Share

122~DS

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-02 18:05:46
“Masuk!” titah Elo ketika mendengar suara ketukan di pintunya. Senyumnya langsung mengembang, ketika melihat Sinar berdiri di bibir pintu.

“Siang, Pak CEO?” tanya Sinar tersenyum lebar sambil memegang handle pintu. “Boleh saya masuk?”

Elo tertawa lepas. Meninggalkan tumpukan dokumen di atas meja untuk menghampiri Sinar. “Masuk, gih!,” ucapnya membuka pintu semakin lebar. “Silakan.”

Sinar terkikik sambil masuk ke ruangan yang baru ditempati Elo. Melihat sekeliling dan belum banyak yang berubah.

“Selamat, ya,” ucap Sinar berbalik lalu mengulurkan tangan pada Elo. “Akhirnya, ayah Asa kepilih jadi CEO.”

Elo menyambut uluran tangan Sinar tanpa ragu. “Semua ini juga berkat bundanya Asa. Terima kasih banyak atas sumbang saran dan idenya. Nggak jadi anggota dewan, CEO juga nggak masalah.”

“Aku tunggu rumah-rumahan sama perosotannya,” ucap Sinar mengingatkan. “Kirim ke rumah omanya aja. Rencananya, halaman depan rumah mau direnov sama opanya buat tempat main Asa.”

“Mau cari bareng?” tawar Elo
Kanietha

Pras versi DS itu lebih brengshit dari versi MAL.

| 55
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (29)
goodnovel comment avatar
Ndindit Prasetyo
makin banyak nih masalhnya
goodnovel comment avatar
cicii
emang awal² nya pras minta d gaplok dduuuuhhh...
goodnovel comment avatar
WiwikK
dialog pras sinar pas lagi bersitegang itu yg bikin canduuuuu..........bikin greget dan senyum² kalo g salah ingat ini juga ada ya di MAL
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dear Secretary   163~DS

    Pras hanya menggeleng pasrah, ketika Sinar kembali menempatkan tubuhnya di pangkuan begitu mereka tiba di rumah.“Kamu beneran capek?” tanya Pras terus memasuki rumah, tanpa peduli dengan pandangan para pekerja yang berada di sana. Istrinya itu benar-benar penuh kejutan dan tidak bisa ditebak. “Lagi malas jalan atau sebenarnya betah ada di pangkuanku?” “Semuanya.” Sinar mengendik bahu dengan santai. “Badanku pegel, perut juga nggak enak. Tamu bulananku mau datang kayaknya.”“Kayaknya?” Pras sedikit memperlambat kursi rodanya, ketika mereka memasuki lorong penghubung menuju rumah belakang. “Kamu nggak pernah catat tanggalnya atau memang lupa?” “Habis lahiran Aya, haidku jadi nggak teratur. Maju mundur nggak jelas.”“Sudah periksa?”“Dulu pernah. Kata dokter cuma karena stres.”Pras menghentikan kursi rodanya di depan pintu. Menunggu Sinar membukanya. “Sekarang masih stres?”Sinar menggeleng pelan. Hatinya ragu dan merasa aneh karena seperti sedang berselingkuh. Tubuhnya memang bersam

  • Dear Secretary   162~DS

    Bintang menyingkir, membawa Aya menjauh dari kerumunan teman-teman sekelas Astro yang tengah riuh mengikuti permainan ulang tahun. Ia sekaligus menghindari para ibu wali murid, yang sejak tadi silih berganti ingin menggendong Aya karena gemas.Bagaimana tidak, bayi cantik itu tampil menggemaskan dengan gaun ala Princess Sofia, lengkap dengan mahkota kecil yang menghiasi rambut pendek gelombangnya. Sebenarnya, gaun itu baru akan dipakai bulan depan, tepat di hari ulang tahun Aya dan Asa. Namun, karena pemberitahuan ulang tahun Astro datang mendadak, Sinar pun memutuskan memakaikannya untuk menghadiri acara tersebut.“Mau ke mana?” tanya Ruby segera menghampiri Bintang. Mengulurkan kedua tangan pada cucunya, tetapi Bintang menggeleng. “Aya sepertinya ngantuk, habis minum susu sama bu Wati.” Bintang mengendik ke arah luar. “Biar aku ajak duduk di luar. Karena di sini terlalu ribut. Dia nggak mau tidur.”“Nanti Aya nggak usah dikembalikan,” ujar Ruby. “Biar sekali-kali nginap di rumah.

  • Dear Secretary   161~DS

    “Cih!” Sinar berdecih tanpa sungkan, setelah Rista pergi dari ruang kerja Kaisar yang digunakan Pras untuk membahas pekerjaan. “Seumur-umur aku jadi sekretaris, baju yang kupake nggak pernah seketat itu. Mana roknya pendek. Seneng, kan, kamu liatnya?”Tadinya, Sinar sudah meminta Irfan untuk menemani Pras bertemu Rista di ruang kerja. Namun, wanita itu datang lebih awal di saat Sinar masih berada di rumah.Karena itulah, Sinar yang akhirnya menemani Pras untuk bertemu dengan wanita itu.“Hm.” Pras hanya menggumam sambil memilah berkas yang ada di meja. “Pras!” panggil Sinar geregetan.“Hm,” gumamnya tanpa melihat Sinar.“Ck! Apa Rista pernah jadi partnermu?” selidik Sinar mulai curiga. “Aku punya aturan dan batasan sendiri dalam mencari partner,” jawab Pras enteng dan masih menatap berkas-berkasnya. “Selama mereka masih berada di circle yang sama denganku. Pengacara, jaksa, hakim, dan sejenisnya, aku nggak akan menyentuh mereka.”Sinar kembali berdecih. Kali ini lebih keras untuk me

  • Dear Secretary   160~DS

    “Duduk sini,” pinta Eila pada Sinar yang menghampirinya di gazebo. “Ada yang mau Mami obrolin tentang Pras.”Sinar menurut dan duduk bersila di tepi gazebo. Seketika hatinya dipenuhi rasa penasaran, karena Eila akan membicarakan masalah Pras.“Berhubung kamu sudah jadi istri Pras dan sudah menjadi bagian keluarga ini, maka kamu harus tahu sesuatu.”Sinar mengangguk, semakin penasaran. Ada rahasia apa gerangan yang disimpan oleh keluarga Sagara. “Pernah dengar nama Narendra Zamar?” tanya Eila.“Per … nah,” jawab Sinar ragu-ragu. Nama tersebut terasa tidak asing, tetapi Sinar tidak bisa memastikannya. Namun, mengapa Eila mempertanyakan hal tersebut? Apa hubungannya dengan Pras? “Tapi saya agak lupa dia siapa. Kalau nggak salah, dia itu salah satu pejabat juga.”“Betul.” Eila mengangguk. “Dia pernah menjabat sebagai Ketua Badan Legislatif. Dan dia … ayah kandung Pras.”Mulut Sinar terbuka, belum bisa percaya sepenuhnya. “Tapi, maaf, Mi. Bukannya mas Pras dibawa dari panti asuhan?”“Jadi

  • Dear Secretary   159~DS

    “Kenapa kembali?” tanya Pras yang sudah berbaring nyaman di tempat tidur. “Aku bebaskan kamu untuk tidur di kamar anakmu.”Sinar berdecak. Mengunci pintu lalu beranjak ke tempat tidur. “Asa sama Aya dibawa tante Eila ke kamarnya.”“Mami,” ralat Sinar. “Bukan tante lagi.”“Ah, iya.” Sinar masuk ke dalam selimut yang sama dengan Pras. Namun, memberi jarak, karena semua masih terasa canggung. “Aku belum biasa.”“Diam dan jangan berisik,” titah Pras. “Aku sudah mau tidur.”Sinar berbaring miring menatap Pras. “Lampu tidurmu di nakas masih nyala. Emang kalau tidur nggak dimatiin?”“Bukan urusanmu.”“Ih!” Sinar mencubit kecil lengan Pras. “Jawab yang baik coba!”Pras menangkup wajah Sinar dan mendorongnya. “Diam, ak–”“Praaas!” Sinar menepis cepat telapak tangan pria itu dari wajahnya. “Aku sudah pake skincare! Jangan pegang-pegang muka.”“Berisik!” Pras meraih kabel yang menjuntai di sebelahnya, lalu mematikan lampu tidurnya. “Sekarang diam. Aku capek dengar ocehanmu.”Bukannya diam, Sinar

  • Dear Secretary   158~DS

    Elo menyesap kopi pahitnya yang masih mengepul dengan perlahan, lalu meletakkannya kembali di atas meja. Pandangannya tertuju pada Bintang yang duduk di seberangnya. Dua pria itu bertemu di kafe, hanya untuk satu alasan, yakni membahas Sinar.“Bima sudah cerita semuanya, termasuk kejadian di rumah sakit waktu itu.” Elo menghela panjang dan kesal sekaligus. “Andai waktu itu aku tetap balik sama Sinar, mungkin semua ini nggak bakal kejadian. Ck! Nyesal aku, Mas!”“Aku tau, aku yang salah.” Bintang mengembuskan napas berat.“Jelas salah!” todong Elo semakin kesal. “Kenapa juga sampai bawa-bawa hak asuh Aya? Repot, kan, jadinya?”“Aku nggak pernah bermaksud mau ambil hak asuh Aya,” ujar Bintang. “Itu semua … kamu nggak jadi aku, El.”Elo mengendik cuek. “Kita sudah nggak bisa ngapa-ngapain lagi. Bu Eila sudah turun tangan dan tanggal sudah ditentukan. Ahh … berengsek!”“Bicaralah dengan Sinar,” ujar Bintang masih mencoba mencari jalan keluar. “Aku sudah angkat tangan.” Elo mendecak pelan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status