Suara dentuman house music langsung menyapa gendang telinga seorang lelaki berkemeja hitam yang baru saja memasuki area Club.Lelaki itu berjalan santai ke arah meja bar, duduk di sana dan memesan minuman beralkohol.Kepala lelaki itu celingukan ke segala arah Club seperti mencari sessuatu hingga sebuah tepukan keras di bahunya dari arah belakang membuat si lelaki cukup terkejut."Hahahaah... Kaget ya Om? Makanya kalau ke sini itu jangan bengong! Banyak setan... Hahhaha..." Ucap seorang pemuda dengan gayanya yang terlihat keren. Pemuda itu memakai celana jeans yang dia padu padankan dengan kaus dan jaket kulit hitam.Pemuda itu duduk bersebelahan dengan si lelaki tadi. Seorang bartender perempuan menghampiri mereka dan menyuguhkan minuman yang tadi di pesan si lelaki."Gue mau Vodka satu ya manis," goda pemuda yang baru datang tadi.Si lelaki berkemeja biru itu memperhatikan pemuda di hadapannya. Dari gayanya sih, sudah pasti pemuda ini, kini berada dalam pengaruh alkohol. Lelaki itu
"Terus gimana caranya kamu bisa bebas dari kasus Hasna setelah Malik melaporkan kamu ke kantor polisi? Pastinya dia menambahkan laporannya tentang kasus Isna dong ke kantor polisi?""Nah di situlah justru dewi fortuna berpihak sama Julian Om, kebetulan yang menguntungkan jika kenyataannya Hasna itu adalah adiknya Isna! Cewek yang udah dihamilin sama Malik!""APA?"Dan Linggar pun terkejut!Melihat wajah Linggar yang tampak kaget setengah shock, Julian sempat terheran-heran meski setelahnya dia tak terlalu mau ambil pusing hingga memutuskan untuk melanjutkan ceritanya."Jadi maksud kamu, Isna menikah dengan Malik karena dia sudah hamil duluan? Begitu?" Tanya Linggar memastikan. Dia jelas terkejut setengah mati mendengar hal itu karena sejauh yang Linggar ketahui mengenai sosok Malik, lelaki itu bukan tipikal lelaki brengsek yang bisa merusak perempuan sebelum kata ijab dan kabul terlaksana."Jadi gini Om, malam itu, sewaktu Julian mau ngerjain Isna. Julian udah cekokin Isna alkohol dan
Hari ini Malik sibuk.Seharian dia stay di resto karena pukul tujuh malam restonya sudah di booking oleh salah satu orang terkaya se-Asia, cucu dari pemilik Company Grup. Dan Malik diminta untuk menjadi juru masak untuk sang bilioner itu.Usut punya usut, sang bilioner ingin melamar kekasihnya malam ini.Jadilah Malik diminta mempersiapkan sebuah kue tart besar bernuansa putih di mana cincin lamarannya akan disimpan di dalam sana."Aku belum bisa pulang Isna, acara lamarannya baru mau mulai jam tujuh malam nanti, kemungkinan aku pulang jam sembilan ke atas," ucap Malik di telepon saat Isna merengek meminta Malik cepat pulang."Yaudah kalau begitu, aku susul kamu ke sana ya? Aku tunggu kamu di kantor aja kayak waktu itu, boleh ya? Please..." Balas Isna memohon dengan suara manjanya.Malik melongok ke luar jendela. "Di sini hujan deras, nanti kamu kehujanan. Tunggu aja aku pulang ya? Nanti aku bawain makanan kesukaan kamu, oke?" Bujuk Malik agar Isna tidak ngambek.Sambungan telepon itu
Pertemuannya dengan Alvin malam ini jelas membuka kembali lembaran kisah masa lalu antara Malik dan lelaki yang berprofesi sebagai supir taksi online tersebut.Alvin dan Malik dulunya pernah menjalin hubungan persahabatan yang begitu akrab hingga terjadinya pertengkaran hebat di antara keduanya karena masalah perempuan.Malik membenci Alvin setelah Alvin tertangkap basah bermesraan dengan perempuan lain bahkan secara terang-terangan padahal saat itu seisi kampus tau bahwa Alvin adalah kekasih Kinara.Tanpa pernah Malik ketahui mengenai alasan utama mengapa saat itu, Alvin bersikap demikian.Malik terlanjur emosi hingga meluapkannya tanpa pernah memberi kesempatan pada Alvin untuk menjelaskan tentang apa yang sebenarnya telah terjadi di antara dirinya dengan Kinara.Sementara Alvin yang terlanjur kesal justru membiarkan Malik dengan kebodohannya menjalin hubungan cinta bersama Kinara.Itulah sekelumit kisah masa lalu yang pernah terjadi di antara Malik dan Alvin dahulu semasa mereka ma
FLASH BACK ON..."Malik," ucap Kinara pada Malik.Saat itu Kinara mendatangi Malik ke kediaman lelaki itu dengan wajah sembab oleh tangis. Bahkan terdapat sebuah luka memar di wajahnya."Kinara..." Malik hanya bergumam. Kedatangan Kinara tengah malam dengan keadaan yang bisa dibilang cukup kacau membuat Malik terkejut.Pakaian perempuan itu lepek, basah oleh hujan yang memang sudah turun sejak sore tadi.Tangis Kinara pecah saat itu. Dia berhambur memeluk Malik."Ayo masuk dulu," ajak Malik kemudian.Malik meminta Kinara membasuh tubuhnya lalu berganti pakaian di dalam kamar pribadinya.Selagi Kinara mengganti pakaian, Malik membuatkan Kinara makanan dan teh manis hangat.Saat itu, Malik masih sibuk di dapur ketika tiba-tiba tubuhnya dipeluk dari belakang oleh Kinara.Sebuah pelukan yang hangat dan begitu erat."Ki, aku buatkan kamu makanan dulu ya, kamu tunggu aja di sofa," ucap Malik lembut.Kinara tidak berbicara apa-apa. Tangannya bergerak mematikan kompor yang saat itu Malik guna
Aryan tiba di Jakarta saat waktu masih terlalu dini.Kediaman Malik terlihat sepi, pastinya sang pemilik rumah sudah terlelap dalam mimpi indah.Untungnya Aryan memiliki kunci serep.Pak Dadang sang security menawarkan diri untuk mengantar dengan membawakan barang-barang yang Aryan bawa namun pemuda itu menolak dengan sopan.Membuat Pak Dadang terbengong-bengong.Sebab, sejauh ini sikap Aryan tak pernah seramah itu.Sebelum memasuki kamar pribadinya Aryan sempat melongok ke arah kamar sang Papa yang sudah gelap.Tak ingin mengganggu, Aryan memutuskan untuk menunggu hingga besok pagi.Begitu masuk ke dalam kamar pribadinya, Aryan hanya menyalakan lampu nakas saja karena dia pun berniat untuk langsung tidur karena sudah sangat lelah dan mengantuk.Tanpa pernah Aryan ketahui, bahwa ada orang lain yang saat itu juga sedang tertidur di ranjang yang sama dengan tempat tidurnya.Hingga pagi menjelang, sebuah teriakan melengking dari arah dalam kamar Aryan, yang bukan hanya mengagetkan sang p
Dear Diary...Awalnya, hidupku baik-baik saja.Aku memiliki keluarga yang lengkap.Ayah yang menyayangiku, Ibu yang begitu memperhatikan aku dan seorang adik yang begitu aku cintai.Dia, saudara kembarku, Kinara.Hidup kami sempurna dan lengkap hingga pertengkaran itu terjadi.Pertengkaran besar antara Ayah dan Ibu yang berujung pada perpisahan.Saat itu, aku dan Kinara masih terlalu kecil untuk mengerti akan masalah yang sedang dihadapi kedua orang tuaku hingga mereka akhirnya memutuskan untuk berpisah.Perceraian itu menjadi pembuka jalan gelap dalam hidupku.Ibu pergi membawa serta Kinara, meninggalkan aku bersama Ayah di Palembang.Sejak kepergian Ibu, hidupku berubah.Perilaku Ayah berubah.Dan semua berlangsung hingga aku besar.Ayah larut dalam dunianya sendiri. Dalam kehidupannya yang tak sehat.Dia seringkali pulang dalam keadaan mabuk dan membawa pelacur ke rumah.Kamarnya penuh dengan lendir menjijikan yang membuatku kerap ingin muntah karena harus membersihkannya.Semua te
FLASH BACK ON..."Kinara, jawab pertanyaanku, sejak kapan kamu mengenal Linggar?" Tanya Kenari saat itu begitu Linggar pergi dari apartemen."Sejak aku masih SMA," jawab Kenari yang sesekali meringis akibat rasa nyeri yang masih terasa akibat pukulan tinju Linggar di wajahnya tadi."Kenapa bisa-bisanya kamu terlibat hubungan dengan lelaki kasar macam itu? Hah? Dia itu lelaki gila! Dia tahu kamu sekarang sudah menikah tapi masih saja dia mengganggumu!" Oceh Kenari tak habis pikir. "Jadi sekarang kamu hamil? Hamil anak Linggar atau anak Malik?" Tanya Kenari.Kinara diam saja.Kenari beranjak dari duduknya di sofa beringsut ke sofa yang diduduki Kinara. "Ki, jawab Kakak, janin di dalam rahimmu ini anak Linggar atau anak Malik?"Kinara malah menangis.Kenari jadi mengesah berat. Perempuan itu menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa seraya menatap langit-langit apartemen. "Awalnya aku berpikir, hidupmu bersama Ibu di sini baik-baik saja Ki. Aku bahkan sempat membenci kalian karena sudah mel