk membantunya membayarkan denda tersebut."Semua ini juga karena kecerobohanmu!" tukas Delia."Bantu aku untuk membayarkan denda dari istri sintingmu itu. Lagi pula istrimu itu kemaruk harta, dia memakai cara seperti ini untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Dasar miskin!" ketusnya."Aku akan bayarkan dendamu. Tapi kamu harus mau menjadi istriku!" ujar Erik."Tak masalah." Deli

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status