หน้าหลัก / Historical / Darah dan Takdir / Bab 72 - Perang Sebelum Fajar

แชร์

Bab 72 - Perang Sebelum Fajar

ผู้เขียน: A. Rani
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-23 11:24:29

Raksa menoleh ke arah salah satu prajurit yang baru saja datang dari luar benteng, seorang pemuda dengan pakaian yang lusuh tetapi matanya penuh kewaspadaan. Pemuda itu membungkuk hormat sebelum berbicara. Tuan Putri, kami melihat pergerakan pasukan di sebelah barat. Mereka tampaknya sedang menunggu sesuatu—mungkin perintah dari istana atau kedatangan pasukan tambahan.

Saraswati mengepalkan tangannya. Jika bala bantuan tiba sebelum mereka siap, maka semua yang telah mereka capai bisa berakhir sia-sia.

Kita harus menyerang lebih dulu, katanya tiba-tiba, membuat Raksa dan

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Darah dan Takdir   Bab 72 - Perang Sebelum Fajar

    Raksa menoleh ke arah salah satu prajurit yang baru saja datang dari luar benteng, seorang pemuda dengan pakaian yang lusuh tetapi matanya penuh kewaspadaan. Pemuda itu membungkuk hormat sebelum berbicara. “Tuan Putri, kami melihat pergerakan pasukan di sebelah barat. Mereka tampaknya sedang menunggu sesuatu—mungkin perintah dari istana atau kedatangan pasukan tambahan.”Saraswati mengepalkan tangannya. Jika bala bantuan tiba sebelum mereka siap, maka semua yang telah mereka capai bisa berakhir sia-sia.“Kita harus menyerang lebih dulu,” katanya tiba-tiba, membuat Raksa dan

  • Darah dan Takdir   Bab 71 - Kemenangan yang Tidak Pernah Utuh

    Saraswati tidak langsung menjawab. Pikirannya bekerja dengan cepat, menghitung kemungkinan yang tersisa bagi mereka. Jika mereka tetap bersembunyi, pasukan kerajaan akan mengambil alih inisiatif dan mengepung mereka dengan strategi perang yang lebih matang. Tetapi jika mereka terlalu cepat menyerang, mereka akan kehabisan tenaga sebelum sempat menghabisi musuh.Raka, yang sejak tadi mengamati dari bayangan, akhirnya berbicara. “Mereka belum tahu jumlah kita yang sebenarnya. Kita bisa menggunakan itu untuk keuntungan kita,” katanya. “Jika kita bisa membuat mereka percaya bahwa kita lebih kuat dari yang terlihat, kita bisa membuat mereka ragu sebelum mereka menyerang dengan penuh keyakinan.”Saraswati menoleh ke arahnya, matanya menyipit. “Apa yang kau sarankan?”Raka menunjuk ke beb

  • Darah dan Takdir   Bab 70 - Benteng di Ambang Badai

    Saraswati berdiri di atas menara benteng, menatap ke arah medan perang yang masih dipenuhi dengan tubuh-tubuh yang tergeletak. Sebagian besar adalah pasukan kerajaan, tetapi di antara mereka, ada juga orang-orang yang berjuang di sisinya—orang-orang yang kini tidak akan pernah melihat fajar kembali.Langkah kaki mendekat dari belakangnya, tetapi ia tidak perlu menoleh untuk tahu siapa itu. Raka berhenti di sisinya, matanya juga tertuju ke pemandangan di bawah mereka. Ia tidak langsung berbicara, seolah memberi Saraswati waktu untuk mencerna apa yang baru saja terjadi.“Ini kemenangan besar,” kata Raka akhirnya, suaranya pelan namun penuh arti.Saraswati menarik napas panjang, tetapi udara yang ia hirup terasa berat, seolah mengandung jejak pertempuran yang masih menggantung di langit. “Kemenan

  • Darah dan Takdir   Bab 69 - Tangisan Sunyi Seorang Pemimpin

    Benteng Timur berdiri tegak di puncak bukit berbatu, dikelilingi oleh tembok tinggi yang menjulang dengan gerbang besi raksasa yang hanya terbuka bagi mereka yang diizinkan masuk. Cahaya fajar yang pucat

  • Darah dan Takdir   Bab 68 - Sang Penjaga dan Sang Pewaris

    Saraswati menatap Raka, lalu mengisyaratkan agar mereka menunggu hingga prajurit itu berbalik. Namun, tepat ketika mereka hampir bisa bergerak lagi, prajurit itu berhenti. Ia menoleh ke arah mereka, matanya menyipit curiga.“Siapa di sana?”Jantung Saraswati berdetak lebih cepat. Jika mereka ditemukan sekarang, misi ini akan berakhir sebelum sempat dimulai. Namun, sebelum prajurit itu bisa melangkah lebih dekat, Raka bergerak dengan kecepatan luar biasa. Dalam satu gerakan halus, ia melompat dari bayangan, meraih kepala prajurit itu dan menutup mulutnya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya menancapkan belati ke sisi lehernya. Prajurit itu meronta, tetapi hanya sejenak. Setelah beberapa detik, tubuhnya melemas, darah mengalir ke lantai batu yang dingin. Saraswati menatap Raka dengan ekspresi yang sulit diartikan. Ia tah

  • Darah dan Takdir   Bab 67 - Tertangkap dalam Permainan Raja

    Saraswati memandang Raka sejenak. Ada sesuatu dalam caranya berbicara yang membuatnya merasa lebih tenang, meskipun ia tahu bahwa apa yang mereka hadapi jauh lebih besar dari apa pun yang pernah ia bayangkan.Raksa akhirnya mengangguk, meskipun masih terlihat ragu. “Baik. Tapi jika kalian belum kembali dalam waktu yang ditentukan, kami akan menganggap misi ini gagal dan menyerang dengan kekuatan penuh.”Saraswati memahami ketegasannya. Mereka tidak bisa menunggu terlalu lama jika sesuatu terjadi. Waktu adalah musuh sekaligus senjata mereka saat ini.Wira, yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara. “Aku akan memimpin sekelompok prajurit untuk berjaga di titik pertemuan. Jika kalian berhasil mendapatkan informasi yang kita butuhkan, kita bisa langsung bergerak.”

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status