Share

Dalam Penjara Bos Mafia
Dalam Penjara Bos Mafia
Author: Melvii_SN

Bab 1. Awal Mula

Author: Melvii_SN
last update Last Updated: 2025-01-24 11:43:59

Tiffany tersungkur di lantai marmer yang dingin, tubuhnya gemetar di bawah tatapan tajam Damien Rael, bos mafia asal Italia yang sudah berkuasa selama hampir dua belas tahun. Pria itu berdiri tegak, tangannya memutar gelas berisi wine dengan santai, wajahnya tak menunjukkan sedikit pun rasa iba.

"Kenapa harus aku? Kenapa bukan kakakku saja? Dia yang menyebabkan Anda keracunan makanan, Tuan," suara Tiffany terputus-putus, menggeleng dengan histeris. "Bukan aku," lanjutnya hampir tak terdengar, air mata mengalir deras dari kedua matanya.

"Hidup adalah soal tanggung jawab, dan keluargamu memutuskan bahwa kau yang harus menanggung tanggung jawab itu," jawab Damien, suaranya tenang namun penuh ketegasan. 

"Tapi, Tuan ... Aku tidak tahu apa-apa tentang masalah kalian! Mereka bukan keluargaku! Mereka hanya orang yang memungut ku dari jalanan, lalu menjadikanku budak. Kami tidak ada hubungan darah!" Tiffany berteriak kencang, berharap kata-katanya dapat menyentuh hati pria yang tak tergoyahkan itu. 

Damien melirik sekilas, ekspresinya tetap datar, lalu tertawa pelan. "Lalu, apa peduliku? Justru bagus, karena kau adalah seorang budak, aku tidak perlu mengajarkanmu bagaimana caranya patuh dan tunduk di bawah perintah Tuanmu sendiri."

Mulut Tiffany terbuka, kepalanya menggeleng tidak percaya dengan apa yang Damien katakan. "T-T-Tuan, tolong ... jangan seperti itu. Ak—"

"Ingatlah, hidup ini bukan hanya dijalani, tapi juga dipertanggungjawabkan, termasuk yang bukan kesalahanmu." Damien berjongkok, tangannya terulur mengangkat dagu Tiffany, tatapan mereka bertemu, "Kau ingin kebebasan? Ingin melarikan diri?" Tertawa sinis diikuti gelengan kepala, "Kau tidak akan bisa melarikan diri dari apa yang menjadi takdirmu, Tiffany." 

Dengan kasar Damien membuang wajah Tiffany ke samping, kemudian bangkit berdiri. Sementara itu, Tiffany memejamkan mata serapat-rapatnya, menggigit bibir, membiarkan air mata berjatuhan. Dadanya sesak, pun tubuhnya membeku. Sekarang Tiffany paham, bahwa Damien adalah hukum yang tak bisa ditentang. 

"Aku tidak punya apa-apa untuk diberikan. Begini saja, baiklah aku akan bertanggung jawab, aku akan membayarnya dengan uang. Katakan, berapa uang yang Tuan inginkan? Aku akan bayar dengan mencicil, tapi Tuan harus membebaskan ku," tawar Tiffany masih belum menyerah. 

"Uang?" Damien menyeringai licik, "Kau pikir aku butuh uangmu?” lanjutnya dengan nada mengejek. 

"Kalau bukan uang, lalu apa yang Tuan butuhkan?" tanya Tiffany, suara dan bibirnya tampak gemetar, menahan panik yang mendera. 

"Kau!" tegas Damien, "Kau yang ku butuhkan, untuk menjadi asisten pribadiku."

Detik itu juga Tiffany ternganga lebar, matanya membelalak. Dia merasa bumi seperti berhenti berotasi. Satu sampai dua menit membisu, kemudian menggeleng cepat, berkata, "Tidak, aku tidak bisa. Aku tidak bisa, Tuan. Aku tidak tau apa-apa tentang pekerjaan itu." 

"Kau akan belajar," sela Damien membuat Tiffany kembali terpaku, penuh keputusasaan, "Mulai sekarang, berhenti mengajukan penawaran, dan mulailah terima kenyataan. Kau akan bekerja untukku, dan tak ada yang bisa mengubah itu." 

Setelah menuntaskan kalimatnya, Damien pergi begitu saja diikuti dua pengawal. Sedangkan Tiffany menangis tersedu-sedu dengan tubuh berguncang hebat. Seperti terjebak dalam labirin mematikan, dan tak tahu jalan keluar. Damien adalah penguasa yang tidak memberi ruang untuk penolakan. 

__________

Tiffany dituntun masuk ke salah satu kamar megah di mansion Damien. Sejenak, dia terpaku memandang setiap sudut kamar yang dipenuhi barang-barang mewah. Seperti perabotan yang terbuat dari kayu jati dihiasi emas, tirai sutra di jendela, tempat tidur besar dilengkapi kelambu transparan. Semuanya terlihat mahal. 

Diantara jajaran semua benda mewah itu, Tiffany merasa dirinyalah yang paling murah, nyaris tak berharga. Dia merasa sangat kecil, tidak lebih dari sebutir debu di sepatu Damien. 

"Ganti pakaian lusuh mu dengan gaun di dalam ini, Nona," ucap pelayan menyodorkan sebuah box hitam dihiasi pita pink. 

Tiffany mengangguk, menerima box tersebut, "Terima kasih." 

Sepeninggal pelayan, Tiffany pun membukanya. Di dalamnya terdapat sebuah dress putih, lengkap dengan aksesoris anting-anting dan kalung perak. Kembali ditutup, dia akan memakainya nanti setelah membersihkan diri. 

Air mata Tiffany masih berlinang, teringat kenangan masa lalu saat tubuh kecilnya yang kotor dan lemah ditemukan oleh keluarga Moretti. Ketika itu, Tiffany berpikir hidupnya akan berubah, tetapi kenyataannya justru bertolak belakang. 

Alih-alih diperlakukan seperti anak, dia justru dijadikan budak. Dipaksa membersihkan rumah, mengerjakan pekerjaan berat, bahkan sering menerima hinaan dan perlakuan kasar. Ketika dia beranjak dewasa, beban itu semakin berat, hingga puncaknya adalah tanggung jawab atas kesalahan kakaknya, Liona. 

Liona yang bekerja sebagai koki di restoran mewah, tak sengaja menghidangkan menu basi yang membuat Damien keracunan makanan. Mengetahui itu, orangtuanya pun memaksa Tiffany untuk bertanggungjawab, 

"Kenapa aku tidak punya kesempatan untuk memilih? Kenapa harus selalu menjadi korban yang dikorbankan? Kenapa tak ada yang peduli padaku? Tidak keluarga, tidak pula Tuan Damien." 

Tangisnya pecah, tapi tidak berlangsung lama saat mendengar derita suara pintu terbuka. Menoleh ke arah pintu, ternyata yang datang pelayan tadi. 

"Cepat bersiap, Tuan Damien sudah menunggu." 

Alis Tiffany bertaut, "Menunggu? Untuk apa?" 

"Tidak tahu. Cepatlah. Jangan sampai Tuan Damien yang mendatangimu ke sini."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 58

    Malam ketiga tanpa Tiffany.Damien terduduk di sofa ruang kerjanya, menatap kosong segelas bourbon yang belum sempat ia sentuh. Matanya sayu, ada lingkaran hitam samar yang mulai terbentuk di bawahnya. Kemeja hitam yang biasanya rapi kini kusut, beberapa kancingnya terbuka, memperlihatkan lehernya yang tegang karena kurang tidur.Rico, yang berdiri di sudut ruangan, menghela napas pelan. Sudah tiga hari ini bosnya berubah. Tidak ada umpatan, tidak ada perintah keras, bahkan tidak ada baku hantam dengan siapa pun. Hanya tatapan kosong dan sikap melankolis yang bikin bulu kuduknya merinding.“Bos,” panggil Rico hati-hati.Damien tidak menoleh. Rico mendekat, menunggu respon yang tak kunjung datang. Ia pun memberanikan diri duduk di hadapan bosnya, menatapnya seakan sedang menghadapi pasien patah hati. “Tuan, maaf sebelumnya … tapi Anda ini Damien Rael, bos mafia paling ditakuti seantero Italia. Masa akhir-akhir ini galau karena ditinggal a

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 57

    Damien masih menatap Rico dengan tajam, sorot matanya menuntut jawaban lebih dari sekadar omong kosong. Nafasnya memburu, pikirannya penuh tanda tanya yang kian menyesakkan dada. "Cepat ceritakan atau kepalamu akan kupenggal?!" Glek! Susah payah Rico menelan ludah sebelum akhirnya mulai berbicara, suaranya berat dan tegang."Sebenarnya, saat tuan menyuruhku mengamankan Tiffany, aku langsung berlari ke kamarnya. Aku tahu dia masih di sana, jadi aku tidak membuang waktu. Tapi..." Rico menghentikan ucapannya sesaat, ekspresinya semakin serius. "Saat aku hampir sampai, aku melihat Jasper keluar dari kamar itu lebih dulu."Damien menyipitkan mata, dahinya mengernyit. "Jasper?"Rico mengangguk cepat. "Ya. Dia berjalan keluar dengan ekspresi tenang, seolah tidak terjadi apa-apa. Aku langsung curiga, tapi aku juga tak bisa langsung menahannya. Jadi aku mempercepat langkah, masuk ke kamar..."Napas Rico sedikit tercekat saat m

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 56

    "Tapi apa? Cepat jawab! Jangan bertele-tele!" tegas Lucian marah, namun segera menurunkan nada bicara agar tak kedengaran Damien. Jasper mengangkat kepalanya, menatap Lucian dengan wajah tanpa ekspresi. "Aku tidak menemukannya, Tuan." Seketika atmosfer di halaman mansion berubah. Semua orang saling berpandangan, mencoba mencari kepastian dari wajah satu sama lain. Anak buah Lucian mulai gelisah, beberapa menggenggam senjata lebih erat, sementara anak buah Damien tetap dalam posisi siaga, meski kebingungan mulai merayap di benak mereka.Damien menajamkan pandangannya, napasnya tertahan di tenggorokan karena pembicaraan Bloodstone tidak terdengar. Matanya beralih ke arah Rico, berharap mendapatkan jawaban dari tangan kanannya itu. Namun, Rico hanya menggeleng perlahan, ekspresinya tetap tegas tanpa keraguan."Lelucon macam apa ini?" Lucian akhirnya angkat bicara, suaranya terdengar berbahaya, seperti bara api yang siap membakar habis apa pun di ha

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 55

    Angin segar berembus dingin, tetapi terasa menyesakkan, bercampur dengan hawa kematian yang menggantung di udara. Damien berdiri tegak di depan mansionnya, berhadapan langsung dengan Lucian Amato yang kini menatapnya dengan mata berkilat penuh kebencian. Di sampingnya, ada Jasper yang berdiri sambil menyeringai licik menunggu perintah.Belum sempat mereka buka suara, tiba-tiba Dor!Suara tembakan pertama meledak, memecah kesunyian.Peluru menembus udara, nyaris menghantam kaki Damien. Refleksnya bekerja cepat. Dengan gerakan sigap, ia melompat mundur dan berlindung di balik salah satu pilar besar di depan mansionnya. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena takut, tetapi karena amarahnya yang mulai mendidih."Manusia gila!" umpat Damien..Melalui celah perlindungan, Damien melirik sekilas ke arah lawannya. Alih-alih mundur atau gentar dengan ancamannya tadi, Lucian justru berdiri gagah, seolah mengejeknya. Lalu, denga

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 54

    Angin pagi berembus kencang saat Damien melangkah keluar dari mansion. Begitu pintu besar terbuka, pemandangan di depannya segera memenuhi pandangan, halaman luasnya kini dipenuhi oleh ratusan orang bersenjata, berdiri tegap dalam formasi yang mengancam.Di garis depan, berdiri dua sosok yang tak asing.Lucian Amato, pria bertubuh tegap dengan mata gelap yang kini menyala oleh amarah. Di sampingnya, Jasper, tangan kanannya yang setia, memegang pistol dengan santai, namun ancaman jelas terasa di udara.Damien tidak menunjukkan ketakutan sedikit pun. Ia tetap berdiri tegak di depan pintu mansionnya, mengenakan setelan hitamnya yang sempurna, tangan dimasukkan ke dalam saku jas seolah ini bukan apa-apa.Lucian mengangkat sebuah dokumen yang diremas di tangan. Kertas itu kusut, menunjukkan betapa marahnya ia sebelum datang ke sini.“Dokumen ini, kau pikir aku tidak akan tahu kalau ini palsu?”ucap Lucian dengan lantang dan penuh amarah. B

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 53

    Pagi itu langit tampak kelabu, seolah ikut merasakan kelelahan yang masih menggelayuti tubuh Tiffany. Sinar matahari yang menembus jendela hanya redup, tak mampu sepenuhnya mengusir hawa dingin yang menyelimuti kamarnya.Tiffany duduk di ranjang dengan punggung bersandar pada kepala ranjang, selimut tebal membungkus tubuhnya yang masih terasa menggigil. Kepalanya sedikit berat, tenggorokannya kering, dan kulitnya terasa lebih panas dari biasanya. Demam. Dia benar-benar jatuh sakit.Dia menghela napas pelan, menatap ke luar jendela dengan tatapan penuh kekecewaan. Seharusnya hari ini dia sudah bersiap untuk mendaki, mencari ayahnya, memastikan kebenaran kata-kata Damien. Tapi sekarang, tubuhnya sendiri malah mengkhianatinya.Suara langkah kaki di luar pintu membuyarkan lamunannya. Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan muncullah sosok Damien dengan setelan yang lebih santai dari biasanya. Tak ada jas mahal atau sepatu kulit berkilau. Hanya kaus hitam po

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status