Share

Bab 10 Rumor Buruk

Author: Dama Mei
last update Last Updated: 2025-02-24 21:20:19

Belle tiba di rumah dengan langkah gontai. Tubuhnya terasa begitu lelah. Bukan hanya karena perjalanan panjang, tetapi juga karena beban yang menekan pikirannya. Aroma masakan ibunya bercampur dengan suara televisi yang samar-samar terdengar dari ruang keluarga.

"Belle, kau sudah pulang?" seru ibunya–Emily, keluar dari dapur. “Kenapa malam sekali?”

Belle memaksakan senyuman kecil. “Apa Ayah belum pulang?” jawabnya singkat sambil melepas sepatu di dekat pintu.

Emily menggeleng. “Ayahmu sibuk di bengkel. Katanya ada yang harus diselesaikan sebelum besok pagi,”

“Lagi?” sahut Belle dengan alis terangkat.

Emily angkat bahu, lalu kembali ke dapur. “Belle, besok kau mau sarapan apa?”

Belle merasa dadanya semakin sesak. Dia ingin menangis, ingin mengakui semuanya—bahwa dia telah dipecat karena tuduhan kejam yang bahkan tidak benar. Tapi dia tidak tega. Keluarganya sudah cukup cemas memikirkan ekonomi.

“Tidak perlu,” jawab Belle pelan. “Aku harus berangkat sangat pagi besok,”

“Jangan bilang ka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 89 Kesan

    Setelah suasana sedikit tenang dan luka Cassie sudah dibalut, Eddie mengajaknya duduk di bangku kayu panjang di teras belakang restoran. Cassie menatap langit, lalu menunduk pelan. "Aku menyesal, Ed,"Eddie yang duduk di sampingnya tak langsung menoleh. "Menyesal yang mana?” timpalnya. “Meninggalkanku demi pangeran itu, atau menyesal karena dia bukan seperti yang kau bayangkan?"Cassie tersenyum pahit."Keduanya, mungkin," Dia menarik napas. "Saat itu, aku pikir aku membuat pilihan terbaik. Demi statusku, demi masa depan. Tapi aku kehilangan satu-satunya pria yang benar-benar peduli padaku… tanpa syarat,"Eddie masih diam. Tangannya terlipat, pandangannya lurus ke kebun kecil di belakang restoran."Aku lihat caramu memandang Belle," lanjut Cassie. "Penuh ketulusan. Dan... aku cemburu. Bukan karena Belle, tapi karena aku tidak pernah bisa menghargaimu saat kau jadi milikku,""Aku mencintaimu dulu, Cass. Tapi aku sudah melepasmu kini," suara Eddie akhirnya terdengar. Tenang, tapi menyim

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 88 Meninggalkanmu

    Di dalam mobil, suasana sempat sunyi sesaat. Cassie menyetir pelan menyusuri jalan desa yang teduh dengan pepohonan. Musik klasik mengalun lembut dari radio mobil. Belle duduk tenang di sampingnya, memandangi jendela.Cassie menoleh sekilas. "Kau memang baik, Belle. Tidak heran Eddie merasa nyaman bersamamu,"Belle menoleh, tersenyum tipis. "Dia juga baik. Banyak membantu keluargaku,"Cassie tertawa pelan. "Aku dulu terlalu sibuk melihat masa depanku sendiri… sampai lupa, hati seseorang tidak bisa dilukai begitu saja,"Belle tidak menjawab. Matanya kembali menatap keluar.Cassie ikut terdiam. Untuk pertama kali sejak mereka masuk mobil, ekspresinya menunjukkan sedikit kerapuhan. Tangannya menggenggam kemudi sedikit lebih erat.“Bolehkah aku menanyakan sesuatu, Belle?”Belle menatapnya, tenang. “Apa?”Cassie menoleh, mata cokelatnya tajam. “Hubunganmu dengan Dante… seperti apa sebenarnya?”Belle terdiam sesaat. Dia menunduk, merasakan detak jantungnya berubah saat nama Dante disebut. “

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 87 Bantuan Kecil

    Restoran kecil keluarga Belle sudah mulai dipadati pelanggan. Belle mengenakan apron berwarna krem, rambutnya diikat rapi ke belakang, tengah melayani pelanggan dengan senyum ramah. Sementara Eddie berada di dapur, membantu mengatur bahan makanan.Suasana riuh itu tiba-tiba mereda ketika sebuah mobil mewah berhenti di depan restoran. Pintu terbuka perlahan dan dari dalamnya keluar seorang wanita anggun dengan setelan linen putih gading yang sempurna. Kacamata hitam besar menutupi separuh wajahnya.Cassie.Eddie yang sedang menyusun bahan di meja langsung membeku begitu sosok itu melangkah masuk. Senyumnya lenyap, ekspresinya menegang dalam sekejap. Eddie mematung di tempat, mata tidak berkedip menatap wanita yang dulu pernah dia lamar—dan yang kemudian meninggalkannya demi gelar bangsawan.Belle juga ikut menoleh begitu melihat Eddie berubah drastis. Tatapannya kemudian beralih ke pintu masuk… dan dia segera memahami segalanya.Cassie membuka kacamatanya dengan anggun, matanya langsun

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 86 Paling Kuat

    Sejak pagi, Belle sudah berada di restoran kecil keluarganya. Membantu menyiapkan hidangan, melayani pelanggan, dan membersihkan meja. Tangannya bergerak lincah, namun hatinya terasa berat. Wajah Dante, kata-katanya, semua itu berputar tak henti dalam benak Belle."Belle, tolong ambilkan saus tambahan di dapur!" seru Liam dari balik meja kasir.Belle segera mengangguk dan bergegas ke belakang. Di dapur, Belle bersandar sejenak pada meja, menarik napas panjang. Tangannya gemetar tanpa dia sadari."Kau harus kuat, Belle," gumamnya pelan.Tetapi mengusir Dante dari hidupnya... tidak pernah terasa semenyakitkan ini."Belle?" suara langkah kaki terdengar mendekat.Belle menoleh dan melihat Eddie berdiri di ambang pintu, membawa dua gelas air dingin di tangannya."Kau kelihatan lelah," kata Eddie, menyerahkan salah satu gelas padanya. "Istirahatlah sebentar,"Belle memaksakan senyum kecil dan menerima gelas itu. Eddie mengamati Belle dalam diam."Kalau ada yang mengganggumu, kau tahu kau bi

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 85 Lebih Dari Hidup

    Begitu tiba, langkah Dante cepat memasuki klub eksklusif itu. Musik jazz mengalun lembut, lampu-lampu temaram mewarnai ruangan dengan cahaya emas yang redup. Semua orang menoleh sesaat, mengenali sosok dominan itu. Lalu buru-buru menundukkan kepala. Tidak ada yang berani mengganggu Dante Hudson malam ini.Di sudut ruang utama, Jamie sedang berbicara dengan seorang bartender. Tetapi langsung menghentikan kegiatannya saat melihat Dante. Dia berjalan cepat menghampiri, ekspresinya cemas.“Kau darimana saja?” tanya Jamie. “Kata Fabian kau cuti dua hari. Apa yang terjadi? Mana Belle?”Dante tidak langsung menjawab. Dia mengambil tempat di sofa kulit hitam, membiarkan dirinya tenggelam sesaat."Aku hampir menghancurkan wanita yang paling kucintai," gumam Dante.Jamie menarik napas dalam-dalam, lalu duduk di hadapan Dante. Dia menyandarkan tubuhnya santai ke sofa, tetapi sorot matanya serius.“Apa yang kau lakukan padanya?” tanya Jamie. Suaranya rendah.“Kau tahu, aku selalu mencoba untuk me

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 84 Frustasi

    Dante melangkah keluar dari kamar dengan jas yang sudah rapi, hanya butuh mengenakan jas luar untuk segera menuju mobil. Langkah kakinya terhenti begitu dia melangkah keluar menuju beranda depan. Pandangannya membeku.Di sana, berdiri Belle bersama Eddie. Mereka tampak bercakap ringan di bawah pohon besar yang tumbuh di dekat pagar rumah. Eddie berdiri dengan tangan di saku, wajahnya tenang, dan senyum tipis terukir di bibirnya.“Belle…” suara Dante terdengar datar namun membuat Belle dan Eddie serempak menoleh.Belle buru-buru mendekat. “Kau sudah bersiap?”Dante tidak langsung merespons. Tatapannya menusuk ke arah Eddie, yang tetap berdiri di hadapannya.Eddie memberi anggukan sopan. “Hati-hati di jalan, Dan,”Dante mengeraskan rahangnya. “Apa yang kau lakukan di sini sepagi ini, Ed?”Hening menegang di antara mereka. Belle menarik lengan Dante pelan.“Dante, hentikan,” bisik Belle.Dante akhirnya menarik napas panjang, lalu menoleh pada Belle. “Apa maksudmu berdiri berdua dengannya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status