Selepas bertemu dengan Herfiza, Dahlia berencana mencari beberapa kue basah untuk dibawa ke rumah tantenya. karena dia akan mampir dulu ke rumah sang Tante untuk menjemput anaknya. Iya, tadi Dahlia tidak membawa anak semata wayangnya yang bernama Mentari atau sering dipanggil Tari. Dia menitipkan anaknya di rumah sang Tante, adik bungsu dari ibunya itu tinggal tidak jauh dari rumahnya. Sehingga menjadi tempat paling aman jika menitipkan anaknya.
Saat sedang memilih kue ada yang menyapa Dahlia. Rupanya dia adalah Queensa, atau sering dipanggil Eca. Eca adalah adik Raja. Raja sendiri merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Dia memiliki seorang kakak laki-laki yang berprofesi sebagai dokter. "Hai, Kak Lia!" Eca menyapa Dahlia dengan ceria. Wanita yang masih kuliah di kedokteran tersebut tersenyum padanya. "Loh , Eca. Jajan juga?" Kata Dahlia lalu mereka bersalaman bahkan cipika cipiki. "Iya nih. Bang Kai tumben-tumbenan mau jajan kue basah katanya." Katanya sambil menunjuk seseorang yang berdiri di sampingnya. Dahlia tersadar kalau ada lelaki jangkung dan tampan di samping Eca. Dia adalah Kai-Kaisar Adiguna, Kakak dari Raja- suaminya, alias kakak iparnya. "Hai, Bang!" Dahlia menyapa nya, dengan sopan. Kai hanya mengangguk saja. Dia memang paling pendiam diantar dua adiknya. Dahlia sendiri jarang sekali ngobrol dengannya. "Tari gak ikut, Kak?" Tanya Eca "Enggak, dia dititipin di rumah Tante Nena. Soalnya tadi kakak mau ketemuan sama Herfiza." jawab Dahlia. "Oh" respon Eca. Dia kenal dengan Herfiza. Sahabat dari Dahlia yang sering dia bertemu dengannya kalau tak sengaja main ke rumah Dahlia. "Bang Raja belum pulang, Kak?" tanya Eca menanyakan Raja. Dia tahu kalau saat ini Raja sedang di luar kota untuk syuting film terbarunya. "Belum. Nanti katanya kalau sudah beres. Biar cepat selesai. kalau kebanyakan cuti nanti gak kelar-kelar syutingnya." Jelas Dahlia. "Kuat banget dia kerja? Biasanya juga dikit-dikit cuti. Gak kangen apa dia sama anak istrinya?" sindir Eca yang sudah sangat kenal akhlak Raja. Dahlia terkekeh melihat wajah cemberut Eca. Kenapa juga harus Eca yang marah? Eca memang jarang akur dengan Raja. Tapi memang benar syuting kali ini Raja betah banget, sudah mau tiga bulan dia belum pulang. "Kali-kali kamu datang ke lokasi syutingnya, Lia! Bawa Tari juga. Dia pasti kangen sama ayahnya." Saran Kai. Dahlia sempat terkejut saat Kaisar sang kakak ipar ikut nimbrung pada obrolan mereka. "Iya, Kak. Lain kamu bawa Tari ke sana. Dia gak bisa dilepas begitu saja tanpa pengawasan. Tahu sendiri kan dia bagaimana." Eca malah yang paling kesal dengan tingkah laku kakaknya tersebut. Dahlia malah terkekeh melihat kekesalan Eca pada sang kakak. Bukan rahasia lagi kalau Raja paling gak kuat dengan godaan wanita. Seandainya Eca tahu kabar Raja sekarang, mungkin akan lebih ngamuk Eca dibandingkan dirinya. "Kalau dekat aku suka datang. Tapi kalau jauh, Pikir-pikir lagi deh. Biar lah yang penting komunikasi tetap jalan. Aku percaya kok sama Raja, dia pasti sudah gak mungkin khilaf lagi." jelas Dahlia. "Ini nih kelemahan Kak Lia kadang terlalu polos. Terlalu percaya sama Bang Raja. Tapi mudah-mudahan dia benar-benar jera deh." Eca cemberut kesal karena Dahlia terkesan polos dan terlalu percaya pada Raja. "Tapi meskipun Bang Raja sudah jera, tetap saja jangan di lepas begitu saja, Kak. Tetapi harus sering disusul dia. Nanti urusan Tari biar titipin di rumah saja. Aku siap ngasuh, Kok. Tapi kalau aku sibuk pun, aku yakin mama pasti bersedia menjaga Tari. dia kan cucu kesayangannya." Jelas Eca. Keluarga Raja memang baru memiliki satu cucu yaitu Tari. Karena memang hanya Raja yang baru berkeluarga. Kai sebagai anak tertua belum berumah tangga padahal umurnya sudah cukup dewasa malah lebih. Dan Eca sendiri masih kuliah. Makanya Tari sangat dimanja oleh mereka. sehingga Tari sangat dimanjakan oleh mereka. Meskipun sang ibu mertua sangat menyayangi dan Memanjakan Tari. Tetapi nyatanya, ibu mertuanya tidak terlalu suka dengan Dahlia. Bahkan kadang beliau sering menunjukkan ketidak suka nya tersebut dihadapan keluarganya. "Sudah ambil kuenya, Dek?" pertanyaan Kai menghentikan percakapan anatar Dahlia dan Eca. "Eh, sudah nih, Bang!" Kata Eca. "Ya sudah sini, kita bayar!" Kai mengambil nampan berisi kue yang sudah Eca pilih. "Kamu sudah belum, Ya?" tanya Kai . "Oh sudah, Bang. " jawab Dahlia. Jujur Dahlia agak segan pada kakaknya iparnya ini. "Satukan saja bayarnya. Sini nampannya!" Raja langsung mengambil nampan Dahlia juga. "Eh gak usah, Bang. nanti Dahlia bayar sendiri saja!" tolaknya "Eh, biar Bang Kai yang bayarin , Kak. Bayar kue kita berdua saja mah gak akan menguras uangnya dia. Sana bawa ke kasir, Bang! Kita nunggu disitu." Eca mendorong Kai pelan agar dia pergi ke kasir. Sedangkan Eca menarik Dahlia menuju kursi yang ada di toko. Dahlia merasa tak enak, dia ingin menolak lagi tapi Eca melarangnya. Sedangkan Kai dengan tenangnya membawa dua nampan ke kasir. Tak ada gurat keterpaksaan sama sekali. Lelaki pendiam itu memang lebih baik dari pada adiknya. Tapi entah mengapa sampai saat ini dia masih menjomblo. Padahal dilihat dari segi wajah dia lebih tampan dari Raja. Dengan tinggi badan yang jauh lebih tinggi dari Raja, ditambah dengan bentuk tubuh yang atletis. Pastinya banyak wanita yang akan tertarik. Apalagi gelar dokter dan anak sulungnya dari seorang Sultan Adiguna pasti menjadi nilai plus untuknya. "Bang Kai ganteng kan?" goda Eca. "Eh?" Dahlia jadi malu karena ketahuan memperhatikan kakak iparnya tersebut. Eca yang melihat wajah malu Dahlia hanya terkekeh. "Bang Kai itu terlalu pemalu dan sering denial dengan perasaannya sendiri. Akibatnya orang yang dia sukai diambil orang lain. Kasian, ya?" kata Eca sedih. Dahlia hanya menyimak tanpa menanggapi. "Lebih kasian Kak Lia deh kalau menurut aku." kening Dahlia berkerut mendengar ucapan Eca. "Kasian Kak Lia yang baik harus mendapatkan Bang Raja yang Astagfirullah. Padahal Kak Lia harus dapat yang kayak Bang Kai." Eca tersenyum penuh arti sedang Dahlia dibuat bingung. Namun mendadak hatinya bergetar. "Ini punya kamu dan ini punya Eca." Kehadiran Kaisar menghilangkan kecanggungan yang sempat terjadi. "Makasih, Bang!" Kata mereka kompak. "Ya sudah yuk, Dek! Abang sudah ditunggu." Ajak Kai. "Iya bang bentar!" Eca lalu berbalik lagi menghadap Dahlia. "Eh, Kak Lia! Kak Herfiza itu singel kan?" Dahlia mengangguk. "Wah kebetulan dong. Kira-kira dia mau gak ya sama Bang Kai?" Pertanyaan Eca barusan tak salah tapi kenapa hati Dahlia ada rasa tak setuju, ya? ***" Kamu itu bagai mana sih jadi istri. Suami sakoai lebam seperti ini, mana anak masuk rumah sakit. Kamu memang gak becus jadi istri. Gak bisa mengurus suami juga mengurus anak. Bisanya cuman ongkang-ongkang kaki sambil menghabiskan uang suami." Perkataan ibu mertuanya yang sangat pedas menyambut pagi hari Dahlia Pagi-pagi, ibu mertuanya datang ke rumah sakit untuk menengok Tari katanya. Namun dia langsung memarahi Dahlia saat melihat wajah lebam Raja putra kesayangannya. Dahlia tak menjawab dia memilih untuk diam. Bukan karena dia membenarkan semua tuduhan ibu mertuanya tersebut. Namun karena Dahlia sudah malas menghadapinya. Percuma membela diri juga. Ibu mertuanya tak akan pernah percaya, karena baginya semua itu kesalahan dari Dahlia. "Ma, wajah Bang Raja lebam bukan karena Kak Lia, tapi karena kesalahannya sendiri. Kenapa harus disalahkan Kak Lia sih." Eca membela kakak iparnya tersebut. "Memang buka Lia langsung yang membuat Raja luka-luka. Tapi pasti karena Lia abang k
"Aku sudah lelah, Bang. Aku tak mau dibohongi lagi. Mari kita berpisah!" Permintaan Dahlia yang langsung membuat Raja berlutut dan memeluk kakinya. "Tidak! Iya, Sayang. Aku tidak mau berpisah dengan kamu! Aku gak, sayang. Sungguh aku tidak mau!" Raja menangis sesenggukan sambil memohon pada Dahlia. Namum Dahlia tak bergeming, dia tetap pada pendirian. Dia bahkan mencoba melepaskan pelukan Raja di kakinya. "Lepas, Bang! Aku harus pulang. Tari sendiri di rumah sakit." Kata Dahlia berbohong. Mendengar kalau Tari sendirian di rumah sakit. Raja lalu melepaskan kaki Dahlia. Dia kemudian bangkit, dia sadar dia harus menemui Tari. Dahlia langsung pergi saat raja melepaskam belikan di kakinya. Meskipun Raja mencoba menahannya dia langsung menepis tenang Raja. Dia langsung menarik Tristan berjalan ke arah mobilnya. Raja lalu membuka gawainya yang ternyata sudah mati. Dia menghidupkan gawainya, betapa terkejutnya begitu banyak panggilan dan pesan yang dikirim oleh Dahlia. Bukan hanya
Dahlia benar-benar kecewa pada Raja. bagaimana mungkin sudah dua hari Tari anak mereka di rawat Raja masih tidak datang. Jangankan datang justru Raja sulit untuk dihubungi. Berpuluh-puluh pesan juga telpon dari Dahlia tidak ada satupun yang di respon oleh Raja. Raja seperti hilang begitu saja. Genta sang manager sudah Dahlia hubungi, tapi kabar dari Genta justru membuat Dahlia marah. Genta mengabarkan kalau syuting sudah berakhir dari tiga hari yang lalu. Genta sendiri sudah pulang dan mengatakan kalau dia sudah memberikan waktu istirahat untuk Raja selama sepuluh hari. "Syuting sudah selesai, Lia. Dan kita semua menang sudah pada pulang. Raja malah sudah ambil cuti sepuluh hari. Katanya dia ingin liburan dengan kalian." Kata Genta, terdengar nadanya begitu menyesal. "Tapi dia tidak pulang, Mas. Apa kalian pulang bareng waktu itu?" Tanya Dahlia. "Iya, kita pulang bareng. Malah kita ke kantor dulu. Cuman waktu pulang Raja tidak mau diantar oleh Mas untuk pulang ke rumah. Dia pergi
"Siapa yang sakit?" Tanya Kaisar. Dahlia tak sengaja bertemu dengan Kaisar di lorong rumah sakit sehabis menebus obat untuk Tari. "Tari yang sakit, Bang." jawab Dahlia. Iya sudah dia hari putri sematang wayangnya deman tinggi. Membuat Dahlia panik dan membawanya ke rumah sakit. "Sakit apa?" Raut khawatir terlihat dari wajah Kaisar "Kata dokternya gejala typus dan harus di rawat." Jawab Dahla lagi "Dirawat?" Dahlia mengangguk sebagai jawaban. "Di ruangan mana?" Kaisar kembali bertanya. Dahlia lalu menyebutkan ruang tempat Tari di rawat. Mereka lalu berjalan bersama menuju ruang rawat Tari karena obat untuk Tari sudah Dahlia dapatkan. "Abang ngapain ada disini?" tiba-tiba saja Dahlia mengatakan tujuan keberadaan Kaisar. "Kamu lupa saya kerja disini?" kata Kaisar jengah, bagaimana adik iparnya itu tidak mengetahui kalau dirinya kerja di rumah sakit ini. "Eh lupa, Abang kan dokter." Tari meringis malu. Jujur karena tidak terlalu dekat dengan kakak iparnya ini dia sampai
"Gue sudah dengar tentang kabar si Raja dan anak nenek lampir tersebut. Kabar itu benar?" Tanya Tristan, anak tunggal Tante Nena. Dahlia langsung mendengus kesal. Niat awal hanya ingin sebentar singgah ke rumah sang Tante untuk memberikan kue basah dan menjemput Tari putri kesayangannya. Namun jika Tristan sudah mengintrogasi seperti ini pasti akan lama. "Lu gak ngijinin gue napas dulu apa, Tan? datang-datang langsung ditanya saja. suguhi makanan kek atau enggak minum dulu." kata Dahlia kesal. Dia baru saja sampai di rumah sang Tante, baru saja duduk sudah langsung di tanya tentang kabar tak sedap. otomatis membuat Dahlia jadi badmood. Tristan lalu menyodorkan segelas air putih kepada Dahlia. "Air siapa nih?" tanya Dahlia "Air minum gue, itu belum sempat gue minum." kata Tristan. "cuman air minum saja? gak ada cemilan gitu?" Dahlia malah menjahili Tristan "Cemilan nya yang ko bawa saja." kata Tristan sambil menunjuk ke arah plastik yang dibawa oleh Dahlia tadi. "ckk
Selepas bertemu dengan Herfiza, Dahlia berencana mencari beberapa kue basah untuk dibawa ke rumah tantenya. karena dia akan mampir dulu ke rumah sang Tante untuk menjemput anaknya. Iya, tadi Dahlia tidak membawa anak semata wayangnya yang bernama Mentari atau sering dipanggil Tari. Dia menitipkan anaknya di rumah sang Tante, adik bungsu dari ibunya itu tinggal tidak jauh dari rumahnya. Sehingga menjadi tempat paling aman jika menitipkan anaknya. Saat sedang memilih kue ada yang menyapa Dahlia. Rupanya dia adalah Queensa, atau sering dipanggil Eca. Eca adalah adik Raja. Raja sendiri merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Dia memiliki seorang kakak laki-laki yang berprofesi sebagai dokter. "Hai, Kak Lia!" Eca menyapa Dahlia dengan ceria. Wanita yang masih kuliah di kedokteran tersebut tersenyum padanya. "Loh , Eca. Jajan juga?" Kata Dahlia lalu mereka bersalaman bahkan cipika cipiki. "Iya nih. Bang Kai tumben-tumbenan mau jajan kue basah katanya." Katanya sambil menunjuk se