Share

20~DS

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-12 17:41:44

Tadinya, Elo tersenyum lebar ketika melihat Sinar memasuki kafe. Apalagi di saat gadis itu melambai dan membalas senyumnya. Sungguh manis sekali.

Namun, senyum itu hilang di saat Elo tahu Sinar tidak sendirian. Ia bersama seorang gadis yang akhirnya duduk berhadapan dengannya.

“Pak El sudah kenalan sama sekdir Metro belum?” tanya Sinar menahan senyum saat melihat perubahan air muka Elo.

“Belum.” Elo mengulurkan tangan lebih dulu, demi profesionalisme. Lagi pula, gadis yang bersama Sinar juga akan menjadi rekan kerjanya selam bekerja di Metro. “El, anak baru di Metro.”

Sinar mencebik detik itu juga. “Pak El ini redaktur madya. Baru balik S2 di Singapur. Full beasiswa! Pintar banget, kan?”

“Saya Daisy,” ucapnya saat menjabat tangan Elo. “Saya juga baru jadi sekdir di sini.”

“Oh, anak baru?” tanya Elo setelah mengurai jabat tangannya.

“Sekdirnya baru, tapi saya di Metro sudah lama,” terang Daisy. “Dulu di iklan, terus ditarik ke direksi.”

“Ohh ...” Elo manggut-manggut. “Oia, mau pesen ap
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (15)
goodnovel comment avatar
mayuunice
Gemuuuussshhh bgtttt.
goodnovel comment avatar
Susan Manies
AAAAAAAA.....aq ga kuat baca nya mbak beb....pak biiiinnnn...
goodnovel comment avatar
Sri Mayani Roeslan
ngebayangin Sinar secantik apa ya, sampe diperebutkan cowok² berkualitas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dear Secretary   28~DS

    “Nar! Sinar!”Sinar mengerjap. Menatap Daisy yang sudah berdiri hadapannya dengan beberapa berkas. Sejak tadi, tatapannya menerawang dan pikirannya entah berada di mana. Namun, satu hal yang pasti, dirinya merindukan Bintang.Di saat-saat seperti ini, pria itu akan selalu bisa menjadi tempatnya pulang. Menumpahkan semuanya, tanpa ada yang harus disembunyikan. Bintang tidak pernah menghakimi dan selalu bisa memahaminya.“Napa Dai?” Sinar menggeleng sesaat. Mengusir semua pikiran pelik yang ada di kepala.Daisy meletakkan berkas yang dibawanya di meja Sinar dan membaginya. “Minta tanda tangan pak Harsa untuk yang dimap biru. Terus, surat-suratnya bagi ke reporter yang bersangkutan.”Sinar menggangguk. “Ada lagi?”“Emm ...” Daisy melihat ke area kubikel. “Mas El belum datang?”Mas?Apa Sinar tidak salah dengar? Daisy memanggil Elo dengan sebutan Mas? Bukan Bapak, seperti pertama kali Sinar memperkenalkan kedua orang itu?Apakah kedua orang itu sedang menjalin hubungan?“Pak El?” Sinar be

  • Dear Secretary   27~DS

    “Hei, Bim.” Elo menghampiri Bima yang tampak santai duduk di dalam mobilnya. Ia baru saja tiba, ketika melihat mobil Bima terparkir dengan kaca jendela terbuka sepenuhnya. “Jemput Sinar?”“Eh, Mas!” Bima meletakkan ponselnya di door pocket, kemudian keluar dari mobil. “Nggak. Gue ditugasin tuan besar ke sini, ngurus iklan. Baru aja selesai. Je bawa motor katanya, jadi bentar lagi gue pulang.”Elo mengeluarkan sebungkus rokok dari saku kemeja, menyodorkan ke Bima.“Nggak ngerokok gue, Mas,” tolak Bima dengan kibasan tangannya. “Bisa dipecat jadi anak sama nyonya besar, kalau ketahuan ngerokok.”Elok terkekeh. Niat untuk mengisap batang nikotin itu pun ia urungkan. Mengembalikan bungkus rokoknya kembali di saku kemeja.Tuan besar dan nyonya besar. Itu pasti sebutan untuk ayah dan ibunya Bima, Kaisar dan Eila.“Bokap apa kabar?” tanya Elo. “Aku udah lama nggak ketemu.”“Baik.” Bima bersandar pada pintu mobil. “Mau nyalon. Makanya lagi merepet ke media-media. Biasa, pencitraan dulu.”“Wali

  • Dear Secretary   26~DS

    Elo berhenti di depan meja Sinar yang kosong. Rapat redaksi baru saja selesai dan aneh rasanya tidak melihat gadis itu ada di mejanya.Masalah Violet sudah diselesaikan dengan mudah, karena Elo sempat mengancam gadis itu sebelumnya. Jadi, terhitung hari itu Violet sendiri yang mengundurkan diri. Tanpa drama apa pun.Elo mencoba menghubungi Sinar, tetapi, lagi-lagi gadis itu tidak menerima panggilannya. Bahkan, pesan yang Elo kirimkan sejak kemarin tidak ada satu pun yang dibalas. Hanya dibaca dan dibiarkan begitu saja.Untuk itu, Elo akhirnya memutuskan pergi ke rumah Sinar setelah menyelesaikan pekerjaannya.Elo berhenti tepat di depan rumah berpagar hitam. Tempat di mana ia mengantarkan Sinar kala itu. Berkali mengetuk dan mengucap salam, tetapi tidak ada tanda-tanda kehidupan.“Pak Josep sama istrinya keluar kota, Mas,” ucap seorang ibu muda yang muncul di sebelah rumah. “Jenguk anaknya yang baru lahiran.”“Ohh ...” Elo mengangguk-angguk karena tidak tahu nama orang tua Sinar. “Jadi

  • Dear Secretary   25~DS

    Elo masuk ke dalam kamarnya dan melihat Sinar masih meringkuk di balik selimut. Ia melihat nampan yang masih berada di meja dan makanan yang dipesannya tadi malam tidak tersentuh sama sekali.Kalau sudah begini, rasanya benar-benar ingin menumpahkan amarahnya pada Sinar.Lantas, ia pun menghampiri tempat tidur dan berdiri menatap Sinar dari dekat.“Bau rokok,” gumam Sinar menarik selimutnya hingga menutup seluruh tubuh.Elo berdecak. Ternyata gadis itu sudah bangun.“Cuma sebatang, Nar,” ujar Elo segera mencium kaosnya sendiri. Apa iya aroma tembakau yang menempel sampai setajam itu, hingga Sinar langsung bisa menciumnya. “Kenapa makanannya nggak disentuh?” tanyanya sembari duduk di samping gadis itu.“Ngantuk.”Elo menarik paksa selimut Sinar, hingga wajah gadis itu kembali terlihat. “Ayo sarapan! Buru mandi, ganti baju.”“Saya sudah mandi.” Sinar kembali menutup kepalanya dengan selimut.“Sarapan kalau gitu.” Elo kembali menarik selimut Sinar. “Nanti sakit kalau perutmu nggak diisi.”

  • Dear Secretary   24~DS

    “He, Nar.” Elo berlutut di depan Sinar, setelah mendudukkan gadis itu di lobi. Menepuk-nepuk pipi gadis itu, karena pikiran Sinar seolah mengambang entah ke mana. “Aku El, Nar. Nar!”Sinar menatap Elo. Namun, pikirannya berputar pada semua kejadian yang dialaminya bersama Violet.“Nar!”“Pak El ...” Sinar mencebik, berujar lirih. “Saya ... mau mual ...”“Mau muntah?” Elo baru saja hendak berdiri ketika Sinar mencengkram sisi kemejanya. Detik berikutnya, Elo tidak sempat menghindar. Ia hanya bisa membeku, saat Sinar memuntahkan isi perutnya, tepat mengenai bajunya.“Maaf ...”Sinar menunduk, menarik kedua tangannya perlahan lalu mengusap mulutnya. Ia tidak berani menatap Elo dan hanya terpaku pada noda di kemeja dan celana pria itu.Tiba-tiba saja, Sinar khawatir jika Elo akan bersikap galak. Memarahinya, seperti saat pria itu mengomel para reporter yang lalai dengan tugasnya.“Nggak sengaja, Pak El ...”Tubuh Sinar berguncang pelan, suaranya nyaris tercekat. Air matanya menitik tanpa

  • Dear Secretary   23~DS

    Sinar mengira, ia akan memakai baju batik milik Elo agar bisa seragam dengan yang lainnya. Namun, ternyata seragam yang dimaksud adalah seragam kantor tempatnya bekerja, yakni kemeja Metro.“Kirain pake seragam batik!” Sinar berdecak setelah keluar dari kamar mandi. Memakai seragam Metro yang kebesaran dan ujungnya dimasukkan ke dalam celana jeans. Elo mengangkat kedua alisnya sembari mengancing seragam batik yang baru ia pakai.“Terima kasih kembali.” Elo berdecak lalu berbalik. Melihat tampilan dirinya dari cermin dan memastikan semuanya sempurna. “Jadi orang nggak ada syukurnya sama sekali.”“Syukur,” kata Sinar berdiri di samping Elo dan bergegas mengeluarkan bedak dan lipstik dari tas. “Oia, Pak El buka kamar sendiri? Soalnya aku nggak lihat daftar nama Pak El di list.”“Iya.” Elo mundur lalu duduk pada tepi ranjang. “Aku besok ambil libur, jadi mau santai di hotel.”“Loh!” Sinar berbalik cepat. “Kok, nggak lapor ke saya kalau besok ambil libur.”“Barusan ini aku laporan.” Elo m

  • Dear Secretary   22~DS

    Elo baru menutup pintu mobil, ketika melihat sebuah motor melintas di depannya. Dua orang di atasnya tampak tertawa dan Elo spontan mengumpat detik itu juga.Elo melangkah pelan menuju pelataran gedung, berhenti tepat di depan pintu masuk, menanti keduanya datang mendekat.“Vio, masuk!” titah Elo datar dan tegas. “Sinar, ikut aku.”“Buru, Vi, masuk,” bisik Sinar. “Tanduknya muncul.”“Permisi, Pak El,” pamit Violet bergegas masuk ke dalam kantor, daripada melihat wajah galak Elo.“Ikut ke mana?” tanya Sinar sambil menggaruk leher.Dengan cepat, Elo menarik Sinar ke arah parkiran mobil. “Kenapa kamu berangkat ke kantor sama Vio?”Sinar menggembungkan pipi sebentar. “Emang kenapa?”“Kenapa kamu berangkat ke kantor sama Vio?” tanya Elo sekali lagi. “Dia jemput kamu?”Sinar menggeleng. “Saya tidur di kontrakannya tadi mal—”“APA!”“Iss!” Sinar menjauh satu langkah. “Nggak usah teriak-teriak.”“Kamu ... kamu tidur di kontrakan Vio tadi malam?” tanya Elo memastikan lagi.“Iya.” Sinar mengangg

  • Dear Secretary   21~DS

    “Ati-ati, nggak usah ngebut!” pesan Sinar pada Bima sebelum pria itu pergi dari Metro. Menyisakan dirinya dan Elo di parkiran.“Boarding now. Take care and see you when I see you. Sweetheart?” Elo bersedekap. Memutar tubuh menatap Sinar. “Apa semua ini cuma sandiwara? Drama?”Sinar juga memutar tubuh, bersedekap. Ternyata, Elo membaca pesan yang dikirimkan Bintang untuknya. “Bukan urusan Pak El! Dan tolong, nggak usah ngomentari urusan orang lain. Resek!”Sinar menghentak kaki, lalu berbalik pergi meninggalkan Elo. Hari ini, kemungkinan akan jadi hari terakhir Sinar berkomunikasi dengan Bintang. Karena setelah itu, pria itu akan mengganti nomor ponsel karena akan menetap sementara di Jepang.“Kamu itu licik juga, ya!”“Ahh!” Sinar hampir berteriak ketika baru menginjakkan kaki di pelataran kantor. Ia berbalik cepat dan kembali menghampiri Elo. “Pak El itu ada masalah apa, sih, sama saya! Bisanya cuma negatif thinking!”“Gimana nggak negatif thinking kalau semuanya seperti sandiwara?”

  • Dear Secretary   20~DS

    Tadinya, Elo tersenyum lebar ketika melihat Sinar memasuki kafe. Apalagi di saat gadis itu melambai dan membalas senyumnya. Sungguh manis sekali.Namun, senyum itu hilang di saat Elo tahu Sinar tidak sendirian. Ia bersama seorang gadis yang akhirnya duduk berhadapan dengannya.“Pak El sudah kenalan sama sekdir Metro belum?” tanya Sinar menahan senyum saat melihat perubahan air muka Elo.“Belum.” Elo mengulurkan tangan lebih dulu, demi profesionalisme. Lagi pula, gadis yang bersama Sinar juga akan menjadi rekan kerjanya selam bekerja di Metro. “El, anak baru di Metro.”Sinar mencebik detik itu juga. “Pak El ini redaktur madya. Baru balik S2 di Singapur. Full beasiswa! Pintar banget, kan?”“Saya Daisy,” ucapnya saat menjabat tangan Elo. “Saya juga baru jadi sekdir di sini.”“Oh, anak baru?” tanya Elo setelah mengurai jabat tangannya.“Sekdirnya baru, tapi saya di Metro sudah lama,” terang Daisy. “Dulu di iklan, terus ditarik ke direksi.”“Ohh ...” Elo manggut-manggut. “Oia, mau pesen ap

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status