Home / Romansa / DUA ISTRI CEO / 11. Berpisah

Share

11. Berpisah

Author: Silver Eyes
last update Last Updated: 2021-11-05 16:02:10

Ini adalah hari ketiga Maya di rumah sakit. Maya meminta Leo untuk tidak menemaninya sepanjang hari. Dia menyuruh Leo untuk kembali ke hotel dan mengurus dirinya dengan baik.

Maya sangat merasa bersalah. Liburan Leo rusak karena peristiwa yang dia alami. Andai saja saat itu dia tidak ceroboh, pastilah tak akan bertemu dengan para penjahat.

Hari ini, Maya harus kembali ke hotel. Sebentar lagi suaminya akan pulang dari pertemuan bisnisnya dan ponselnya yang mati, tentu tak akan membantu menjelaskan apa pun tentang keberadaannya di rumah sakit.

Karena itulah, Maya segera mengganti pakaian dan keluar dari kamar. Dia merasa kondisinya sudah baik. Maya akan meminta keluar hari ini dan mengurus semua keperluan administrasi.

"Maaf, tapi di rumah sakit kami tak mungkin dilakukan perawatan sebelum ada jaminan pembayaran. Jadi, biaya perawatan Anda sudah ditanggung. Anda tak perlu membayar lagi." Petugas administrasi menjelaskan kepada Maya dengan singkat tanpa ada niatan untuk memberikan detailnya.

Hal ini semakin memancing rasa ingin tahu Maya sehingga dia meminta penjelasan lebih. Namun, mereka meminta maaf karena penyandang dana tak bersedia dibuka identitasnya. 

Akhirnya, Maya kembali ke hotel dengan perasaan tak terlalu lega. Mungkinkah Leo yang membayar? Bila iya, mengapa dia menurut saja saat diminta mengambil kartu kredit?

Maya sampai di hotel lalu segera berkemas untuk pulang. Dia berencana merahasiakan semua ini dari suaminya agar sang suami tak khawatir. Dia akan berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. 

"Hi, Adam! Liburanku menyenangkan sekali! Bagaimana dengan perundingan bisnismu?" Maya berlatih di depan cermin agar semua tampak alami saat dia bicara di depan Adam nanti. Dia melebarkan senyuman, membuat matanya lebih berbinar-binar, dan mencubit kedua pipinya agar kemerahan.

"Perfect!" ujar Maya puas.

Saat Maya mengikat ekor kuda rambutnya, saat itulah dia teringat akan Leo. Dia lalu pergi ke lobi hotel untuk meminta keterangan nomor kamar Leo. Walaupun hal itu tidak etis karena bukan Leo sendiri yang memberikan, dia akan meminta Leo agar turun ke lobi dan mereka bisa berbincang di bawah.

Sayang, saat Maya membuka pintu, suaminya sudah berada di depan kamar dengan wajah yang kelelahan. "Sayang, kamu sudah bersiap? Kita pulang sekarang, ok?"

Maya tak bisa menolak. Dia pun segera mengikuti Adam untuk segera check-out. Lagi pula, Maya sadar bahwa Adam harus segera pulang karena pekerjaan tak mungkin ditinggalkan lebih lama lagi. Tak bijak rasanya bila dia meminta Adam menunda kepulangan mereka hanya karena urusan yang kurang penting.

***

Leo meremas kalung perak pemberian Maya. Dia melamun membayangkan percakapannya dengan Maya beberapa hari lalu.

'Tak perlu alasan untuk menolong seseorang.'

Kata-kata Maya tersebut selalu terngiang di benak Leo. Wanita itu, tak hanya baik dan lemah, tetapi dia memiliki pemikiran yang berbeda dengannya.

Selama ini, Leo selalu memikirkan alasan untuk menolong orang lain. Bila seorang penjahat yang sedang kesulitan, Leo tak akan pernah membantunya. Namun, Maya tidak demikian. Dia akan menolong siapa pun yang dia temui.

Leo masih teringat Maya yang tak takut dengan penampilan anak-anak jalanan yang terlihat berandalan. Dia mendekati mereka dan berbagi tanpa ragu. Kebanyakan orang akan takut dicopet atau diperlakukan buruk. 

Hal itu membuat kesan mendalam di hati Leo. Apalagi penampilan Mayabyang tampak lemah, membuat Leo ingin melindungi Maya sesaat setelah matanya memandang wanita itu.

Namun, ada satu hal yang membuat Leo ragu mengatakan kepada Maya tentang apa yang dia ketahui tentang Adam dan Sabrina–dia adalah orang luar. Itu bukan urusannya.

Lagi pula, Leo takut kalau-kalau cerita Sabrina tentang Maya adalah benar. Bagaimana bila Maya memang seorang gold digger berwajah bidadari yang mengincar harta Adam?

Namun, kejadian akhir-akhir ini membuat Leo sangat ingin membuat Maya tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dia ingin semua kebusukan Adam terkuak. Sekalipun Maya ingin menguasai harta Adam, tetapi yang Adam lakukan pada Maya adalah sebuah kecurangan yang jahat. Pernikahan dengan niat menceraikan adalah kejahatan yang keji dan tak bisa diterima. Itu sebuah penipuan yang merusak.

Mungkin hanya Maya yang akan sedih. Hanya Maya yang akan merasa dirugikan walaupun Adam berniat memberi alimoni yang cukup untuk Maya. Namun, kesendirian dan kesedihan Maya akan menimbulkan dendam. Leo tak mau hati Maya yang murni akan terkoyak karena luka yang sangat menyakitkan seperti itu. 

Karena itulah, hari ini Leo bertekad untuk mengajak Maya berbicara dan mengungkapkan semuanya. Dengan langkah mantap, pria bertinggi 6 kaki 6 itu bergegas menuju ruangan Maya.

Namun, betapa kagetnya Leo dengan apa yang dia dapati di kamar Maya.

"Nyonya Maya Smith sudah keluar tadi pagi, Tuan! Beliau yang memaksa untuk pulang," jelas petugas rumah sakit kepada Leo yang tampak masih kebingungan karena mendapati ruangan Maya sudah kosong. 

Leo menggeleng tak percaya. Namun, dia ingat bahwa hari ini adalah jadwal kepulangan Sabrina. Itu artinya, Adam akan kembali juga ke hotel. Tangan Leo menggenggam dengan erat hingga kuku-kuku panjangnya menekan telapak tangan terlalu kuat dan meninggalkan sedikit luka.

Dia pun segera berlari menuju pangkalan taksi dan kembali ke hotel. Leo tak ingin berpisah dengan cara seperti ini dengan Maya. Bila sampai dia tak berhasil menyusul Maya, mereka pasti tak akan bertemu lagi di masa depan.

Tepat saat dia sampai di hotel, Leo mendapati Sabrina yang baru saja tiba di hotel. Wanita yang matanya berbinar itu sedang menanyakan sesuatu kepada resepsionis hotel mengenai kamar 509. Binar yang terpampang di wajahnya telat sudah saat mendengar resepsionis mengatakan bahwa kedua penghuni kamar tersebut sudah check-out satu jam yang lalu.

"Jadi, dia selamat?" tanya Sabrina mengerutkan kening. Senyuman di wajahnya telah hilang sempurna, berganti dengan kerisauan tak bertepi. Giginya menggertak, hingga Leo yang berada di belakangnya pun menyadari apa yang telah terjadi. Dia pun menyeret Sabrina menepi dan menginterogasi wanita tersebut.

"Apa maksud kamu? Apa kamu tahu apa yang terjadi pada istri Adam?" Leo hampir kelepasan menyebut nama Maya. Dia tak ingin Sabrina mengetahui keakrabannya dengan Maya. Bila ular berbisa di depannya tahu bahwa dia mengenal Maya, bukan tak mungkin dia akan menuduh Maya selingkuh.

"Leo! Kau membuatku terkejut!" seru Sabrina dalam bisikan. "Aku melihat di berita bahwa terjadi sesuatu padanya. Tapi ternyata dia masih hidup!"

Pendengaran Leo memanas. Matanya berkilat tajam. Hatinya terbakar oleh amarah. Ingin rasanya dia langsung mencekik Sabrina dengan tangan kiri, mematahkan lehernya, dan melemparkan siluman ular itu hingga mati. Namun, kewarasannya yang hanya setetes menyadarkan Leo bahwa dia sekarang berada di depan publik. Jangan sampai dia bertindak gegabah.

Jadi, ternyata Adam dan Sabrina tahu Maya tertembak dan meregang nyawa? Jadi, Adam dan Sabrina tahu, tetapi tetap tak peduli?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUA ISTRI CEO   36. Epilog

    Lima tahun telah berlalu sejak kepergian Maya. Kini, si kembar telah tumbuh menjadi anak yang sehat dan lincah. "Paul, Freya! Ayo cepat turun dan habiskan sarapan kalian!" seru Adam dari bawah memanggil kedua anaknya yang terdengar ribut di atas saat berganti pakaian. "Ayah, Paul menyembunyikan bonekaku! Padahal aku ingin mengajaknya jalan-jalan saat menjemput Paman Leo di bandara!" jawab Freya dengan suara hampir menangis. Gadis kecil berambut gelap bergelombang itu semakin tampak mirip dengan ibunya seiring dengan bertambahnya usianya. "Bohong! Kamu sendiri yang lupa meletakkan di mana boneka kelinci jelekmu itu. Jangan menuduh sembarangan!" sanggah Paul dengan suara melengking. Mata gelap miniatur Adam itu memandang tajam saudarinya yang berukuran lebih mungil darinya. Dengan tubuhnya yang lebih kuat dan besar, dia memang kerap mengusili Freya. Sekalipun dia berkali-kali dihukum, mengusili kembarannya sudah bagaikan candu yang akan tetap dia lakukan tak peduli apa pun konsekuen

  • DUA ISTRI CEO   35. Ayah

    Adam memandangi kedua makhluk kecil yang ada di hadapannya dengan linangan air mata. Begitu kecil dan rapuh. Mereka membutuhkan selang-selang bantuan untuk hidup."Anak-anakku ...." Kata-kata yang Adam bisikkan dengan penuh perasaan, membuat Leo merasa keputusan Maya untuk menyerahkan bayi-bayinya kepada ayah kandungnya adalah pilihan yang tepat.Darah lebih kental daripada air. Begitulah. Adam pun menyayangi kedua anaknya karena mereka adalah darah dagingnya sendiri."Dia begitu bahagia saat mendengar bahwa dia mengandung anak kembar. Aku pun begitu. Sampai-sampai aku mengumpat betapa beruntungnya dirimu," jelas Leo mengenang saat-saat Maya bersorak mengetahui jenis kelamin bayinya. "Seandainya saat itu dia hamil dengan pria yang tulus mencintainya, pasti akan sangat membahagiakan. Tahukah kau perasaan Maya saat melihat kau dan Sabrina bergembira saat tahu jenis kelamin bayi kalian?"Ada

  • DUA ISTRI CEO   34. Kesempatan Kedua untuk Adam

    Dua bayi, lelaki dan perempuan yang berpelukan di ruang NICU itu berukuran sangat kecil. Yang lelaki beratnya 656 gram, sedangkan lainnya 533 gram. Banyak selang menempel di tubuh kecil mereka demi memperjuangkan detak jantung keduanya.Kulit mereka begitu keriput. Begitu kurus seperti hanya tulang dan kulit tanpa selapis daging pun. Bila orang berkata bahwa bayi sangat lucu, pemandangan yang disaksikan mata hijau pria kekar yang mengamatinya dari kaca luar ruangan tidak demikian. Mereka berdua jauh dari kata lucu. Seperti alien. Seperti bukan manusia.Kesedihan masih belum bisa lepas dari hati Leo. Melihat mereka berdua membuat Leo teringat akan sang ibu yang telah berjuang mempertahankan nyawa mereka. Usaha telah dilakukan sebaik mungkin walau hasilnya tak sempurna, seperti yang diinginkan oleh semua pihak."Maya, mereka akan berterima kasih padamu suatu hari nanti," bisik Leo dengan suara yang bergetar hebat karena menahan air mata."Paul, Freya .... J

  • DUA ISTRI CEO   33. Darah Lebih Kental daripada Air

    Dapur kecil sebuah di sebuah apartemen mungil milik lelaki menawan berbadan atletis, kini dipenuhi dengan aroma butter yang menggoda. Tak hanya aroma makanan yang membuat air liur menetes, tapi ada pemandangan lain yang tak kalah menggiurkan. Celana training pria yang sedang beraksi di dapur tersebut menggantung terlalu rendah di bagian pinggang, membuat wanita mana pun yang memandang tak akan bisa melewati harinya tanpa merasa kepanasan karena terbayang pemandangan indah itu sepanjang hari. Andai saja ada seorang wanita di sana, pasti kelima indranya akan dimanjakan dengan kenikmatan duniawi karena suara pria yang sedang memegang wajan dan tongs itu pun akan membuat hati semua kaum hawa berdesir bila sedang berbicara. Jangan tanya bagaimana sensasi yang dirasa bila suara merdu itu berbisik di telinga, sudah bisa dipastikan para bidadari dunia akan melayang walaupun tak ada sayap yang menempel di punggungnya. Namun, di saat yang sama, siapa pun yang melihat waj

  • DUA ISTRI CEO   32. Adam dan Leo

    Pukulan Adam yang pertama mengenai wajah Leo. Namun, yang kedua tentu berhasil ditangkis oleh lawannya."Adam! Hentikan! Mengapa kau tiba-tiba memukul Leo!" jerit Maya berusaha menghentikan amukan Adam.Adam tak peduli. Dia masih berusaha menghajar Leo. Sementara Leo yang sebenarnya dapat dengan mudah menghabisi lawannya, hanya sibuk menangkis dan menahan serangan Adam. Tak sampai hati dia memukul Adam karena ada Maya di sampingnya."Hei! Mengapa kau berbuat sembarangan seperti ini? Ingatlah kita sedang di rumah sakit!" bisik Leo pelan tapi tegas."Kau apakan Sabrina, huh? Seorang saksi mengatakan istriku jatuh setelah pria berambut pirang dengan tubuh besar membuatnya ketakutan!" balas Adam dengan geram. "Siapa lagi kalau bukan kau!"Leo pun mengernyit. Dia bingung dengan pertanyaan Adam. Dia memang sempat bersitegang dengan Sabrina. Namun, apakah semengerikan itu sampai-sampai membuat kondisi Sabrina dalam keadaan kritis?"Kamu! Kamu pasti

  • DUA ISTRI CEO   31. Darurat

    Sabrina berjalan menyusuri koridor perlahan karena merasakan sakit di perutnya. Dia tak menyangka bahwa kegiatan hari ini membuatnya kelelahan. Bagaimanapun juga, berjalan kaki sejauh dua kilometer dari apartemennya ke rumah sakit bukan tugas mudah untuk wanita hamil sepertinya.Dering ponsel yang lembut pun membuat Sabrina terkaget. Dia lalu mengangkat telepon yang berasal dari suaminya. Dalam hati, Sabrina sangat cemas. Dia takut Adam sudah sampai di rumah lebih dulu dan mendapati apartemen mereka kosong."Sabrina, kamu di mana?" tanya Adam dari ujung telepon dengan suara cemas."Aku ... aku keluar sebentar. Suplemen penambah darahku habis." Sabrina menjawab dengan sedikit tergagap karena dia tak meminta izin kepada Adam bahwa dia akan menemui Maya hari ini. Jika suaminya tahu, pastilah akan menentang aksi frontalnya kali ini. Bagaimanapun juga, Adam akan menganggap dirinya mengemis kepada Maya untuk memperbaiki kondis

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status