Share

BAB 93 MENGAMANKAN DIRI

last update Dernière mise à jour: 2025-11-22 14:44:52

Dengan langkah panik, aku meraih ponsel di meja belajar. Tanganku bergetar saat membuka sosmed, lalu mengetik nama Roy di pencarian.

Dan ternyata... benar apa yang Dita bilang. Video momen saat Roy menyatakan cinta padaku di malam vestival, tersebar di di jagat maya dengan berbagai tagline. Mereka bahkan sudah menyebut nama lengkap ku dengan jelas.

Tubuhku terduduk lemas di sofa dan ponselku jatuh dari genggaman. Aku panik dan syok, tidak mampu berpikir tentang apapun.

"Er... Ello nggak apa-apa?" tanya Dita dengan nada khawatir.

Aku memejamkan mata sambil memijat keningku yang berdenyut. "Sorry, Dit. Gue mau sendiri dulu. Tolong Ello pulang, ya..."

"Erika... gue yakin Lo nggak mencintai Roy. Dan gue nggak tahu apa alasan Lo tiba-tiba menerima cintanya." Suara Dita terdengar. Ia masih berdiri di depanku.

Tapi, aku tak merespon ucapannya, dan masih memejamkan mata untuk menenangkan diri.

"Gue nggak bisa bantu apa-apa. Tapi... gue akan kerahkan teman-teman gue buat klarifikasi di sosial
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
mifta17012014
lanjutkan kak. gimanapun lika liku nya, ending nya Erika harus sama pak jefri ya kak.
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 157 CEMBURU BUTA

    Dengan tangan gemetar dan air mata yang terus berderai, aku berusaha menghubungi Dita melalui ponselku."Halo, Erika. Ada apa?" sahut Dita di seberang sana."Tolong gue, Dit... Gue butuh Ello..." isakku dengan napas yang mulai tersengal-sengal."Er... kenapa? Kok nangis?" Suara Dita terdengar sangat panik."Ello di mana? Gue butuh Ello sekarang juga...""Gue baru saja antar Sherly.""Gue mau nyusul Ello, Dit! Gue mau ketemu Ello sekarang juga!" Suaraku yang panik bercampur aduk dengan isak tangis yang semakin menjadi."Oke, oke. Gue share lock ya..."Setelah panggilan berakhir, aku bergegas memesan ojek daring melalui aplikasi. Tepat saat Pak Jefri melangkah keluar dari minimarket, aku langsung keluar dari mobil dengan air mata yang masih terus mengalir deras di pipi.Pak Jefri terlihat panik dari kejauhan. Ia berlari kecil menghampiriku yang sudah berdiri di pinggir jalan. "Erika, mau ke mana?!" teriaknya.Aku tidak menjawab dan langsung menghampiri ojek yang kebetulan sudah sampai d

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 156 NALURI WANITA

    "Ehem..." Pak Jefri terbatuk kecil sambil membuang muka, berpura-pura tidak mengerti pembicaraan mereka.Sementara itu, aku langsung bersembunyi di balik punggung lebarnya. Wajahku terasa panas dan terbakar malu. Dalam hatiku bergumam kesal, 'Sherly... ngapain, sih, tanya begituan...'Aku mendadak merasa gerah karena pertanyaannya. Sudah sebulan kami tidak bercinta, dan kata-kata dari Sherly seolah kembali membangkitkan gairah kami yang sempat padam. Apalagi sekarang tubuhku dan Pak Jefri saling menempel erat, menciptakan aliran listrik yang nyata di antara kami.Dita menyenggol lengan Sherly sambil mengalihkan pandangannya dari kami. "Nggak usah tanya. Telinga gue sampai budek dengerin desahan mereka di toilet kampus," sindirnya dengan nada sarkas yang tajam.Mendengar itu, wajahku refleks muncul ke permukaan. Aku menatap Dita dengan mata melotot. "Dita! Jadi Ello tahu semuanya?!" teriakku tak percaya."Gue pura-pura nggak tahu aja biar kalian senang," ucapnya sinis, lalu membalikkan

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 155 KEPERGOK DI LORONG YANG SUNYI

    Beberapa saat kemudian, ponsel Pak Jefri berdering. Ia melepas pelukannya sebentar, lalu menjawab telepon itu menggunakan pengeras suara."Iya, Niken?""Saya sudah urus administrasi rumah sakit Non Erika, Pak.""Bagaimana dengan korban kecelakaan tadi?""Tidak ada korban jiwa maupun luka. Hanya mobilnya saja yang ringsek, sudah saya urus untuk pertanggungjawabannya.""Mobil Erika?""Sudah di bengkel asuransi juga, Pak.""Tidak ada masalah hukum?""Tidak, semua sudah aman."Pak Jefri menghela napas lega, guratan tegang di wajahnya perlahan memudar. Benarkah dia sekhawatir itu? Apa dia sungguh punya cinta yang begitu besar untukku?"Baiklah, Niken. Terima kasih."Setelah panggilan berakhir, seorang perawat datang untuk melepas infusku. "Sudah boleh pulang, Mbak," ucapnya ramah lalu beranjak pergi.Aku dan Pak Jefri saling bertatapan lama, sebelum akhirnya ia membuang napas panjang. "Ayo pulang," ucapnya dengan nada yang sengaja dibuat kasar, seolah masih kesal."Tapi kaki saya masih sak

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 154 TAKUT KEHILANGAN

    Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri. Tubuhku tersentak saat merasakan denyutan nyeri di kepala. Aku merasakan kehangatan pada tanganku yang digenggam sangat erat. Lalu, suara samar Pak Jefri perlahan terdengar."Bangun, Erika. Saya mohon bangunlah..." ucapnya dengan nada penuh keputusasaan.Perlahan, aku membuka mata. Ia tengah menunduk dalam sambil terus menggenggam tanganku, terlihat seperti seseorang yang benar-benar terpuruk. Tanpa sadar, bibirku menyunggingkan senyum tipis melihat pemandangan itu."Maafkan saya sudah meninggalkan kamu. Maafkan saya sudah menjadi pengecut selama ini. Bangunlah, Erika... Saya mohon... Jangan tinggalkan saya. Jangan buat saya menggila lagi, Erika... Tolong bangunlah..." Suaranya serak, nyaris tak terdengar. Aku bisa merasakan telapak tangannya yang basah karena keringat dingin saat mendekap jemariku."Apa Bapak mencintai saya?" bisikku dengan suara yang masih sangat lemah.Pak Jefri tersentak. Ia langsung mengangkat wajahnya dan menatapku den

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 153 KERINDUAN BERUJUNG MAUT

    Darahku berdesir hebat, jantungku berdegup kencang tak keruan. Aku segera mengalihkan pandangan, lalu meraba wajahku yang terasa menghangat. Mungkin, saat ini pipiku sudah memerah ranum bagai buah ceri."Istirahatlah... Besok kamu masih harus ke kantor," ucapnya dengan nada lembut dan hangat. Hal itu sukses membuat bibirku bergetar hebat menahan senyum yang ingin merekah.Aku menundukkan wajah, kakiku terus bergerak gelisah karena grogi yang luar biasa. "Bapak... tidak merindukan saya?" gumamku tanpa berani menatap wajahnya.Pak Jefri tak langsung menjawab, ia mengangkat daguku perlahan, memaksa mata kami untuk kembali saling bertatapan. "Menurut kamu?" bisiknya hangat tepat di depan wajahku.Mata kami saling mengunci selama beberapa detik, seolah ingin menyampaikan beribu kata yang selama ini tertahan di tenggorokan. Aku kembali tersenyum belibis. Jantungku berdegup kian kencang, seperti sedang berpacu di arena balap kuda.Wajah Pak Jefri semakin mendekat, kepalanya sedikit miring se

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 152 BARU DATANG MAU PERGI LAGI

    "Erika... Kamu sudah pulang, Sayang?" tanya Mama menghampiriku.Aku tidak menjawab. Mataku masih enggan berpaling dari Pak Jefri. Ia tengah menatapku tanpa berkedip dengan raut wajah datar. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini, ia tampak begitu sulit dibaca."Sayang... Ayo, Mama temani kamu makan," ucap Mama lembut sambil merangkul bahuku.Namun, suara Mama seakan hanya angin lalu di telingaku. Dalam hatiku bergumam, 'Aku nggak butuh makan, aku hanya butuh Pak Jefri sekarang.'Tapi, apa yang dia lakukan? Pak Jefri hanya terdiam membisu sambil terus menatapku. Tak ada satu patah kata pun yang keluar dari bibirnya. Tidakkah dia ingin mengatakan bahwa dia rindu?"Erika... Kenapa kamu diam saja?" tanya Mama lagi, kini sambil meneliti wajahku dengan heran.Tubuhku membeku. Sorot mataku masih enggan terlepas dari pria yang aku cintai ini. Tanpa sadar, bibirku bergumam pelan, "Erika rindu..."Bola mata Pak Jefri membulat seketika. Aku melihat jemarinya saling meremas di atas pangkuan

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status