Home / Romansa / DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta / BAB 92 KONSEKUENSI YANG MULAI TERUNGKAP

Share

BAB 92 KONSEKUENSI YANG MULAI TERUNGKAP

last update Last Updated: 2025-11-21 21:20:38

"Erika... Bukan itu maksud gue." Dita menyentuh pahaku, seolah ingin menekankan bahwa aku telah salah paham. "Ini bukan tentang gue... tapi Ello..."

Aku menyingkirkan tangannya dengan tatapan dingin, lalu beranjak dari kursi—berdiri di depan jendela sambil menatap kosong ke arah kolam renang. "Gue tahu Lo masih sayang sama Roy. Lalu kenapa Lo bertunangan sama pak Jefri?"

Dita beranjak dari sofa, menatapku dengan raut wajah gelisah. "Er... Sudah gue bilang ini bukan tentang gue..."

Aku menoleh pada Dita, menatapnya dengan raut wajah sinis. "Ello belum jawab pertanyaan gue, Dit. Kenapa Ello bertunangan sama pak Jefri tanpa memberitahu gue? Dan kenapa?"

Napasku tersengal-sengal, bibirku bergetar karena menahan emosi. "Kenapa Lo nyuruh gue tidur sama pak Jefri padahal dia adalah tunangan Lo?!

"Erika gue—"

"Lo sadar gak udah mainin gue?! Lo anggap gue apa, Dita?!" teriakku dengan napas tersengal-sengal.

Dita menghampiriku, mencoba menenangkan. "Er... tenang dulu. Gue paham Lo marah sama gu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 158 RINDU YANG TERBUNGKUS EGO

    "Gimana, nih? Pak Jefri mengancam lagi..." seru Dita dengan wajah panik. Ia duduk di tepi ranjang dengan wajah murung sambil terus menatap layar ponselnya. "Gue baru aja berhasil dapetin hati Roy. Masa sekarang harus pisah lagi..."Aku duduk di atas kasur, bersandar di kepala ranjang sambil memeluk lutut. Dalam hatiku bergumam, 'Aku nggak mungkin mengorbankan kebahagiaan Dita demi ego dan kepentinganku sendiri.'Tak berselang lama, ponsel Dita kembali berdering nyaring. Ia menatapku dengan mata membulat sambil menunjukkan layar ponselnya padaku. "Erika, Pak Jefri telepon lagi. Gimana, nih?""Ya udah, Lo angkat aja. Tapi... gue masih nggak mau bicara sama dia," bisikku lirih, lalu segera membuang muka.Sedetik kemudian, suara Pak Jefri terdengar dari speaker ponsel Dita."Halo... Erika sama kamu, kan?" tanya Pak Jefri dengan nada dingin yang menusuk."Iya. Tapi... Erika sedang tidak mau bicara sama Bapak," jawab Dita jujur."Erika... Saya tahu kamu pasti mendengar suara saya," ucap Pak

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 157 CEMBURU BUTA

    Dengan tangan gemetar dan air mata yang terus berderai, aku berusaha menghubungi Dita melalui ponselku."Halo, Erika. Ada apa?" sahut Dita di seberang sana."Tolong gue, Dit... Gue butuh Ello..." isakku dengan napas yang mulai tersengal-sengal."Er... kenapa? Kok nangis?" Suara Dita terdengar sangat panik."Ello di mana? Gue butuh Ello sekarang juga...""Gue baru saja antar Sherly.""Gue mau nyusul Ello, Dit! Gue mau ketemu Ello sekarang juga!" Suaraku yang panik bercampur aduk dengan isak tangis yang semakin menjadi."Oke, oke. Gue share lock ya..."Setelah panggilan berakhir, aku bergegas memesan ojek daring melalui aplikasi. Tepat saat Pak Jefri melangkah keluar dari minimarket, aku langsung keluar dari mobil dengan air mata yang masih terus mengalir deras di pipi.Pak Jefri terlihat panik dari kejauhan. Ia berlari kecil menghampiriku yang sudah berdiri di pinggir jalan. "Erika, mau ke mana?!" teriaknya.Aku tidak menjawab dan langsung menghampiri ojek yang kebetulan sudah sampai d

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 156 NALURI WANITA

    "Ehem..." Pak Jefri terbatuk kecil sambil membuang muka, berpura-pura tidak mengerti pembicaraan mereka.Sementara itu, aku langsung bersembunyi di balik punggung lebarnya. Wajahku terasa panas dan terbakar malu. Dalam hatiku bergumam kesal, 'Sherly... ngapain, sih, tanya begituan...'Aku mendadak merasa gerah karena pertanyaannya. Sudah sebulan kami tidak bercinta, dan kata-kata dari Sherly seolah kembali membangkitkan gairah kami yang sempat padam. Apalagi sekarang tubuhku dan Pak Jefri saling menempel erat, menciptakan aliran listrik yang nyata di antara kami.Dita menyenggol lengan Sherly sambil mengalihkan pandangannya dari kami. "Nggak usah tanya. Telinga gue sampai budek dengerin desahan mereka di toilet kampus," sindirnya dengan nada sarkas yang tajam.Mendengar itu, wajahku refleks muncul ke permukaan. Aku menatap Dita dengan mata melotot. "Dita! Jadi Ello tahu semuanya?!" teriakku tak percaya."Gue pura-pura nggak tahu aja biar kalian senang," ucapnya sinis, lalu membalikkan

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 155 KEPERGOK DI LORONG YANG SUNYI

    Beberapa saat kemudian, ponsel Pak Jefri berdering. Ia melepas pelukannya sebentar, lalu menjawab telepon itu menggunakan pengeras suara."Iya, Niken?""Saya sudah urus administrasi rumah sakit Non Erika, Pak.""Bagaimana dengan korban kecelakaan tadi?""Tidak ada korban jiwa maupun luka. Hanya mobilnya saja yang ringsek, sudah saya urus untuk pertanggungjawabannya.""Mobil Erika?""Sudah di bengkel asuransi juga, Pak.""Tidak ada masalah hukum?""Tidak, semua sudah aman."Pak Jefri menghela napas lega, guratan tegang di wajahnya perlahan memudar. Benarkah dia sekhawatir itu? Apa dia sungguh punya cinta yang begitu besar untukku?"Baiklah, Niken. Terima kasih."Setelah panggilan berakhir, seorang perawat datang untuk melepas infusku. "Sudah boleh pulang, Mbak," ucapnya ramah lalu beranjak pergi.Aku dan Pak Jefri saling bertatapan lama, sebelum akhirnya ia membuang napas panjang. "Ayo pulang," ucapnya dengan nada yang sengaja dibuat kasar, seolah masih kesal."Tapi kaki saya masih sak

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 154 TAKUT KEHILANGAN

    Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri. Tubuhku tersentak saat merasakan denyutan nyeri di kepala. Aku merasakan kehangatan pada tanganku yang digenggam sangat erat. Lalu, suara samar Pak Jefri perlahan terdengar."Bangun, Erika. Saya mohon bangunlah..." ucapnya dengan nada penuh keputusasaan.Perlahan, aku membuka mata. Ia tengah menunduk dalam sambil terus menggenggam tanganku, terlihat seperti seseorang yang benar-benar terpuruk. Tanpa sadar, bibirku menyunggingkan senyum tipis melihat pemandangan itu."Maafkan saya sudah meninggalkan kamu. Maafkan saya sudah menjadi pengecut selama ini. Bangunlah, Erika... Saya mohon... Jangan tinggalkan saya. Jangan buat saya menggila lagi, Erika... Tolong bangunlah..." Suaranya serak, nyaris tak terdengar. Aku bisa merasakan telapak tangannya yang basah karena keringat dingin saat mendekap jemariku."Apa Bapak mencintai saya?" bisikku dengan suara yang masih sangat lemah.Pak Jefri tersentak. Ia langsung mengangkat wajahnya dan menatapku den

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 153 KERINDUAN BERUJUNG MAUT

    Darahku berdesir hebat, jantungku berdegup kencang tak keruan. Aku segera mengalihkan pandangan, lalu meraba wajahku yang terasa menghangat. Mungkin, saat ini pipiku sudah memerah ranum bagai buah ceri."Istirahatlah... Besok kamu masih harus ke kantor," ucapnya dengan nada lembut dan hangat. Hal itu sukses membuat bibirku bergetar hebat menahan senyum yang ingin merekah.Aku menundukkan wajah, kakiku terus bergerak gelisah karena grogi yang luar biasa. "Bapak... tidak merindukan saya?" gumamku tanpa berani menatap wajahnya.Pak Jefri tak langsung menjawab, ia mengangkat daguku perlahan, memaksa mata kami untuk kembali saling bertatapan. "Menurut kamu?" bisiknya hangat tepat di depan wajahku.Mata kami saling mengunci selama beberapa detik, seolah ingin menyampaikan beribu kata yang selama ini tertahan di tenggorokan. Aku kembali tersenyum belibis. Jantungku berdegup kian kencang, seperti sedang berpacu di arena balap kuda.Wajah Pak Jefri semakin mendekat, kepalanya sedikit miring se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status