Share

Bagian 58

Penulis: Puziyuuri
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-04 23:13:31

"Ada apa lagi, Sandi? Apa orang-orangmu tidak bisa mengatasi pengawal bayaran yang lemah itu?" ketus Arya.

Sandi mengelap keringat di keningnya. Dia menelan ludah beberapa kali. Masalah di luar jelas tidak bisa diselesaikan dengan otot.

"Kami tidak mungkin memukul para wartawan, Pak Arya."

Arya mengerutkan kening. "Wartawan? Untuk apa wartawan datang ke tempat terpencil seperti ini?"

Sandi menghela napas berat sebelum berbicara, "Sepertinya, Bu Lusi yang memanggil mereka, Pak."

Sorot mata Arya semakin dingin. Kiria dan Arlita refleks berpelukan karena merasakan tekanannya. Arya berdeham, menarik Kiria ke arahnya, sehingga pelukan Arlita terlepas.

Arya mengeluarkan ponsel. Jemarinya begitu lincah di layar. Kiria terbengong-bengong, melihat calon suaminya itu mengetikkan huruf-huruf dan simbol secara acak.

"Mantap, Pak Arya! Bapak bisa meretas juga ternyata, cuma pakai hape lagi!" seru Arlita berapi-api.

Matanya tampak berbinar-binar. Kiria seketika menepuk kening. Bisa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 64

    "Nia, kamu cucu kesayangan nenek. Kamu pasti setuju dengan nenek, 'kan?" desak Mira.Kanania tiba-tiba menepis tangan Mira. Wanita tua itu seketika terperangah. Dia menggeleng tak ingin percaya. Namun, Kanania telah berdiri di depannya dengan tatapan penuh kebencian."Tidak! Ini tidak benar! Nia tidak mungkin marah padaku!" seru Mira dalam hati.Dia menghela napas, lalu kembali mendekati Kanania. Namun, sang cucu kesayangan menepis tangannya lagi. Sorot mata penuh kebencian kini berubah menjadi jijik. Hati Mira terasa sangat sakit."Nenek sudah membuatku membenci Kakak! Aku sudah bersalah sama Kakak! Aku adik yang jahat. Harusnya aku tidak percaya kata-kata Nenek!""Tidak, Nia! Nenek sayang sama kamu. Nenek tidak mau si anak pungut merebut kasih sayang ayah dan ibumu!"Kanania tertawa sinis. Agung dan Riani terperangah, tetapi juga merasa lega. Kanania yang mereka kenal sudah kembali, putri bungsu manis yang menjadikan sang kakak idola.Sementara itu, Mira benar-benar merasa terpukul

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 63

    Kanania terus terisak. Gaun itu harganya lumayan mahal. Kiria khusus membelikannya untuk mengikuti audisi."Kakak gaunnya rusak. Gaun ini, kan, hadiah dari Kakak."Isakan Kanania memancing perhatian orang-orang. Mereka pun kompak mengalihkan pandangan, lalu menatap aneh pada gaun yang sobek. Beberapa dari peserta itu bahkan berbisik dan menahan tawa. Kanania semakin merasa terpojok."Apa kita pulang saja, Kak? Aku akan keliatan aneh nanti."Kiria mengusap lembut pipi Kanania. "Serahkan saja sama Kakak. Ayo kita ke kamar mandi dulu, biar kamu bisa ganti baju."Kanania terbengong-bengong. Dia tidak membawa baju ganti ke tempat audisi. Baju lain ada di hotel. Tidak mungkin sempat untuk bolak-balik karena gilirannya hanya tinggal lima orang lagi. Namun, Kanania tak punya pilihan selain mengekori langkah sang kakak.Begitu mereka sampai di kamar mandi, Kiria membuka ranselnya. Kemudian, dia mengeluarkan bungkusan. Kiria tersenyum lembut saat menyerahkan kantong kresek merah itu pada Kanani

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 62

    Sepuluh tahun lalu, keluarga besar tengah berkumpul di acara arisan. Kanania yang baru menginjak usia remaja terus memasang wajah cemberut. Dia menggigiti biskuit dengan sadis. Kiria baru saja selesai membantu menyiapkan kue-kue jamuan, mendekati sang adik.Kiria mencolek pipi yang menggembung. Kanania tersentak. Dia berbalik dan mengerucutkan bibir saat menemukan senyuman jail sang kakak."Kakak ih! Udah tau aku lagi bete, malah diusilin!" gerutu Kanania."Hayoo kenapa ini adikku yang secantik peri ini berwajah mendung?""Kakak dengerin sendiri tuh gosip tante-tante julid!"Kanania menunjuk ke arah kumpulan wanita berdandan menor. Kiria mengangguk-angguk. Dia pun sering menjadi bahan sindiran mereka karena memiliki warna kulit sawo matang. Berbagai ejekan pernah diterimanya, mulai dari ejekan ringan seperti si item sampai keterlaluan seperti lutung."Kok bisa sih? Kiria pinter banget lho selalu juara satu, adeknya kenapa malah juara dari bawah?" Bibi tertua memulai ghibahnya."Entah

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 61

    "Apa? Anak pungut?"Kiria mengalihkan pandangan pada Agung. Sorot matanya begitu tajam, menusuk, mencari kebenaran. Agung menghela napas. Dia mendekap sang putri dengan erat, sembari menggumamkan maaf beberapa kali."Kami memang mengadopsimu, Kiria. Tapi, bagi kami, kamu sama saja dengan anak kandung. Ibumu sudah menyusui kamu sejak bayi," jelas Agung."Halah! Memang kenapa kalau disusui? Tetap saja asal usulnya tidak jelas! Jangan-jangan anak haram yang dibuang di tempat sampah lagi," maki Mira. "Jangan mimpi kamu bisa bersaing dengan cucuku!""Cukup, Bu!" tegur Agung.Mira hendak berbicara lagi. Namun, Kanania kembali menatapnya penuh kebencian. Mira menggeleng tak percaya, hingga Kanania tiba-tiba melangkah ke arahnya."JIka hanya membuat keadaan semakin kacau, sebaiknya Nenek tinggal di kamar saja," sindir Kanania."Nia, kenapa kamu ... argggh!"Mira memegangi dadanya yang mendadak sakit. Tak ingin ibunya membuat masalah semakin besar, Agung memaksa Mira masuk ke kamar. Setelah me

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 60

    "Huaaa, Kakak jangan pergi! Kakak temani adek!" jerit bocah perempuan berumur 4 tahun itu.Dia terus memegangi lengan remaja perempuan berkepang. Si balita memang sangat dekat dengan kakak perempuan yang terpaut usia 10 tahun tersebut. Dia terus menempel manja dan enggan berpisah. Oleh karena itulah, dia marah ketika sang kakak ingin pergi sekolah.Si kakak perempuan berjongkok, menyamakan tingginya dengan sang adik. Dia mengusap kepala mungil dengan lembut. Jemarinya menyeka air mata dan ingus di pipi gembul."Nia, Sayang. Kakak mau pergi sekolah. Nanti, kita main lagi habis kakak pulang sekolah, ya," bujuk sang kakak lembut."Enggak mau! Nia mau ikut Kak Ria! Nia mau ikut sekolah!"Si balita menggembungkan kedua pipi. Sang kakak mencubit pipinya gemas. Dia mendadak ingin bolos saja. Namun, belum kesampaian ide nakalnya, sang ibu muncul sambil mendelik tajam dengan tangan menyilang di depan dada."Ria, cepat itu udah ditungguin Ayah lho.""Tapi Nia nangis, Bu.""Nanti ibu yang bujuk.

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 59

    "Tidak, Kiria! Adikmu sudah keterlaluan kali ini!" sergah Arya. "Iya, Ketua. Dek Nia harus diberi pelajaran," timpal Arlita. Dia meninju meja. Rasa geram tak bisa ditahannya ketika meliat ketua tim yang begitu rasional dan tegas bersikap lunak terhadap tindak kriminal. Apa yang sudah dilakukan Lusi dan Kanania dapat dipidanakan. Arlita tak sabar rasanya hendak memenjarakan mereka. Kiria menggeleng. Arya dan Arlita kompak melotot. Mereka mencoba meyakinkan Kiria untuk bersikap lebih tegas pada Kanania. "Kalau tidak diberi pelajaran, entah kejahatan seperti apa lagi yang bisa dilakukannya padamu, Ketua! Jangan-jangan dia mau bunuh Ketua lagi!" seru Arlita dengan menggebu-gebu. Arya mencoba melunakkan suaranya. "Kiria, tolong jangan melakukan sesuatu yang akan membahayakanmu."Kiria memejamkan mata sejenak. "Jika Nia terbukti terlibat, orang tua kami juga akan terkena imbasnya." Dia menghela napas berat. "Biar aku selesaikan secara pribadi saja di rumah. Ayah dan ibu tidak aka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status