Share

43~DS

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-23 15:14:15

“Nar, titip Angel sebentar bisa?” tanya Abbas yang sedang menggendong balita berusia dua tahun. “Saya mau ke toilet. Mamanya masih di nursing room sama adeknya.”

Sinar membuka lebar mulutnya dan mengangguk-angguk. Mengulurkan kedua tangan pada balita cantik itu, lalu mendudukkan di meja, menghadapnya.

“Allo, aku Tante Sinar,” ucapnya sambil menarik maju kursi yang diduduki. Merapat pada Angel, lalu mencium pipi balita menggemaskan itu.

“Ah! Mendadak pengen jadi Angel.” Elo duduk di samping Sinar. Meletakkan dua buah potongan cake dan dua botol air mineral di meja.

“Oh! Pengen jadi bayi lagi?” Sinar memicing pada Elo, lalu mengangkat Angel dan meletakkan di pangkuan.

“Nggak.” Elo terkekeh, mengulurkan kedua tangannya pada Angel dan balita itu pun langsung menyambutnya. “Aku mau bikin bayinya aja.”

“Tuh, calon mamanya, tuh, tuh.” Sinar menunjuk sekilas pada Daisy yang sedang mengambil makanan. “Buruan diresmiin. Tembak dah, biar bisa bikin bayi.”

“Kamu itu nggak peka atau lagi pura-pur
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (12)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
weeeh sampe sejauh itu Elo nyari tahu soal perceraiannya Bintang.. beneran mau nikung Sinar nih..
goodnovel comment avatar
tralala
Berani ga El ngomong sm Pak Bin?
goodnovel comment avatar
Rayani
persaingan semakin ketatt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dear Secretary   154~DS

    “Tante, maaf kalau saya ngerepotin lagi,” ucap Sinar sebelum Eila membuka suara. Ia memang sudah membicarakan beberapa hal melalui telepon, tetapi tetap saja Sinar ingin memastikan semuanya. “Tapi, saya harap Tante nggak berubah pikiran.”Eila tersenyum kecil. Menunduk dan melepas gandengan Asa dari Sinar. “Mungkin bukan Tante yang berubah pikiran, tapi kamu. Pras itu makin keras kepala, jadi, kamu harus siap-siap makan hati kalau ngadapin dia.”“Saya sudah yakin.” Sinar mengangguk mantap. “Nggak akan berubah pikiran.”“Kalau begitu, ikut Tante ke belakang,” ajak Eila kemudian menggendong Asa. “Aya nggak diajak?”“Enggak.” Sinar menggeleng sambil mengeluarkan sebuah wadah plastik dari tas yang dibawanya. “Ada papanya ke rumah. Jadi–”“Aaasa!” Kaisar tersenyum lebar saat melihat Asa di gendongan Eila. “Ikut Opa ke depan ayo!”“Jangan ngerebut!” ujar Eila menepis tangan sang suami. “Kami mau ke belakang.”“Jangan bawa Asa nemui Pras,” ujar Kaisar akhirnya mengambil Asa dari tangan Eila.

  • Dear Secretary   153~DS

    Dengan tubuh yang masih saja bergetar, Sinar mondar-mandir di depan ruang operasi. Setiap langkahnya dipenuhi kecemasan yang menumpuk. Tidak kunjung mereda, seperti lampu di atas pintu ruang operasi yang terus menyala tanpa kepastian.“Nar …”Sinar menoleh cepat. Tanpa ragu, tubuhnya menghambur ke pelukan Elo yang berlari menghampiri dengan wajah panik.“Asa di mana?” Sinar mengurai pelukannya. “Sama Pak Harsa … Ta-tadi masih di IGD, tapi nggak ada yang serius.”Helaan lega keluar dari mulut Elo. “Gimana kro–”“Je!” Bima menyusul beberapa saat kemudian. Napasnya berat, ngos-ngosan seperti Elo. “Pras?”“A-aku nggak ngerti, Bim.” Suara Sinar bergetar, kemudian menatap Elo. “Mas … titip Asa, ya? Aku … aku–”“Ssshhh …” Elo menyela dan kembali memeluk Sinar, lebih erat. Ia paham, wanita itu sedang berada dalam kepanikan yang tidak berujung. Getaran tubuh yang sejak tadi terasa begitu jelas, sudah membuktikan jika Sinar tidak mampu memikirkan apa pun untuk saat ini. Elo tidak jadi menuntu

  • Dear Secretary   152~DS

    Dengan sengaja, Sinar menekan sudut bibir Elo begitu gemas, membuat pria itu meringis dan merintih menahan nyeri. “Biarin! Rasain!” desis Sinar sambil mengobati luka di wajah Elo. Mengusap sisa darah kering yang masih menempel di wajah sang mantan suami. “Nggak inget umur apa? Udah tua masih aja berantem! Tawuran sama siapa, sih, Mas!” Sebenarnya, Elo baru pulang dari apartemen Zevan. Ia langsung mengkonfrontasi perihal Melati pada pria itu tanpa basa basi. Awalnya, mereka hanya adu mulut, tetapi berakhir dengan adu jotos yang tidak bisa terelakkan. Meskipun pria itu sudah berulang kali meminta maaf dan mengaku menyesal, tetapi Elo belum merasa puas karena Zevan telah berbohong dan mengkhianatinya.Persetan dengan kasus Miliar Paper yang tengah mereka korek untuk menjatuhkan Pras. Yang jelas, Elo sudah melampiaskan amarahnya pada pria itu, meski rasanya tidak akan pernah cukup. “Berantem sama siapa sih, Mas?” tanya Sinar sangat penasaran. “Cewek barumu jalan sama cowok lain? Gitu?

  • Dear Secretary   151~DS

    “Kamu mau dicopot dari jabatan CEO terus dibuang ke jalan sama Pras!” desis Melati mendorong tubuh Elo hingga pria itu terduduk di kursi rapat. “Kamu nggak mikirin gimana nasib anakmu nanti? Nggak mikirin gimana masa depanmu?”“Apa-apaan, sih, Mel!”Baru saja Elo masuk ke dalam ruang rapat, tetapi Melati sudah mendorongnya dan mengomel tanpa sebab. “Zevan!” hardik Melati.Elo menelan ludah. “Kamu … dari mana kamu tau? Pras tau? Dia sudah tau, makanya kalian semua ke sini ada meeting mendadak?”“Nggak ada yang tau kecuali aku.” Melati kembali melunak setelah membuang napas besar. “Jauhi kasus Miliar Paper dan jangan beri Zevan info apa pun.”Elo berdecih. “Kamu takut karirmu hancur, karena kamu sekutu Pras?”“Aku tau, kalian berdua benci dengan Pras.” Melati menggenggam tangan Elo. “Tapi percaya sama aku, kalau kamu nggak berhenti, Pras akan tahu kalau kamu juga ada andil di belakang semua ini.”“Mel–” “Dengarkan aku dulu,” mohon Melati mengeratkan genggamannya. “Pak Abraham, nggak p

  • Dear Secretary   150~DS

    “Kamu ngomong apa sama bu Aster?” tanya Sinar setelah memasuki ruangannya bersama Pras. “Kenapa dia mendadak pergi?”Melihat Pras dan Sinar ada di ruangan, Wati pun segera berpamitan ke luar. Meninggalkan Aya masih tidur nyenyak di kasurnya. “Bukan urusanmu.”Sinar berdecak kesal. Kendati sangat penasaran, tetapi ia tidak bisa memaksa Pras untuk bercerita. “Terus ngapain kamu ke sini? Bukannya pak Arkan yang diutus jemput?”“Kenapa ke sini naik taksi?” tanya Pras mengabaikan pertanyaan Sinar. “Aku yakin mobilku nggak bermasalah.”Sinar menghempas tubuhnya di kursi kerja. “Aku lagi nggak bisa nyetir tadi pagi. Lagi banyak masalah.”“Uang?” Sinar kembali berdecak. Kali ini lebih keras. “Nggak semua masalah itu karena uang, Pras.”“Kalau begitu jelaskan.”“Ihh! Sejak kapan aku harus laporan sama kamu.”“Sejak sekarang.”“Eh, siapa elo!” sahut Sinar meninggikan suaranya. Dan detik itu juga, Aya tiba-tiba merengek dan terbangun. Untuk itu, Sinar langsung berlari kecil menghampiri. Menep

  • Dear Secretary   149~DS

    “Tumben ngajak ke resto tapi nggak di ruang VIP?” protes Melati menatap Lex yang duduk di samping Pras. Pria itu tidak menatapnya sama sekali dan hanya sibuk dengan tabletnya. “Kita masih nunggu orang,” ujar Lex akhirnya menatap Melati, lalu mengangkat tangan pada pelayan. “Kamu pesan dulu. Kami sudah, tinggal nunggu makanan datang.”Melati segera memesan makanan dan minuman setelah pelayan datang. Sesudahnya, barulah ia mengajukan pertanyaan lagi.“Kita lagi nunggu siapa?” tanya Melati lalu berdecak kecil. “Padahal aku sudah janji mau ngajak Zetta jalan.”“Tunda dulu,” ujar Pras melihat jam tangannya sekilas. “Ada pekerjaan yang harus kamu selesaikan.”“Tapi ini bukan agenda Pak Kaisar, kan?” Melati mencondongkan tubuh setelah melipat kedua tangan di atas meja. “Jadi, apa pekerjaannya dan siapa yang lagi kita tunggu.”“Dia.” Lex menyerahkan tablet yang dipegangnya pada Melati. “APA!” Saat melihat nama sekaligus data yang tertera di layar, Melati langsung terbelalak. “Jadi kita lagi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status