Share

3. SESUATU YANG BEREAKSI

"Lama banget sih?" ucap seorang remaja ketus.

Dia melempar barang-barangnya ke dalam bagasi mobil yang terbuka.

Malik mengesah dengan wajah penuh penyesalan. "Maaf Yan, tadi ada masalah sebentar di jalan, tuh liat bemper mobil Papa sampe penyok begitu," jelasnya pada sang anak. Malik menunjuk ke arah bagian mobilnya yang rusak.

Aryan melirik sekilas, tak menaruh perduli, dia langsung meluyur pergi begitu saja dan masuk ke dalam mobil. "Ayo pulang, cape nih mau istirahat!" titahnya seperti menyuruh seorang supir.

Aryan Indra Wahyuda, seorang remaja berusia tujuh belas tahun yang baru saja menjalani jenjang pendidikan di sebuah universitas besar di Jogya. Dia anak semata wayang Malik dari hasil pernikahan pertamanya dengan seorang wanita cantik bernama Kinara Larasati.

Sayangnya, bahtera rumah tangga Malik dan Kinara yang begitu bahagia dan sempurna, akhirnya harus kandas dengan cepat, karena Tuhan telah memanggil Kinara lebih dulu untuk selama-lamanya.

Aryan menjadi amanat terbesar Kinara pada sang suami sebelum dia meninggal. Itulah sebabnya, selama ini, sekesal apapun dan sekecewa apapun Malik terhadap sikap Aryan terhadapnya, lelaki itu tak pernah memarahi Aryan.

Jika Malik marah, dia lebih memilih untuk diam dan pergi.

Sayangnya, sikap lemah Malik tersebut bukannya membuat sosok Aryan menaruh simpatik dan hormat pada sang Ayah, melainkan sebaliknya.

Aryan tumbuh menjadi anak yang begitu sulit diatur, kasar dan sangat melawan pada Malik, dan semua hal itu semakin diperparah sejak Malik yang berulang kali menikah namun terus mengalami kegagalan dalam pernikahannya.

"Kamu udah makan belum? Mau mampir beli makan dulu?" tanya Malik di tengah perjalanan menuju kediaman pribadinya.

"Nggak," jawab Aryan tak acuh.

"Yaudah kalo gitu, Papa aja yang mampir beli makan sebentar ya, Papa lapar, belum makan dari tadi siang, restoran hari ini rame banget," jelas Malik langsung berbelok ke arah sebuah restoran cepat saji asal Amerika.

Malik memesan makanan melalui drive thru agar tidak memakan banyak waktu.

"Kamu mau hamburger Yan?" tanya Malik saat dia sedang memesan makanan.

Aryan mendelikkan mata kesal. "Tadikan aku udah bilang, kalo aku nggak laper! Masih aja tanya-tanya!"

Malik jadi diam dan tak bertanya lagi.

Usai membeli makanan, kendaraan Malik hendak keluar area resto saat tatapan Malik tertuju ke arah seorang wanita yang sedang berdiri di sisi jalan raya. Wanita itu tampak gelisah dan berulang kali mengecek layar ponselnya. Malik yang mengenal dekat wanita itu langsung membuka kaca mobil bermaksud untuk menyapa.

"Shilla? Shilla kan?" sapa Malik saat itu.

Wanita yang mengenakan rok sepan seksi itu pun balik menyapa Malik.

"Hai, Malik ya?" tanya si wanita bernama Shilla itu. Sepertinya dia tidak menyangka akan bertemu Malik di sini. Malik yang sekarang sudah menjadi seorang chef terkenal.

Malik menghentikan mobil. "Mau kemana?" tanyanya saat itu.

Shilla itu adalah temannya semasa kuliah dulu. Mereka cukup akrab karena melalui Shilla lah, Malik mengenal Kinara.

"Aku mau pulang, aku kan kerja di sini," Shilla menunjuk ke arah restoran cepat saji yang tadi dikunjungi Malik.

"Oh begitu, aku pikir kamu masih di Semarang. Bukannya dulu pindah ke Semarang ya?" tanya Malik lagi.

"Iya, tapi sekarang udah balik lagi ke Jakarta," Shilla tersenyum masam.

"Pulang ke arah mana? Kalo arah Pondok Indah, bareng aja," ajak Malik menawarkan bantuan.

Shilla tampak enggan, tapi kebetulan dia searah dengan Malik dan lagi dia memang sedang terburu-buru. Jadilah Shilla menerima tawaran bantuan dari Malik.

Wanita itu duduk di kursi belakang kemudi yang di duduki oleh Aryan.

"Maaf loh jadi ngerepotin," ucap Shilla sungkan.

Malik tertawa renyah. "Ah, kayak sama siapa aja kamu."

Shilla melirik ke arah Aryan dan menyunggingkan sedikit senyuman meski hal itu tak berbalas karena Aryan justru malah menatapnya dengan tatapan dingin.

"Kenalin Shil, itu Aryan, anakku. Anak Kinara," ucap Malik saat mobilnya kini mulai melaju di tengah hiruk pikuk jalan raya kota Jakarta yang padat.

"Shilla," Shilla mengulurkan tangan mengajak Aryan berkenalan.

Lagi dan lagi, tanggapan Aryan tidak bersahabat. Remaja itu tak menyambut uluran tangan Shilla membuat wanita itu jadi menarik kembali tangannya, meski dia sempat mengumpat dalam hati karena kesal dengan sikap dingin Aryan.

"Maaf Shill, Aryan lagi nggak enak badan makanya suka begitu, nggak usah diambil hati," ucap Malik menengahi. Merasa tidak enak hati pada Shilla atas sikap tak hormat Aryan pada orang yang lebih tua.

"Siapa yang nggak enak badan? Aryan cuma lagi capek aja kok, dan lagi males dengerin Papa modusin cewek yang ujung-ujungnya ngajakin mereka nikah terus abis itu cerai deh! Udah kenyang sama sikap Papa yang nggak pernah bisa serius sama satu cewek! Dan jangan-jangan, Mama tuh meninggal karena nggak tahan sama ulah suaminya yang suka gonta ganti cewek dan modusin semua cewek!"

Malik menginjak rem mobilnya secara mendadak.

Perkataan Aryan membuatnya tersinggung.

Dan malu.

Terlebih di hadapan Shilla.

Untuk sejenak Malik berusaha menetralkan emosinya. Lelaki itu menarik napas panjang menghembuskannya melalui mulut.

"Ng, kayaknya aku turun di sini aja deh, Malik. Sebentar lagi juga sampai kok," ucap Shilla tiba-tiba. Shilla yang jadi tidak enak hati dan merasa jadi penyebab pertengkaran Aryan dengan Malik, padahal dia sendiri tidak tahu apa-apa.

"Maaf ya Shil," ucap Malik lemah.

"Its okay. See you. Makasih ya," ucap Shilla sebelum turun dari mobil.

Sepeninggal Shilla, Malik kembali melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi.

Sampai-sampai Aryan terkejut dan langsung berpegangan kuat pada jok mobil.

Aryan tahu Malik marah, hanya saja dia berusaha untuk tidak perduli.

Sesampainya mereka di rumah, Aryan langsung keluar dari mobil dan masuk ke rumah tanpa mau membantu sang Papah yang kini sedang mengeluarkan seluruh barang bawaannya dari bagasi.

"Lain kali, tolong jaga mulut kamu di depan orang lain, Aryan," ucap Malik bermaksud menasehati sang anak. Meski Malik tahu, apapun yang dia katakan hanya akan masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan.

"Yang ada juga Papa yang harusnya introspeksi diri, jangan nafsu aja digedein!"

Malik menelan salivanya dengan susah payah. Kedua tangannya terkepal menahan nyeri di sudut hatinya yang terdalam.

Saat itu mereka sudah berada di dalam kamar Aryan.

"Papakan sudah bilang, jika memang kamu tidak suka Papa menikah, oke fine, Papa tidak akan menikah lagi dengan siapapun, tapi tolong jangan rusak image Papa di depan orang lain terutama itu orang-orang terdekat Papa."

Sejauh ini, Malik memang tak menceritakan mengenai penyakit yang dideritanya pada sang anak. Lelaki itu terlalu malu mengatakannya, terlebih dia bingung bagaimana cara menjelaskan hal itu pada Aryan yang sebelumnya memang belum cukup umur untuk mengetahui hal-hal seperti itu. Hingga akhirnya, seiring berjalannya waktu, keterdiaman Malik membuat Aryan justru salah paham.

"Siapa sih Pa yang rusak image Papa?" tanya Aryan balik. Remaja itu menatap dingin sang Papah.

"Omongan kamu di depan Shilla tadi udah membuat Shilla berpikir kalau Papa ini lelaki brengsek."

"Emang kenyataannya begitukan? Papa itu cuma lelaki yang suka sama selangkangan cewek, udah bekas, terus dibuang, dicerai, ganti deh yang lain, yang lebih..."

PLAK!

Pada akhirnya, Malik tak mampu lagi menahan emosinya hingga membuat dirinya lepas kendali.

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Aryan.

Membuat remaja itu terkejut luar biasa, karena seumur hidup, inilah kali pertama sang Papah memukulnya.

"Ma-maaf..." ucap Malik dengan suaranya yang hampir hilang. "Papah pergi dulu."

Setelah menaruh seluruh barang-barang milik sang anak, Malik pergi dengan langkah tergesa. Dia benar-benar menyesali perbuatannya.

Hatinya teriris dengan kata-kata kurang ajar Aryan dan bodohnya, dia tetap tak mampu menjelaskan pada Aryan apa yang selama ini dia alami pasca meninggalnya Kinara.

Malam itu, Malik tidak pulang.

Dia memilih menginap di sebuah hotel langganannya yang biasa dia tempati saat syuting.

Saat itu, Malik sedang berjalan menuju kamar yang dipesannya di mana di hadapannya terdapat dua orang lelaki yang memapah seorang wanita berpakaian seksi yang sepertinya sedang mabuk.

"Lo tenang aja Bro, malam ini kita pesta pokoknya! Obat perangsang yang udah gue kasih ke cewek ini akan buat dia lebih ganas dari singa betina, haahaha."

Tanpa sengaja, Malik mendengar percakapan kedua lelaki itu.

Sepertinya, kedua orang itu tidak tahu keberadaan Malik di belakangnya karena terlalu semangat ingin menuntaskan syahwatnya dengan wanita yang mereka bawa.

"Tapi kalo nih cewek sadar terus nuntut macem-macem gimana, Bro?"

"Kita ancem dia pakai video bugilnya, gue yakin dia kicep!"

"Hahahah, pinter juga lo."

Malik geleng-geleng kepala.

Dari postur tubuhnya, Malik bisa memastikan kalau dua lelaki itu memiliki usia tak jauh dengan anaknya.

Hingga akhirnya, Malik pun menyusun rencana untuk menggagalkan niat jahat mereka terhadap wanita itu.

Dengan berpura-pura menjadi seorang polisi.

Nyatanya, rencana itu berjalan semulus jalan tol karena kedua bajingan tengil itu langsung berlari tunggang langgang saat Malik berpura-pura hendak mengeluarkan senjata dari balik pakaian bagian belakangnya.

Satu masalah terselesaikan tanpa Malik sadari, masih ada masalah yang tersisa dan harus segera dia bereskan.

Malik membungkukkan badan hendak mengangkat tubuh wanita yang hendak menjadi santapan bajingan tengil tadi.

Wajah wanita itu masih tertutup rambutnya yang tergerai panjang.

Saat Malik sudah berhasil membawa tubuh wanita itu bangkit dari lantai, si wanita tiba-tiba membuka matanya dan menyibakkan rambutnya hingga Malik bisa melihat dengan jelas wajah si wanita.

Kedua bola mata Malik membelalak.

"Kamu?" pekiknya tertahan.

Dia perempuan yang menabrak mobilku tadikan?

Pikir Malik berusaha mengingat-ingat.

Wanita itu menatap Malik dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ng... Wildan..." ucap si wanita diiringi suara desahan yang begitu menggoda.

Malik hendak menghindar saat tubuh si wanita semakin memepet ke tubuhnya.

Namun gerakan si wanita lebih cepat.

Wanita itu merangkum kedua wajah Malik dengan posesif, berjinjit dan langsung menyatukan bibirnya dengan bibir Malik.

Menghisapnya dalam-dalam.

Dan mengulumnya dengan kuluman manis.

Malik terkejut, bukan karena ciuman itu.

Namun, karena sesuatu yang tiba-tiba saja bereaksi di antara dua apitan selangkangannya.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Anggra
ksian juga Malik..pikiran orang ya jelas dia nya doyan..pdahal Krna dia sakit
goodnovel comment avatar
Yuni Adellia
critanya bagus....,...️...️
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status