Share

DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL
DISELINGKUHI SUAMI, DIKEJAR CEO TENGIL
Penulis: Dian Vitaloka

Terkuak Rahasia

"Bu, akhirnya kita berhasil membuat Mas Aksa menikahi Mbak Selena. Sebentar lagi kita bisa menyingkirkan Mbak Aira dari rumah ini."

Aku yang baru saja pulang dari pasar seketika menghentikan langkah tepat di depan kamar adik iparku. Bukan inginku menguping pembicaraan mereka, jika saja Ratu tidak menyebut namaku mungkin aku tidak akan sekepo ini. Aku akan menulikan pendengaran dan bersikap bodoh amat walau ibu mertua dan adik ipar selalu menghinaku.

Bagiku, yang penting Mas Aksa mencintaiku, aku akan tetap bertahan di rumah ini walau mereka menganggapku hanya babu mereka.

Aira Danendra namaku, orang tuaku sudah meninggal sejak aku berusia 17 tahun dalam sebuah kecelakaan. Sebenarnya, mereka mewarisiku sebuah rumah mewah dan usaha rumah makan yang sudah terkenal namanya.

Aku dan Mas Aksa bertemu saat aku sedang melayani pembeli di rumah makan peninggalan orang tuaku. Meski mempunyai banyak karyawan aku tetap turun tangan melayani pesanan pelanggan.

Mas Aksa tidak tahu kalau aku pemilik rumah makan yang biasa suamiku dan teman-temannya berkumpul, dia mengira aku hanya pelayan di sana. Awalnya, aku ingin memberitahu Mas Aksa dan keluarganya, sebenarnya aku pemilik rumah makan terkenal dengan ayam bakar madunya. Namun, aku urungkan melihat ibu mertua dan adik iparku tidak suka denganku.

"Kamu benar, Ratu. Ibu juga sudah muak dengan Aira, dia miskin mending juga Selena, orang tuanya kaya pemilik peternakan ayam dan juga punya usaha ayam potong." Terdengar suara ibu dan Ratu tertawa bahagia.

"Oia, Bu. Tadi Mas Aksa telepon, hari ini akan membawa Selena tinggal di rumah ini."

Apa jadi Mas Aksa sudah menikah lagi? Aku memegang dada seakan tertusuk ribuan jarum. Sebenarnya, sudah 3 bulan Mas Aksa berubah semenjak ibu mengenalkan gadis cantik berpakaian seksi itu. Hanya saja, aku tidak menyangka Mas Aksa sudah menikahi Selena. Kupikir dia akan selalu setia denganku, nyatanya dia mengkhianati cintaku.

Bodoh, aku memang bodoh. Karena cinta dan ingin memiliki keluarga utuh, aku rela menggadaikan harga diri, diinjak, dihina, bahkan dijadikan babu oleh ibu mertua dan juga iparku.

Cepat kuseret kaki ini meninggalkan kamar Ratu menuju dapur. Aku mengadah kepala keatas menghalau air mata agar tidak tumpah. Aku tidak boleh menangis untuk seorang pengkhianat.

Cukup sudah pengorbananku berbakti menjadi seorang istri yang baik. Aku harus menunjukkan ke mereka aku bukan Aira yang lemah. Selama menikah sengaja aku menyuruh sahabatku yang menghandle rumah makanku, hanya sesekali aku mengunjungi usaha milik orang tuaku.

Sejak ibu menjodohkan Mas Aksa dengan Selena, aku sudah menyiapkan hati ini untuk tidak terluka. Namun, tetap saja rasanya begitu sakit.

Dulu, sikap Mas Aksa sangat lembut walau sedikit pelit, tapi semenjak mengenal Selena sikapnya berubah dingin dan sering memarahiku tanpa sebab.

Kubuka belanjaanku lalu mengambil ayam yang sudah aku beli. Hari ini, aku akan membuat masakan spesial untuk keluarga penghianat untuk terakhir kali. Sengaja aku akan memasak ayam bakar madu makanan kesukaan Mas Aksa, agar saat aku pergi dia akan selalu mengingatku dengan penyesalan.

"Eum ... baunya wangi sekali." Adik ipar lacknat menghampiri meja makan sambil mencoel ayam bakar madu yang sudah aku buat. Aku hanya meliriknya sekilas sambil mengulek sambal spesial yang pasti pedesnya akan membuat mereka sekarat.

"Nah, gitu dong, Mbak! Setiap hari kek, masak enak kaya gini. Bosen tau masaknya sayur, tempe, telor terus," lanjutnya dengan mulut penuh ayam.

Aku hanya bisa mendengkus kesal, memangnya makan enak tiap hari tidak pakai uang. Kakaknya saja hanya memberiku uang tidak lebih dari 1 juta itu pun untuk kebutuhan seisi rumah. Pernah aku mengeluh meminta tambahan ke Mas Aksa, tetapi ibu selalu ikut campur dengan gaji suamiku.

"Ratu, kamu sedang makan apa?" tanya ibu mertua yang baru saja keluar dari dalam kamar.

"Ini, Bu, Mbak Aira masak enak," sahut Ratu.

"Wah, sepertinya kakak ipar kamu tahu akan ada tamu istimewa hari ini," balas ibu menghampiri putrinya.

"Kayanya, Bu. Jadi, kita tidak usah pesen makanan di rumah makan ayam bakar madu, bisa ngirit. Apa lagi Mbak Aira dulu mantan karyawan di sana dan pasti rasa ayamnya sama enaknya, Bu."

"Masa sih?" Ibu mencomot ayam bakar madu lalu memakannya dengan rakus. "Benar enak," ucap ibu sama seperti anaknya, makan sambil bicara dengan mulut penuh makanan dan cukup menjijikan.

Sebenarnya, bisa saja aku memasak ayam bakar madu setiap hari, andai Mas Aksa memberikanku jatah lebih. Aku tidak mau uangku untuk kebutuhan mereka. Setahun berumah tangga hanya sakit hati yang aku rasa. Beruntung belum ada benih di rahim ini, aku tidak mau anakku nanti menderita memiliki keluarga seperti mereka.

Selesai, aku menaruh sambel setan di atas meja. Kemudian meninggalkan mereka masuk ke dalam kamar. Aku akan memberikan kejutan untuk suamiku tercinta. Sudah satu jam aku menunggu pasangan penghianat di dalam kamar.

Suara ibu dan Ratu terdengar di luar, pasti Mas Aksa dengan Selena sudah datang. Sebelum keluar aku mematutkan diri di cermin. Aku sengaja memakai baju bermerk yang aku punya sebelum menikah dengan Mas Aksa dan tak lupa aku memoles wajah ini dengan make up flawless. Semua kulakukan agar terlihat sempurna.

Biasanya aku hanya memakai daster bila di rumah. Kali ini, aku akan membuat Mas Aksa menyesal sudah menghianatiku. Suara tawa mereka menggema di ruang tamu. Sebelum keluar kamar, kutarik napas lalu mengeluarkannya perlahan.

'Ai, kamu harus tenang jangan emosi menghadapi mereka,' batinku.

Ceklek!

Aku membuka pintu kamar dan benar saja mata mereka terbelalak menatapku. Selena yang sedang bergelayut manja di lengan suamiku di dorong kasar Mas Aksa.

"Aaaw," pekik gadis bermake up tebal itu.

"Ai sayang, kamu cantik sekali." Mas Aksa berdiri lalu mendekatiku, tatapan matanya memancarkan kekaguman.

"Mas Aksa!" teriak Selena. Gadis itu menghentakkan kakinya kesal.

"Masa sih, Mas," balasku tersipu malu. Sengaja akan aku buat pelakor itu kepanasan karena suaminya memuji istri tuanya. Siapa suruh mau jadi istri kedua.

"Iya, Sayang. Sumpah kamu cantik sekali," pujinya masih terus menatap wajah ini.

"Aksa, kamu itu apa-apaan," bentak ibu seraya menarik lengan suamiku agar menjauh dariku.

"Iya, Mas Aksa itu gimana, sih. Biar pun Mbak Aira berubah cantik tetap saja dia gadis miskin tidak selevel dengan Mbak Selena," ejek Ratu.

Selena tidak tinggal diam, dia menarik tangan Mas Aksa. "Mas, kamu bilang istri kamu itu jelek, dekil, bau. Lalu apa ini?" protes Selena.

Mas Aksa terkesiap, mungkin dia baru sadar istri yang dia bilang dekil, jelek, bau bisa berubah cantik.

"Sudah, jangan bertengkar. Mas, aku sudah masak spesial untuk kamu dan Selena. Sebaiknya, kita makan dulu," tawarku.

Aku meninggalkan mereka, sengaja berjalan dengan anggun menuju meja makan. Terdengar umpatan, ejekkan dari Ibu, Ratu dan juga Selena.

Mas Aksa mengikutiku, dia duduk disampingku.

"Mas, aku masak spesial untuk kamu. Mungkin untuk terakhir kalinya," ucapku berpura-pura sedih.

Wajah Mas Aska berubah kaget. "Ai, kamu jangan bicara sembarangan. Kamu tidak akan pergi dari rumah ini!" bentaknya emosi.

"Mas Aska, kamu itu gimana, sih? Bukannya bagus kalau Mbak Aira pergi dari rumah ini? Kamu bilang akan menceraikannya, 'kan!" seru Selena dengan wajah memerah.

Aku kembali berpura-pura kaget. "Apa itu benar, Mas?" tanyaku dengan mata berkaca-kaca.

"Semuanya bohong, Ai. Aku masih mencintai kamu, sampai kapanpun kamu akan selalu menjadi istriku."

Hueek! Rasanya ingin muntah mendengar rayuan gombal Mas Aksa. Dulu, mungkin bahagia mendengarnya mengatakan mencintaiku, tapi sekarang aku benar-benar sudah muak.

"Mas Aksa, jahat," teriak Selena histeris.

"Selena, kamu tenang dulu. Aksa hanya bercanda, mana mungkin dia mencintai gadis miskin itu," bujuk ibu seraya merengkuh bahu menantu barunya.

"Mas, sana kamu tenangkan Selena. Lebih baik kita makan dulu, nanti baru kita bicara lagi. Aku butuh penjelasan dari kamu," ucapku berusaha setenang mungkin.

Akhirnya dengan raut terpaksa Mas Aksa membujuk Selena, aku tidak mau rencanaku gagal. Mereka harus makan sambel spesialku. Ibu dan Ratu menatapku sinis, walau begitu aku sudah tidak perduli atau takut dengan mereka. Toh, sebentar lagi aku akan angkat kaki dari rumah ini. Namun, sebelum itu aku akan buat mereka kesakitan, sama seperti rasa sakit yang aku alami.

"Ai, ambilkan nasinya!" Mas Aksa menyodorkan piring kosong kearahku.

"Mas, sini biar aku yang melayani kamu." Selena menarik lengan suamiku, kemudian mengambil piring kosong dari tangan Mas Aksa.

Aku hanya mengangkat bahu tidak perduli, kuambil nasi ke dalam piringku. Begitu pun ibu dan Ratu sudah makan dengan lahap, padahal sebelum Mas Aksa dan Selena datang mereka sudah makan hanya saja sambalnya saat itu belum selesai aku buat.

Sesekali Mas Aksa melirik kearahku. Aku tersenyum puas melihat Selena mengambil sambal sangat banyak. Mungkin karena dalam keadaan emosi dia tidak sadar sudah mengambil sambal hampir setengahnya.

"Mas, di makan dulu. Jangan liatin aku terus nanti Selena marah sama kamu!" ucapku berbisik.

"Iya, Ai. Mas hanya kangen sama kamu," balasnya.

Wajah Selena memerah. "Aaaw, pedes sekali," pekik Selena. Gadis itu mengambil air putih lalu meneguknya sampai tandas, keringat sudah membanjiri pelipisnya.

"Enak banget sambalnya," sahut Ratu. Ibu dan Ratu sama-sama pecinta pedas, mereka begitu santai memakan sambal setan yang aku buat.

"Mbak Aira, kamu sengaja, ya, mau bikin kami masuk rumah sakit!" tuduh Selena seraya mengelap wajahnya yang sudah basah oleh keringat. Bibirnya sudah dower karena kepedesan.

Kulirik Mas Aksa terlihat wajahnya seperti udang rebus. Aku yakin dia sedang menahan pedas namun gengsi mengatakan dia tidak kuat dengan rasa pedasnya.

"Kamu jangan asal menuduh! Kalau aku ingin membuat kalian masuk rumah sakit lihat ibu dan Ratu biasa saja makan sambal yang aku buat," elakku.

"Kamu itu apa-apa, Selena. Seharusnya kamu berterima kasih dengan Aira karena sudah masak untuk makan siang kita," bentak Mas Aksa.

Selena memanyunkan bibirnya. "Mas Aksa sekarang sudah berubah!" Gadis itu berdiri lalu mendorong kursi dengan kasar.

Ibu dan Ratu yang sejak tadi asik makan menghentikan aktifitasnya. "Selena tunggu!" panggil ibu melihat menantu kesayangannya pergi.

"Ini semua gara-gara Mbak Aira." Ratu juga mengikuti ibu mengejar si ulet keket.

"Ai, Mas minta maaf karena diam-diam sudah menikah lagi, Mas menyesal. Mas janji akan berbuat adil sama kamu dan juga Selena." Mas Aksa meraih jemari ini, lalu menciumnya dengan lembut. Entah, sudah berapa lama Mas Aksa tidak seromantis ini.

Adil, apa dia pikir selama ini dia sudah adil denganku dan juga ibunya? Apalagi sekarang bertambah kehadiran Selena?

"Maaf, Mas! Lebih baik aku sendiri dari pada harus berbagi suami," jawabku tegas. Aku menarik tangan ini, terlihat wajah Mas Aksa berubah sendu.

"Aku tidak akan menceraikan kamu, Ai. Aku janji kamu prioritasku, walau sudah ada Selena," tegasnya.

Aku tersenyum kecut. Setelah aku berubah cantik, Mas Aksa baru menyadari aku adalah istrinya. Sebelumnya, mana pernah dia menganggapku istrinya hanya bulan pertama dia memperlakukanku seperti ratu, setelahnya dia berubah ketika ibunya ikut campur rumah tangga anaknya.

"Mas Aksa!" jerit Selena. Aku menutup telingaku mendengar suara cempreng ulet keket. Belum sehari rumah seperti layaknya di hutan.

Aku mendorong piring masih setengah isinya, rasa lapar seketika hilang.

"Selena, bisa tidak, kamu tidak teriak-teriak!" bentak Mas Aksa.

"Aksa, kamu juga ngapain memegang tangan Aira?"

"Ibu, Aira juga istri Aksa. Tidak ada larangan Aksa menyentuh istri sendiri," balas Aksa emosi.

Ibu membuang pandangan kearah lain mendengar bantahan putra kesayangannya. Aku cukup puas, Mas Aksa sudah sedikit melawan ibunya. Bukan, aku ingin suamiku durhaka dengan wanita yang melahirkannya. Hanya saja, aku ingin ibu tidak terlalu ikut campur dengan urusan rumah tangga anaknya.

"Mas, sebaiknya kita bicarakan ini dengan kepala dingin." Aku masih harus berpura-pura menjadi wanita baik untuk meraih simpati Mas Aksa.

Mas Aksa menatapku, lalu dia merengkuh bahuku. "Terima kasih, Ai. Kamu benar-benar istri sholeha," bisik Mas Aksa lembut.

Selena menghentakkan kakinya, dadanya membusung dengan napas memburu. Aku yakin dia sedang cemburu melihatku dengan Mas Aksa. Aku meraih lengan suamiku meninggalkan meja makan.

Ibu menarik menantu kesayangannya menuju ruang tamu. Aku dan Mas Aksa duduk bersisian, jemari kami masih saling bertautan. Selena menatap kami penuh kebencian.

"Aksa, sekarang kamu talak Aira!" titah Ibu dengan nada tinggi dan cukup lantang.

Aku hanya menunduk berpura-pura sedih. Mas Aksa meremas jemari ini, seakan memberi kekuatan untuk melawan ibunya.

"Benar kata, Ibu. Aku lebih memilih Mbak Selena menjadi kakak iparku," sahut Ratu.

"Cepat Mas talak Aira!" Pinta Selena yang semakin mendesak Mas Aksa.

"Cukup, aku tidak akan menceraikan Aira!" jawab Mas Aksa tegas.

Aku mengangkat wajah, kutarik sudut bibir. Kuberikan senyum menyerigai kearah Selena. Gadis itu terkejut melebarkan pupil matanya. Ini baru permulaan, tunggu kejutan berikutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status