Share

5. Calon Istri?

Author: Alya Feliz
last update Last Updated: 2025-04-29 19:54:03

Seperti slow motion di film-film, Jenna berlari ke arah Kala dan menerjang pria itu sambil melayangkan pukulan ke wajah. Otaknya tidak bisa berpikir dengan jernih. Tangannya digerakkan oleh amarah yang menggebu-gebu.

"Aduh!"

Barulah ketika Kala mengerang dan menangkap tangannya, Jenna seketika sadar. Apa yang baru saja dia lakukan? Dia menoleh ke arah Bu Fera yang melotot dengan mulut menganga, begitu juga dengan staff lain yang ada di ruangan itu.

"Mati aku," gumam Jenna setelah sadar apa yang telah terjadi. Kakinya refleks mundur dengan mata membelalak. Bagaimana jika Kala menuntutnya? Tapi ngomong-ngomong, pria itu sedang apa di ruangan HRD?

"Aku..." Jenna langsung berbalik dan bersiap untuk berlari, sampai tiba-tiba tubuhnya melayang. "Aaaaaa, apa-apaan ini?!"

Kepalanya berada di bawah dan matanya bersirobok dengan punggung Kala yang baru Jenna tahu begitu lebar dan terlihat kokoh. Hah? Kenapa dia baru tahu?

"Kalajengkiiing! Turunin nggak? Kenapa kamu ngangkat aku kayak karung beras begini?" teriaknya ketika pandangannya mulai berkunang-kunang dan kepalanya terasa pusing. "Turuniiin!"

Plak!

Jenna terkesiap. Matanya melotot sempurna. Apa yang baru saja dilakukan oleh Kala padanya?

Semua orang di ruangan itu langsung hening. Begitu juga dengan Jenna yang mendadak membisu karena terlalu syok.

"Kenapa rok kamu pendek banget? Aku nggak suka!"

Dan tepukan itu kembali mendarat di pantatnya. Wajah Jenna seperti terbakar karena malu luar biasa.

"KALA! Dasar mesum! Turunin nggak? KALA!"

Bukannya menuruti perintahnya, Kala malah membawanya keluar dari ruangan HRD dengan santai. Tak peduli dengan pukulan-pukulan Jenna di punggung pria itu dan kakinya yang terus bergerak-gerak.

"Kala! Aku laporin perbuatan kamu ini sama ayah. Biar kamu nggak dibolehin lagi main ke rumah!"

Tapi pria itu seperti tuli. Membawa tubuh Jenna yang mungil dengan mudah sambil bersiul-siul. Beberapa orang sempat menyapa Kala dan bertanya siapa dirinya, membuat Jenna memejamkan mata karena malu.

"Oh, ini calon istri saya. Dia memang bandel, jadi ya terpaksa saya bawa begini."

Mata Jenna langsung melotot. Hah? Apa tadi katanya? Calon istri? Dasar pria gila!

"Oh, hahaha. Saya kira tadi resepsionis. Soalnya seragamnya sama."

"Calon saya memang suka sekali cosplay. Jadi ya saya jemput paksa biar nggak dikira resepsionis di sini."

BUGH!

Jenna sengaja memukul punggung Kala dengan kuat, hingga tubuh pria itu sedikit menjengit. Setelah entah siapa itu pergi, Kala kembali berjalan dengan santai.

"Dasar cowok gila! Calon istri apaan? Memangnya kamu mau sama badan triplek berdada rata kayak aku? Tipemu kan seperti si Clara itu. Di mana pacar kamu yang semok itu? Tumben nggak nempel kayak lintah?"

Kala tidak menjawab, membuat Jenna kesal. Lama-lama dia capek juga memberontak. Kepalanya semakin pusing dan matanya terasa berat.

"Dasar laki-laki nggak ada otak. Harusnya fokus aja sama ceweknya. Lumayan kan dapet susu ge... Ahhhhh!"

Mulut Jenna menganga ketika Kala mencengkeram salah satu aset bagian belakangnya. Laki-laki ini!

"Apa aku perlu mengecek udah seberapa besar ukurannya biar kamu diem?"

Otak Jenna terlalu lambat memproses kalimat pria itu, sehingga dia hanya diam.

"Loh, Pak?"

"Ini calon istri saya. Ke depannya kalau dia ke sini lagi, suruh ke lantai paling atas."

"Siap, Pak. Loh? Mbak Jenna toh? Oalah, jadi selama ini calon istrinya pemilik...eh, iya, Pak. Siap!"

Jenna tidak menggubris percakapan Kala dengan satpam hotel, karena kantuknya kembali datang dan kali ini tidak bisa ditahan lagi. Jadi ketika pria itu masih sibuk mengobrol, dia sudah tenggelam ke alam mimpi.

***

"Kamu nggak jadi dipecat kok, Jen. Yang tadi itu cuma prank."

Jenna membuka mata dan melihat langit-langit kamarnya sendiri dengan pikiran linglung. Tadi itu benar-benar Bu Fera yang berbicara atau hanya mimpi? Kepalanya terasa pusing dan tubuhnya pegal-pegal. Dia meregangkan kaki dan tangannya sampai mengeluarkan bunyi. Setelah itu merenung.

Dia benar-benar sudah dipecat dari pekerjaannya yang menjanjikan. Menjadi resepsionis di hotel bintang 5 selama enam bulan, membuatnya bisa mengumpulkan banyak uang. Dan dia merasa bangga karena akhirnya tidak merepotkan orangtuanya lagi.

Tapi semuanya hancur berantakan karena tiba-tiba saja dia dipecat dengan alasan yang tidak jelas. Dia tidak sopan pada pemilik hotel? Memangnya siapa pemilik hotel itu? Dan dia teringat dengan Kala. Mengingat tentang lelaki itu membuat darah Jenna kembali mendidih.

"Hiih! Tuh orang nggak ada capek-capeknya ya gangguin aku terus. Salah aku sama dia sebenarnya apa sih? Selalu aja bikin aku jengkel! Makin benci aku sama dia," gerutunya sambil menendang-nendang selimut dengan kesal.

"Loh? Kok aku udah ganti baju? Siapa yang gantiin?" Keningnya berkerut dalam. Tidak mungkin Kala kan? Mengingat bagaimana kurang ajarnya pria itu meremas pantatnya di depan seluruh karyawan HRD, apa jangan-jangan....

Jenna buru-buru bangkit dari posisinya dan menuruni ranjang dengan tergesa-gesa sampai hampir terjatuh. Pasti ibunya yang menggantikan. Dia hanya sedang paranoid saja. Awas saja kalau pria itu sampai berani kurang ajar saat dia tertidur.

"Mamaaa!"

Sepi. Tidak ada orang sama sekali di lantai bawah. Kakinya melangkah menuruni tangga sambil terus berteriak memanggil seluruh anggota keluarganya, tapi tidak ada respon.

"Pada ke mana sih? Memangnya ini jam berapa kok rumah sepi banget?" Jenna menggaruk kepalanya yang tak gatal, lalu mengedikkan bahu. Perutnya keroncongan. "Ck, bodo amat lah. Aku laper banget."

Dia menuju ke ruang makan dan menghela nafas lega ketika melihat banyaknya lauk di atas meja makan yang ditutupi oleh tudung saji. Meskipun heran kenapa lauknya banyak, Jenna tetap melanjutkan aksinya untuk mengambil berbagai jenis lauk dan nasi sampai piringnya penuh.

Kalau saja pria-pria yang menyukainya tahu mengenai kebiasaannya makan, mungkin mereka akan ilfeel. Tapi herannya, tubuh Jenna tetaplah kecil dan mungil. Hanya bagian dada dan pantat saja yang berisi meskipun tidak sebesar perempuan lain. Bohong kalau Kala bilang dia kurus kering seperti triplek. Pria itu memang jail!

"Mama kenapa sih masak banyak terus? Perasaan Mas Arman nggak segini rakusnya deh kalau makan," gumamnya setelah seluruh makanan yang ada di piringnya habis tak bersisa. "Apa gantian ayah yang ada acara?"

Dicucinya piring bekas makannya di wastafel sampai bersih, setelah itu dikeringkannya tangannya dengan lap khusus. Sekarang, dia bingung harus bagaimana. Apa ke rumah Kala saja untuk protes? Dia sangat yakin bahwa pria itulah yang membuatnya dipecat.

Ting tong!

Jenna mengerang. Tamu lagi. Dia selalu enggan jika harus menerima tamu.

"Mama sama ayah ke mana sih?" Jenna berpikir apakah mereka ada di halaman belakang? Tapi tidak ada suara apapun.

Ting tong!

"Ck! Hiih! Bisa nggak sih mereka pergi aja?"

Tapi bel pintu tetap saja berbunyi, hingga mau tak mau Jenna terpaksa menyeret langkahnya menuju ke pintu depan dengan sangat enggan. Dia membuka pintu dengan wajah masam.

"Ya?" Jenna tertegun ketika melihat siapa yang ada di hadapannya.

Seorang pria bule berbadan tinggi besar menatapnya dengan mata abu-abu yang baru kali ini Jenna lihat. Siapa lagi ini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dari Musuh Menjadi Suami   48. Geram

    Jenna terperangah mendengar perkataan yang keluar dari mulut Meta dengan entengnya. Kalau dia tidak mendengarnya sendiri, maka dia tidak akan pernah percaya.Kakinya melangkah menuju ke pintu yang ternyata sedikit terbuka. Jenna bisa melihat Meta di ruang tamu sedang membelakanginya di atas pangkuan seorang....pria.Hampir saja dia berteriak saking terkejutnya, kalau saja tidak bergegas menutup mulut dengan tangan. Matanya melotot tak percaya. Meta sedang naik turun di atas tubuh pria iu dengan desahan menjijikkan. Baju mereka masih utuh, hanya rok Meta saja yang dinaikkan ke atas. Lebih mengejutkan lagi saat tahu bahwa lelaki itu adalah Rangga. Rasanya seperti dihantam dengan benda keras di bagian dada kirinya. Selama ini, semua sudah direncanakan. Rangga berpura-pura baik dan perhatian padanya untuk menghancurkannya, sedangkan selama ini pria itu berhubungan dengan Meta."Lebih cepat lagi, Sayang!"Jenna mengernyit jijik, hampir saja muntah. Dia memalingkan muka dan sedikit bergese

  • Dari Musuh Menjadi Suami   47. Cerita Dari Sisi Lain

    "Aku minta maaf. Aku sudah tahu kalau Kala tergila-gila sama kamu dan sangat setia. Bahkan dia selalu menolak siapapun perempuan yang mengejar-ngejar dia atau sengaja mendekati dia. Semuanya demi kamu."Jenna masih tidak berbalik. Dia hanya menatap mobilnya dan beberapa orang yang lewat."Dia juga sudah bersikap tegas sama aku. Aku saja yang nggak tahu diri. Sebenarnya....sebenarnya sudah lama Kala menghentikan bantuannya untuk membiayai sekolah adik-adikku dan biaya pengobatan ibuku. Karena aku...aku pernah nekat datang ke penthouse-nya dan...." Suara Septi mulai terdengar lirih. "Dan sengaja telanjang di depannya."Panas, Jenna langsung berbalik dan menghampiri Septi dengan cepat. Ketika wanita itu mendongak, tangan Jenna melayang dan menghantam pipi kiri Septi hingga tubuh wanita itu terhuyung. Tangannya meraih rambut Septi dan menjambaknya dengan kuat."Apa kamu semurahan dan segatal itu sampai telanjang di depan laki-laki? Kamu pikir Kala itu laki-laki rendahan yang langsung takl

  • Dari Musuh Menjadi Suami   46. Tidak Tahu Diri

    "Jangan banyak protes! Rumah itu memang bukan milik kita. Seharusnya kamu bersyukur karena dia tidak melaporkan Mbak ke polisi!""Aku nggak peduli! Aku mau menuntut Kala biar dia tanggung jawab!"Jenna hanya mematung di tempatnya berdiri. Seandainya saja dia belum mendengar semuanya dari Kala, mungkin dia akan langsung berlari meninggalkan tempat ini dan menangis seperti orang bodoh, sebelum akhirnya meminta cerai.Bahkan Jenna tidak sempat protes, ketika Kala menunjukkan semua rekaman CCTV yang berhubungan dengan Septi. Saking hafalnya pria itu pada tabiat Jenna yang keras kepala dan suka berburuk sangka.BRAK!Jenna terlonjak dan sedikit mundur. Pintu yang sudah lapuk itu hampir saja terlepas dari pengaitnya karena dibanting oleh seorang gadis yang terlihat lebih tua dari Jenna. Siapa dia? Apa kakaknya Septi? Tapi Kala bilang, Septi anak sulung."Siapa kamu?" Gadis itu menatap penampilan Jenna dari atas sampai bawah, lalu melirik mobil di belakang Jenna."Mbak Septi ada? Aku Jenna."

  • Dari Musuh Menjadi Suami   45. Akur

    Semenjak Kala mencurahkan isi hatinya, hubungan mereka kian dekat. Jenna melihat pria itu dari sudut pandang yang berbeda. Selama ini, dia hanya fokus pada kebenciannya karena Kala menolak perasaannya. Lagipula, waktu itu dia masih sangat labil. Perasaannya begitu sensitif, sehingga belum mampu untuk mengelola emosinya."Harum banget. Masak apa?"Jenna memekik ketika sepasang tangan memeluk perutnya dari belakang. Dia masih belum terbiasa dengan perhatian-perhatian kecil dari pria itu, karena selama ini dia belum pernah pacaran."Iih, ngagetin aja! Nanti kalau aku kena wajan gimana?" gerutunya kesal."Nanti aku obatin." Kala mencium pipinya dari belakang. "Kelihatannya enak. Kenapa nggak minta Buk Ngatini aja buat masak? 'Itu' kamu masih sakit kan?"Kalau menuruti keinginannya, tentu saja dia maunya bermalas-malasan. Tapi petuah dari sang ibu yang sering berkunjung karena rumah mereka dekat, membuat kuping Jenna panas. "Meskipun kamu masih belum bisa menerima pernikahan ini, setidakn

  • Dari Musuh Menjadi Suami   44. Heart to Heart

    Seandainya saja Jenna bisa menghilang, dia akan langsung menghilang saat ini juga. Tak pernah terbayangkan dalam hidupnya akan berada dalam posisi seperti ini. Harus buang air kecil di depan seorang laki-laki. Harga dirinya jatuh sejatuh-jatuhnya. Jenna merasa dipermalukan. Dan dia merasa benci dan marah pada laki-laki yang kini menurunkan celananya itu. "Aku benci banget sama kamu!" ucapnya dengan ketus dan mata berkaca-kaca. "Aku tahu." "Kamu kenapa sih selalu menyebalkan dari dulu?" Kesal, Jenna menjambak rambut Kala dengan kuat sampai pria itu memekik. "Nanti keburu ngompol, Jen. Jangan ditahan," ucap Kala dengan sabar. Jenna menangis lagi. Selain karena malu, bagian intimnya benar-benar masih sakit. Saking sakitnya, dia bahkan tidak kuat berjalan jauh dan tidak bisa berjongkok. Apa begini rasanya melahirkan? Lagi-lagi tidak ada yang memberitahunya bahwa luka di bagian bawah sana rasanya berkali-kali lipat lebih sakit dari pada luka di bagian tubuh lain. Menahan malu dan h

  • Dari Musuh Menjadi Suami   43. Curhat

    "Hah? WC umum? Buat apa laki-laki tidur di WC umum? Apa nggak bau?" tanya Jenna tak mengerti.Kala menyentil dahi Jenna yang mengaduh."Dasar! Kamu nih, polosnya kebangetan.""Ck! Sakit, Ka!""Panggil Mas bisa? Aku ini suami kamu, loh," protes Kala.Jenna hanya memutar mata malas. Siapa suruh memaksanya menjadi istri? Dia sebenarnya belum siap untuk menikah. Yang dia pikirkan hanyalah mencari uang sebanyak-banyaknya dan berpacaran dulu. Menikah sama sekali tidak masuk dalam rencananya dalam waktu dekat."Kenapa cemberut, hm?"Jenna menatap Kala dengan kesal. "Kamu kenapa sih, tiba-tiba banget melamar aku? Padahal aku masih mau senang-senang dulu menikmati hidup. Masih pengen tahu rasanya pacaran gimana. Kerja aja belum ada setahun. Udah gitu, menikah pun dadakan di rumah sakit. Nggak ada perayaan kek, pesta mewah kek. Kesannya aku ini kayak boneka yang bisa diatur sesuka hati.""Kan udah kubilang kalau...""Aku dalam bahaya? Meta mau menjahati aku? Atau Rangga mau memperkosa aku? Tap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status