Suara yang menghentak-hentak bising begitu nyaring terdengar di club malam, Dava berjalan angkuh seraya masuk ke dalam club tersebut.
"Hai, bro, datang juga lo." sapa salah seorang pria menyapa Dava."Hoo, iya dong. memang seorang Dava pernah absen tidak hadir ke club ya." ucap Dava membuat para sahabatnya tergelak."Kalian udah lama disini?""Udah dari tadi Dav.""Terus kenapa pada masih disini? gak dapat mangsa ya?" goda Dava celingak-celinguk melirik ke segala arah."Eittss, enak aja lu. Kita-kita udah ada ya, cuma lagi males aja.""Lhaa, kenapa?" tanya Dava terheran-heran melihat para sahabatnya yang lagi males nananina."Bosen aja," jawab ketiga temannya serempak."Bosennya dimana?""Pengen cari sesuatu yang baru gitu, gak melulu sama para wanita binal." Dava manggut-manggut mengerti arah pembicaraan yang di maksud para sahabatnya."Susah mah kalau gitu, mau cari wanita polos yang masih perawan, yang segelnya belum pernah di buka, kan?" ucap Dava yang di angguki ketiganya."Memang masih ada ya di dunia yang serba modern begini, masih banyak wanita yang perawan tua? Aku yakin paling sedikit wanita yang perawan di usia 20'an ke atas." ucap Dava menebak."Busettt dah ucapan lu Dav.""Kenapa? Memang ada yang salah ya?""Ya enggak sih, cuman kaget lu ngomong secara frontal gitu." ucap sahabatnya geleng-geleng kepala.Dava ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi matanya melihat sosok wanita yang di carinya sedari tadi."Guyss, gue kesana dulu ya." pamit Dava pada ketiga sahabatnya."Oke bro."Dava langsung nyelonong pergi mengejar wanita itu yang ternyata menuju ke toilet wanita. Dava menunggu wanita itu di luar pintu toilet, cukup lama ia menunggu dan akhirnya wanita itu keluar."Astaga!" kaget wanita itu begitu membuka pintu."Hai," Dava menggerakkan ke lima jarinya menyapa wanita cantik itu sembari menebarkan senyum mematikannya."Dava ya?" tanyanya memastikan."Iya," Dava mendorong pelan tubuh wanita itu hingga masuk ke dalam toilet, ia mendekatkan tubuhnya ke tubuh wanita itu."Kau cantik sekali," gombal Dava memuji wanita di depannya."Dan kau terlihat sangattttt seksi." bisik Dava di telinga wanita tersebut, Dava juga menambahkan sedikit bumbu rayuannya dengan menggigit kecil dau telinga wanita itu.Wanita itu merasa geli ke-enakan, apalagi dengan isengnya Dava juga membisikkan kata-kata manis dan gombalnya, semakin membuat wanita itu meleleh cair.Dava saat itu juga langsung melancarkan aksinya tanpa mau melihat situasi dimana ia dan wanita itu berada sekarang. Mereka bermesraan di dalam toilet wanita di club, yang bisa saja orang lain masuk ke dalamnya.Sekarang Dava tak hanya lagi menggerayangi bagian area leher wanita dan telinga wanita itu. Kini kedua insan itu tengah berciuman panas sambil sesekali tangan Dava meremas kedua breast-nya."Aaahhhh," lenguh sih wanita di sela ciumannya merasa nikmat.Dava tersenyum melihatnya, ia berhasil menguasai kesadaran wanita yang sedang ia grepe itu dengan mudah."Dasar bitch! Tapi aku suka." ucap batin Dava plin-plan.Karena kenikmatan yang sedang meliputi, sehingga mereka tak menyadari kehadiran seseorang yang masuk ke toilet."Ehemm," suara deheman yang sama sekali tak di perdulikan kedua insan itu."Permisi!" ucap seseorang itu lagi merasa kesal.Dava melepaskan ciumannya dan berbalik badan ingin mengumpati, serta mencaci maki orang yang telah berani mengganggu aktifitasnya."Apa yang ka___" ucapan Dava terputus begitu membalikkan badan dan melihat seorang bidadari tengah berdiri menatap mereka dengan sengit."Sudah selesai?" tanyanya meledek. "Aku sarankan pada kalian, jika ingin melakukan hal tidak senonoh jangan disini. Carilah hotel ataupun penginapan untuk menuntaskan hasrat kalian."Dava terpelongo mendengar ucapan wanita itu, berani sekali dia mengajarkan Dava soal yang begituan.Tanpa banyak berkata lagi wanita itu keluar dari dalam toilet tersebut, niatnya yang ingin buang air kecil pun ia urungkan begitu melihat tontonan yang menarik perhatiannya."Siapa dia?" tanya Dava yang masih terus memperhatikan wanita tadi."Aku tidak tahu, aisssh, kita jadi tidak malam ini?" tanya wanita itu tidak sabar."Jadi dong," jawab Dava yang kini kembali mengalihkan perhatiannya ke wanita itu."Kita ke hotel!" ajak Dava menggenggam jemari tangan wanita itu. Menuntunnya keluar dari club."Let's play beib."Airaa menempelkan telinganya di daun pintu kamar mandi, setelah tadi berulang kali Dava mengetuk pintu kamar mandi serta memanggil namanya. Kini gedoran pintu sudah tak terdengar, suara menjadi sangat senyap. Karena rasa penasaran itulah Airaa menempelkan telinganya di daun pintu kamar mandi."Apakah Dava sudah keluar dari kamar?" gumamnya bertanya-tanya.Rasa penasaran Airaa begitu tinggi hingga ia pun membuka perlahan pintu kamar mandi. Airaa mengintip di balik celah pintu yang terbuka sedikit. Pelan-pelan namun pasti pintu terbuka sepenuhnya, Airaa melangkahkan kakinya dengan sangat perlahan sekali.Celingak-celinguk mencari keberadaan Dava yang sama sekali tak terlihat di dalam kamar. Benar dugaannya jika Dava pergi keluar dari kamar. Hhhh, bukankah itu bagus? Jadi Airaa tak perlu repot-repot untuk mengusir pria itu agar keluar sebentar dari kamar selama ia memakai pakaiannya.Airaa bernafas lega, dengan c
"Aaaaa!" jerit Airaa karena kaget melihat Dava yang menendang pintu kamar."Kenapa menjerit sayangku?" tanya Dava heran sembari melangkah masuk ke dalam kamar."Kau gila! Kenapa kau menendang pintu kamar kita Dav? Bagaimana jika rusak?" kata Airaa gemas."Itu tidak masalah." dengan entengnya Dava berkata seraya meletakkan dengan lembut tubuh Airaa di atas ranjang yang bertabur bunga mawar.Karena asyik berdebat masalah soal pintu kamar yang rusak atau tidak. Airaa dan Dava tak menyadari bagaimana romantisnya nuansa suasana kamar mereka.Setelah meletakkan Airaa di ranjang, Dava berjalan ke arah pintu dan menutupnya. Syukurlah pintu tak rusak seperti yang di takuti Airaa, Dava mengunci pintu kamar itu serapat-rapatnya.Setelah memastikan pintu terkunci dengan aman tanpa ada celah orang dapat mengintipnya. Dava berbalik badan menghadap ke arah ranjang, Airaa berbaring telentang me
Airaa menatap tak percaya pada pantulan dirinya di cermin, ia bersemu merah melihat dirinya sendiri yang sangat cantik memakai kebaya pengantin berwarna putih beserta hijab yang menutupi dan melindungi kepalanya sesuai permintaan Airaa sendiri.Pria kemayu yang mendandaninya pun ikut tersanjung melihat betapa cantiknya calon pengantin wanitanya. Suara ketukan pintu ruangan khusus pengantin wanita terdengar, si perias pria kemayu tersebut pun dengan cepat membukanya. Wajah Kia yang cantik, anggun dan bersahaja pun dengan ramah tersenyum pada pria kemayu itu. Sang perias membuka pintu lebar memberi jalan agar Kia masuk sementara dirinya keluar. Kia tersenyum menatap Airaa dari kaca cermin, Airaa juga membalas tatapan Airaa dengan tersenyum malu.Hari ini adalah hari yang sangat penting, sangat dinanti. Hari bersejarah bagi setiap pasangan yang ingin menyatukan hubungan mereka dengan di lengkapi kata halal yang setelah di dahului kata sah sebelumnya.Hari ini Airaa da
Airaa menatap sayu sosok Dava yang duduk sendirian dalam diam di bangku taman belakang rumah sakit ini. Perlahan Airaa mendekat dan duduk di samping Dava ikut terdiam.Lama mereka berdiam diri seperti ini hingga Dava membuka suaranya. "Untuk apa kau mengikutiku? Bukankah kau tidak percaya padaku? Apapun yang aku katakan adalah kebohongan bagimu. Iya, kan?"Airaa menggeleng. "Bukan begitu Dav, kumohon mengertilah jika aku hanya sedang bimbang.""Bimbang yang didasari kecurigaan, hal itu timbul karena intinya kau tidak mempercayai orang tersebut. Itu sama saja Airaa!" sentak Dava menggeram marah."Tinggalkan aku!" kata Dava membuat Airaa melongo kaget.Dava merasa sangat cukup lelah, jika ia memang tak mempercayainya ya sudah. Dava pasrah, daripada ia memaksakan Airaa untuk menikah dengannya."Apa kau tuli? Aku bilang pergi Airaa!" titah Dava untuk kedua kalinya, kali ini dengan nada cukup kuat.Airaa menggeleng, pertanda ia tak in
"Sayang, Nando kode kita tuh. Kapan kita menikah?"Itu suara Dava yang mengkode Airaa dengan membawa nama Nando sebagai tersangka yang bertanya.Mendengar itu, Airaa membalikkan badan sepenuhnya menghadap Dava. Tatapan matanya menyipit menatap Dava penuh selidik."Seharusnya jangan tanya aku soal kapan kita menikah. Kau sendiri saja bahkan belum bisa mengatasi wanita-wanita masa lalumu yang setiap hari datang silih berganti," geramnya agar Dava sadar apa yang menjadi pertimbangan Airaa yang hingga kini masih menggantungkan rencana pernikahan mereka.Jika saja dari jauh-jauh hari Airaa bersedia menikah dengan Dava, mungkin status mereka saat ini sudah resmi menjadi suami istri. Tapi apalah daya Airaa ketika rasa bimbang terus menghantuinya, bagaimana bisa dia tenang jika persoalan wanita masa lalu Dava masih gencar berdatangan.Airaa tahu dari sedikit banyaknya wanita itu memiliki tujuan, yaitu meminta pertanggungjawaban bujuk rayu Dava dulu yang s
Satu bulan kemudian...Dava dan Airaa panik setelah mendapatkan kabar dari Nando, jika Kia sudah melahirkan siang tadi. Untuk itu kini mereka sedang bersiap-siap menuju ke rumah sakit tempat Kia melahirkan.Memang awalnya mereka berdua sedikit terkejut dengan kabar itu, pasalnya Kia pernah bercerita dokternya mengatakan jika ia akan melahirkan sekitar seminggu lagi.Namun di luar dugaan semua orang, Kia sudah menunjukkan reaksi tanda-tanda akan melahirkan pagi-pagi sekali tadi. Dan jangan tanyakan bagaimana reaksi kepanikan Nando melihat Kia istrinya meringis kesakitan. Nando sungguh benar-benar sosok calon bapak siaga yang langsung mempersiapkan semuanya di saat kepanikan melanda. Kini kata calon itu hilang dan menjadi kata seorang bapak.Ya, Nando sudah menjadi seorang bapak. Bapak untuk anaknya tercinta.Mobil yang ditumpangi Dava dan Airaa baru saja sampai di area rumah sakit, mereka keluar secara bersamaan. Raut keduanya pun menampilkan aura ke-kha