Share

11. Berpisah

Ini adalah hari ketiga Maya di rumah sakit. Maya meminta Leo untuk tidak menemaninya sepanjang hari. Dia menyuruh Leo untuk kembali ke hotel dan mengurus dirinya dengan baik.

Maya sangat merasa bersalah. Liburan Leo rusak karena peristiwa yang dia alami. Andai saja saat itu dia tidak ceroboh, pastilah tak akan bertemu dengan para penjahat.

Hari ini, Maya harus kembali ke hotel. Sebentar lagi suaminya akan pulang dari pertemuan bisnisnya dan ponselnya yang mati, tentu tak akan membantu menjelaskan apa pun tentang keberadaannya di rumah sakit.

Karena itulah, Maya segera mengganti pakaian dan keluar dari kamar. Dia merasa kondisinya sudah baik. Maya akan meminta keluar hari ini dan mengurus semua keperluan administrasi.

"Maaf, tapi di rumah sakit kami tak mungkin dilakukan perawatan sebelum ada jaminan pembayaran. Jadi, biaya perawatan Anda sudah ditanggung. Anda tak perlu membayar lagi." Petugas administrasi menjelaskan kepada Maya dengan singkat tanpa ada niatan untuk memberikan detailnya.

Hal ini semakin memancing rasa ingin tahu Maya sehingga dia meminta penjelasan lebih. Namun, mereka meminta maaf karena penyandang dana tak bersedia dibuka identitasnya. 

Akhirnya, Maya kembali ke hotel dengan perasaan tak terlalu lega. Mungkinkah Leo yang membayar? Bila iya, mengapa dia menurut saja saat diminta mengambil kartu kredit?

Maya sampai di hotel lalu segera berkemas untuk pulang. Dia berencana merahasiakan semua ini dari suaminya agar sang suami tak khawatir. Dia akan berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. 

"Hi, Adam! Liburanku menyenangkan sekali! Bagaimana dengan perundingan bisnismu?" Maya berlatih di depan cermin agar semua tampak alami saat dia bicara di depan Adam nanti. Dia melebarkan senyuman, membuat matanya lebih berbinar-binar, dan mencubit kedua pipinya agar kemerahan.

"Perfect!" ujar Maya puas.

Saat Maya mengikat ekor kuda rambutnya, saat itulah dia teringat akan Leo. Dia lalu pergi ke lobi hotel untuk meminta keterangan nomor kamar Leo. Walaupun hal itu tidak etis karena bukan Leo sendiri yang memberikan, dia akan meminta Leo agar turun ke lobi dan mereka bisa berbincang di bawah.

Sayang, saat Maya membuka pintu, suaminya sudah berada di depan kamar dengan wajah yang kelelahan. "Sayang, kamu sudah bersiap? Kita pulang sekarang, ok?"

Maya tak bisa menolak. Dia pun segera mengikuti Adam untuk segera check-out. Lagi pula, Maya sadar bahwa Adam harus segera pulang karena pekerjaan tak mungkin ditinggalkan lebih lama lagi. Tak bijak rasanya bila dia meminta Adam menunda kepulangan mereka hanya karena urusan yang kurang penting.

***

Leo meremas kalung perak pemberian Maya. Dia melamun membayangkan percakapannya dengan Maya beberapa hari lalu.

'Tak perlu alasan untuk menolong seseorang.'

Kata-kata Maya tersebut selalu terngiang di benak Leo. Wanita itu, tak hanya baik dan lemah, tetapi dia memiliki pemikiran yang berbeda dengannya.

Selama ini, Leo selalu memikirkan alasan untuk menolong orang lain. Bila seorang penjahat yang sedang kesulitan, Leo tak akan pernah membantunya. Namun, Maya tidak demikian. Dia akan menolong siapa pun yang dia temui.

Leo masih teringat Maya yang tak takut dengan penampilan anak-anak jalanan yang terlihat berandalan. Dia mendekati mereka dan berbagi tanpa ragu. Kebanyakan orang akan takut dicopet atau diperlakukan buruk. 

Hal itu membuat kesan mendalam di hati Leo. Apalagi penampilan Mayabyang tampak lemah, membuat Leo ingin melindungi Maya sesaat setelah matanya memandang wanita itu.

Namun, ada satu hal yang membuat Leo ragu mengatakan kepada Maya tentang apa yang dia ketahui tentang Adam dan Sabrina–dia adalah orang luar. Itu bukan urusannya.

Lagi pula, Leo takut kalau-kalau cerita Sabrina tentang Maya adalah benar. Bagaimana bila Maya memang seorang gold digger berwajah bidadari yang mengincar harta Adam?

Namun, kejadian akhir-akhir ini membuat Leo sangat ingin membuat Maya tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dia ingin semua kebusukan Adam terkuak. Sekalipun Maya ingin menguasai harta Adam, tetapi yang Adam lakukan pada Maya adalah sebuah kecurangan yang jahat. Pernikahan dengan niat menceraikan adalah kejahatan yang keji dan tak bisa diterima. Itu sebuah penipuan yang merusak.

Mungkin hanya Maya yang akan sedih. Hanya Maya yang akan merasa dirugikan walaupun Adam berniat memberi alimoni yang cukup untuk Maya. Namun, kesendirian dan kesedihan Maya akan menimbulkan dendam. Leo tak mau hati Maya yang murni akan terkoyak karena luka yang sangat menyakitkan seperti itu. 

Karena itulah, hari ini Leo bertekad untuk mengajak Maya berbicara dan mengungkapkan semuanya. Dengan langkah mantap, pria bertinggi 6 kaki 6 itu bergegas menuju ruangan Maya.

Namun, betapa kagetnya Leo dengan apa yang dia dapati di kamar Maya.

"Nyonya Maya Smith sudah keluar tadi pagi, Tuan! Beliau yang memaksa untuk pulang," jelas petugas rumah sakit kepada Leo yang tampak masih kebingungan karena mendapati ruangan Maya sudah kosong. 

Leo menggeleng tak percaya. Namun, dia ingat bahwa hari ini adalah jadwal kepulangan Sabrina. Itu artinya, Adam akan kembali juga ke hotel. Tangan Leo menggenggam dengan erat hingga kuku-kuku panjangnya menekan telapak tangan terlalu kuat dan meninggalkan sedikit luka.

Dia pun segera berlari menuju pangkalan taksi dan kembali ke hotel. Leo tak ingin berpisah dengan cara seperti ini dengan Maya. Bila sampai dia tak berhasil menyusul Maya, mereka pasti tak akan bertemu lagi di masa depan.

Tepat saat dia sampai di hotel, Leo mendapati Sabrina yang baru saja tiba di hotel. Wanita yang matanya berbinar itu sedang menanyakan sesuatu kepada resepsionis hotel mengenai kamar 509. Binar yang terpampang di wajahnya telat sudah saat mendengar resepsionis mengatakan bahwa kedua penghuni kamar tersebut sudah check-out satu jam yang lalu.

"Jadi, dia selamat?" tanya Sabrina mengerutkan kening. Senyuman di wajahnya telah hilang sempurna, berganti dengan kerisauan tak bertepi. Giginya menggertak, hingga Leo yang berada di belakangnya pun menyadari apa yang telah terjadi. Dia pun menyeret Sabrina menepi dan menginterogasi wanita tersebut.

"Apa maksud kamu? Apa kamu tahu apa yang terjadi pada istri Adam?" Leo hampir kelepasan menyebut nama Maya. Dia tak ingin Sabrina mengetahui keakrabannya dengan Maya. Bila ular berbisa di depannya tahu bahwa dia mengenal Maya, bukan tak mungkin dia akan menuduh Maya selingkuh.

"Leo! Kau membuatku terkejut!" seru Sabrina dalam bisikan. "Aku melihat di berita bahwa terjadi sesuatu padanya. Tapi ternyata dia masih hidup!"

Pendengaran Leo memanas. Matanya berkilat tajam. Hatinya terbakar oleh amarah. Ingin rasanya dia langsung mencekik Sabrina dengan tangan kiri, mematahkan lehernya, dan melemparkan siluman ular itu hingga mati. Namun, kewarasannya yang hanya setetes menyadarkan Leo bahwa dia sekarang berada di depan publik. Jangan sampai dia bertindak gegabah.

Jadi, ternyata Adam dan Sabrina tahu Maya tertembak dan meregang nyawa? Jadi, Adam dan Sabrina tahu, tetapi tetap tak peduli?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status