Share

Bab 4

Author: Aina D
last update Last Updated: 2022-09-22 09:26:54

Hatiku menghangat mengenang masa-masa indah sebelum akhirnya semua berubah ketika aku harus mengambil keputusan terberat pada saat itu, yaitu berhenti kuliah. Saat itu, ayahku yang seorang pegawai negeri pangkat rendah meninggal karena serangan jantung, sedangkan ibuku hanya ibu rumah tangga biasa yang akhirnya hanya mengandalkan gaji pensiun ayah yang tak seberapa. Sementara aku masih punya tiga orang adik yang masing-masing masih membutuhkan biaya. Hingga akhirnya aku mengalah, lalu berhenti kuliah dan memilih mencari pekerjaan demi membantu ekonomi keluarga.

“Aku dulu penggemar rahasiamu, Ay.” Ivan membuyarkan lamunanku.

“Itu aku yang dulu. Cahaya yang sekarang sudah jauh berbeda,” gumamku.

Ivan tak menjawab, hanya tersenyum tipis sebelum kemudian berpamitan untuk kembali ke dalam kafenya saat seorang karyawannya memanggil.

Aku pun meneruskan lamunanku mengenang masa-masa indahku selama setahun menjadi mahasisiwi. Hendra, sang ketua BEM yang saat itu menjadi kekasihku merasa kecewa ketika aku memutuskan untuk berhenti kuliah. Namun aku sudah memantapkan hatiku. Aku anak sulung, dan aku yang harus bertanggung jawab membantu ibuku mencari nafkah setelah kepergian ayah.

Hubunganku dengan Hendra masih berjalan setelah aku tak lagi kuliah di kampus yang sama, ia bahkan menemaniku mencari pekerjaan dengan modal ijazah SMA ku waktu itu. Hingga kemudian aku memperoleh pekerjaan di sebuah butik milik salah satu teman ibunya. Itu pun dengan rekomendasi dari ibu Hendra. Namun ternyata hubungan kami semakin hari semakin renggang seiring dengan kesibukanku bekerja di butik dan kesibukannya sebagai aktivis kampus. Jarang bertemu dan jarang berkomunikasi membuat hubungan kami berada pada titik terendah, hingga akhirnya aku mendengar kabar jika Hendra sering jalan dengan Paula, salah satu aktivis juga di kampus.

Lalu hubungan kami pun benar-benar berakhir ketika aku menanyakan mengenai kabar hubungannya dengan Paula dan Hendra mengakui jika ia sudah jadian dengan Paula. Aku pun memilih mundur dan berkonsentrasi pada pekerjaanku.

Hingga di tahun ketiga setelah aku berhenti kuliah, suatu hari di rumah kami kedatangan tamu yang mengaku adalah sahabat ayahku dulu, ibuku pun mengenalnya. Pak Lukman, sahabat ayah semasa sekolah dulu rupanya baru mengetahui jika ayahku sudah meninggal. Beliau lalu mengucapkan bela sungkawa atas kepergian ayahku, bahkan menitikkan air mata ketika mengenang persahabatan mereka dulu. Dua bulan setelah kedatangan Pak Lukman waktu itu, tiba-tiba saja sahabat ayah itu kembali datang ke rumah, kali ini dengan niat yang sama sekali tak pernah kubayangkan sebelumnya. Pak Lukman meminangku untuk dinikahkan dengan anak tunggalnya.

Aku tak tau bagaimana prosesnya hingga akhirnya ibuku menyetujui dan membujukku untuk menerima pinangan Pak Lukman waktu itu. Padahal aku sama sekali belum pernah bertemu dengan putra tunggal beliau yang kabarnya saat itu sudah lulus S2 dan menjabat kepala divisi perencanaan di salah satu perusahaan tambang milik salah satu pejabat terkemuka di negara ini yang berkantor pusat di jakarta. Melihat ibuku yang antusias saat membicarakan tawaran Pak Lukman, aku pun menerima lamaran beliau. Niatku hanya satu, ingin mengurangi beban ibu.

“Nanti Bapak ajak Adam ke sini, ya. Kalian boleh pengenalan dulu, Bapak yakin kalian pasti cocok,” ucap Pak Lukman kala itu.

Aku hanya mengangguk. Anggukan yang kemudian menghantarkan seorang Cahaya Kirana menjadi istri dari Adam Haidar hingga saat ini. Menjadi istri yang setiap hari harus mendapatkan kalimat-kalimat tak lazim dari seorang suami pada istrinya. Aku sendiri bingung, kenapa Mas Adam waktu itu menerima saja ketika ayahnya menjodohkannya denganku, padahal seharusnya dia adalah pihak yang paling bisa menolak jika memang tak suka dengan perjodohan itu. Belakangan baru kuketahui jika saat itu ia sedang dalam kondisi patah hati karena ditinggal oleh tunangannya, maka tanpa pikir panjang Mas Adam menerima tawaran perjodohan dari ayahnya saat itu.

Ingatanku tentang Mas Adam membuatku kembali masuk ke dalam kafe. Di kursi tempatku duduk tadi sudah ada dua orang lainnya yang sedang mengobrol dengan Mas Adam, termasuk salah satunya Ivan. Perlahan aku melangkah ke arah meja di mana mereka sedang mengobrol santai.

“Jadi lu juga belum nikah, Pri?” tanya Mas Adam pada salah satu rekannya.

Lelaki di hadapan Mas Adam yang duduk bersebelahan dengan Ivan mengangguk.

“Cariin dong.”

“Saran gue jangan buru-buru deh, Pri. Puas-puasin aja dulu lu bebas dari ikatan yang bernama rumah tangga. Jangan sampai lu nyesal ntar kayak gue,” ucap Mas Adam yang posisinya sedang membelakangiku..

Deggg!

Jantungku berdetak cepat. Apa katanya tadi? Nyesal? Mataku mulai berkabut. Sementara Ivan menatapku tajam.

“Emang sekarang lu nyesal, Bro?” tanya pria di samping Ivan.

“Nyesal banget, banyak yang lebih menarik di luar sana. Sayangnya gue udah telanjur terikat pernikahan! Mana istri gue nggak banget lagi. Nggak ada yang bisa dibanggain darinya.”

Netraku semakin memanas mendengar kalimat Mas Adam, bahkan kini dadaku pun terasa sesak.

🌸Bersambung🌸

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Isabella
astaghfirullah suami laknat
goodnovel comment avatar
Hasdi Nursi
dasar suami tak bersyukur punya istri baik. kelaut biar di makan hiu,,
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • DOSA TERINDAH   Extra Part 2

    “Kalian ini ya ... sama aja dua-duanya! Bucin gak ada obat emang!” Tak kupedulikan suara Kak Dian. Aku segera memeluk Aya sebisaku, membuatnya senyaman mungkin.“Untung bayimu nggak kembar, Ay. Kamu bayangin deh kalo dapat bayi kembar, punya tiga bayi kamu di rumah. Sanggup?” Kak Dian kembali bicara. “Kurasa yang paling ngerepotin sih bayi raksasamu yang ini, Ay.” Telunjuk Kak Dian mengarah padaku.“Jangan bikin Aya ketawa, Kak! Kakak nggak tau kan gimana rasanya ketawa pasca operasi lahiran?” Aku mengulangi kata-kata Kak Dian.“Oiya, sanggup puasa nggak lu, Bro! Empat puluh hari loh.” Kak Dian menekankan kata empat puluh. “Nggak bisa bikin anak orang keramas tiap hari lagi lu.” Suara kekehan Kak Dian terdengar mengejek.“Nak Dian dan Ivan di sana. Biar Ibu yang di sini.” Sebuah perintah lain membuatku dan Kak Dian tak bisa membantah lagi. Ibu mengambil alih posisiku, mengusap lembut kening putri sulungnya dan memberi bisikan-bisikan yang kurasa berisi banyak makna, sebab setelahnya k

  • DOSA TERINDAH   Extra Part 1

    PoV IvanAku seperti berada di sebuah ruangan sempit, terkunci rapat dan membuatku tak bisa bernapas. Kilasan-kilasan kebersamaan selama lima tahun lebih pernikahanku dengan Aya berputar kembali di kepala seperti adegan film yang membuat dadaku semakin sesak terhimpit.Tahun-tahun bersama Cahaya adalah tahun-tahun terbaik dalam kehidupanku. Tentu saja jika ini adalah film, seharusnya ini adalah film romantis, bukan film sedih yang membuat dadaku sesak seperti ini. Akan tetapi, sesak ini semakin tak dapat kutahan saja. Tak kupeduikan lagi bagaimana rupaku sekarang. Aku terisak ketika sudah tak dapat menahan sesak, lalu kembali menghirup udara ketika merasa sudah hampir kehilangan napasku.Ruangan ini tentu saja bukanlah ruangan yang sempit mengingat aku sedang berada di ruang VIP salah satu rumah sakit ternama. Di ruangan ini aku juga tak sendirian, ada ibu, Candra dan kembarannya, Kak Dian dan Bang Malik, namun meski banyak orang di ruangan ini, tak ada satu pun di antara kami yang be

  • DOSA TERINDAH   Bab 191

    “Terima kasih buat keluarga dan teman-teman yang udah hadir malam ini.” Ivan mengambil momen, menghentikan alunan music akustik yang sedari tadi mengisi pendengaran. Pria itu mengucapkan terima kasih yang tulus pada keluarga kami yang hadir malam ini, lalu pada teman-teman dekat yang diundang khusus olehnya. Aku menatapnya dari tempatku duduk tepat di depan panggung kecil di mana ia berdiri. “Malam ini kami merayakan tahun kelima pernikahan. Aku dan Cahaya Kirana, istriku, sudah lima tahun bersama-sama.” Dia menatapku dari depan sana, dan tatapan itu selalu membuatku merasa dicintai. Ivan masih menatapku sambil bicara. “Aku jatuh cinta pada wanita ini sejak kami masih memakai almamater yang sama, lalu Tuhan begitu baik mempertemukanku kembali dengannya belasan tahun kemudian hingga kami menikah. Dan sejak menikahinya, aku masih jatuh cinta padanya setiap hari, masih saja jatuh cinta padanya berulang kali. Malam ini saya meminta doa pada kalian semua agar kami tetap dikuatkan dalam

  • DOSA TERINDAH   Bab 190

    “Terima kasih buat keluarga dan teman-teman yang udah hadir malam ini.” Ivan mengambil momen, menghentikan alunan music akustik yang sedari tadi mengisi pendengaran. Pria itu mengucapkan terima kasih yang tulus pada keluarga kami yang hadir malam ini, lalu pada teman-teman dekat yang diundang khusus olehnya. Aku menatapnya dari tempatku duduk tepat di depan panggung kecil di mana ia berdiri. “Malam ini kami merayakan tahun kelima pernikahan. Aku dan Cahaya Kirana, istriku, sudah lima tahun bersama-sama.” Dia menatapku dari depan sana, dan tatapan itu selalu membuatku merasa dicintai. Ivan masih menatapku sambil bicara. “Aku jatuh cinta pada wanita ini sejak kami masih memakai almamater yang sama, lalu Tuhan begitu baik mempertemukanku kembali dengannya belasan tahun kemudian hingga kami menikah. Dan sejak menikahinya, aku masih jatuh cinta padanya setiap hari, masih saja jatuh cinta padanya berulang kali. Malam ini saya meminta doa pada kalian semua agar kami tetap dikuatkan dalam

  • DOSA TERINDAH   Bab 189

    Lima tahun bersamanya, lima tahun penuh bahagia meski tak sedikit pula ombak kecil yang menghantam. Lima tahun bisa menjadi diriku sendiri setelah tahun-tahun sebelumnya terjebak dalam hubungan yang membuatku nyaris kehilangan kepercayaan diri. Malam ini Twin House ditutup untuk umum demi merayakan lima tahun pernikahan ku dan Ivan.Dekorasi anniversary sudah menghiasi Twin House, deretan-deretan makanan pun sudah tertata rapi di sana. Aku sendiri tak terlibat sedikit pun mempersiapkan malam ini, aku hanya memperhatikan kesibukan Iin yang berlalu lalang mengatur venue, lalu Byan yang mondar mandir menyusun catering. Sepasang kekasih itu kini benar-benar menjadi orang kepercayaanku dan Ivan.Aku juga sama sekali tak terlibat mengatur siapa saja undangan malam ini, sebab beberapa hari terakhir aku benar-benar hanya fokus pada diriku sendiri. Setelah siang itu di mana aku berbincang dengan Nindya dan baru menyadari ada yang aneh pada diriku, aku benar-benar melakukan pemeriksaan demi mem

  • DOSA TERINDAH   Bab 188

    “Emang akunya yang kecepatan sih, Ay. Sebenarnya janjinya agak sorean, tapi karena tadi kebetulan Mas Adam juga pas mau keluar, ya udah aku ikut aja. Aku nggak apa kan nunggu di sini?”“Nggak apa, Nin.”“Oiya, Aya. Aku tadi bareng Mas Adam,” katanya lagi tepat di saat sosok yang dibicarakannya itu muncul dari arah parkiran.“Hai, Aya. Gimana kabarmu?” Kaku sekali, pria itu menyapa.“Baik, Mas. Mas Adam gimana kabarnya?” Akupun menjawab sama kakunya. Kini aku mengerti mengapa Ivan berusaha menghindarkan pertemuan seperti ini. Aku dan dia pernah punya cerita, dan meski selalu berusaha untuk saling biasa saja, namun tak bisa dipungkiri akan ada kekakuan seperti ini saat berinteraksi.“Aku juga baik. Oiya, Ivan ada?”Kembali kujelaskan bahwa suamiku baru saja keluar.“Kalo gitu aku titip Nindya ya, Ay. Dia ada urusan dikit sama Ivan untuk urusan pekerjaan.” Mas Adam menjelaskan dengan detail urusan pekerjaan antara Nindya dan Ivan padaku.Aku kembali mengangguk setuju.“Ya udah, kutinggal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status