แชร์

Part Time Job

ผู้เขียน: HannaH Ell3
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-07-10 16:06:41

"Kok, kayaknya seneng banget lo?" tanya Meity, kebingungan dengan sikap Rosa. Tadi di kelas mengeluh, ditinggal sebentar wajahnya sudah terlihat bunga-bunga. Namun, itu hanya khayalan Meity saja.

"Iya, tadi Esa datang menemuiku," sahut Rosa, senyum-senyum sendiri.

"Sejak jalan dengan Esa, lo jadi suka ketawa sendiri," ejek Meity, membuat Rosa menimpuk sahabatnya dengan kertas fotokopi yang dipegangnya.

"Aku hanya merasa bahagia tak boleh?" dengkus Rosa, mendelik kesal.

Meity tidak menjawab. Ia hanya mesam-mesem menggoda Rosa yang mulai salah tingkah. Sembari menyeruput minumannya, ia menatap wajah Rosa yang memerah.

Rosa segera menghabiskan makan siangnya. Ia masih bersungut, "Ayo, abis ini aku mau cari tempat magang!"

"Ciee, marah ...." Meity menyenggol bahu Rosa. 

"Mana ada nyah, Mei. Seriuslah sikit," keluh Rosa, mengambil tas ranselnya dan beranjak. 

Rosa berjalan mendahului Meity keluar dari kantin. Meity meneguk jus miliknya yang masih setengah, kemudian berlari mengejar Rosa. Ia berteriak heboh, "Weeei! Tunggu!"

"Kau heboh kali, aku malu dilihati orang tau!" decak Rosa, melirik sahabatnya yang telah menyejajarkan langkah mereka.

"Iya, maaf. Jadi, kita mau magang di mana?" Meity membuka-buka surat kabar Bandung. Mencari-cari perusahaan yang kira-kira menerima murid magang.

Rosa mengambil surat kabar itu, lalu membuangnya ke tempat sampah. Meity melongo melihat kelakuan sahabatnya. Namun, ia tetap mengikuti langkah tegap Rosa keluar dari gerbang kampus. 

Mereka menunggu busway yang menuju ke Lembang di halte terdekat. Meity celingukan mencari sesuatu. Rosa mengerutkan dahi, terheran-heran dengan sikap Meity.

"Kau cari apa?" tanya Rosa, mencari tidak sabar.

"Gue lagi nyari busway lah, lama banget, sih. Mana siang ini matahari terik lagi," keluh Meity, semakin aneh.

"Nanti juga kelihatan, tak usah nyah kau cari!" seru Rosa, semakin kebingungan.

Meity malah terkekeh-kekeh. Ia menggaruk rambut cokelat panjangnya yang tidak gatal. Akhirnya, ia berkata, "Kita mau ke mana, sih?"

"Kau, nih ...." Rosa menghela napas panjang. "Kita mau ke Lembang di sana ada perkebunan teh atau strawberry. Coba melamar ke sana."

"Oh, oke!"

"Kujitak pulak kepala kau!"

"Maaf, deh. Memangnya kita gak bisa melamar ke perusahaan. Kerja di kantoran?"

"Kenapa pulak kau mendaftar ke jurusan pertanian?"

"Terpaksa!"

"Alamak, gila pulak kau, nih. Biar terpaksa pun orang tua sudah bayar uang cukup banyak."

Meity hanya mengangguk, kemudian tersenyum manis. Kulit hitamnya yang terawat menambah manis senyumannya. Ia kembali melongok untuk melihat busway yang melintas di jalan raya.

Rosa menahan tubuh Meity, ia memekik, "Awas, kena pulak kepala kau kesambar nanti!"

Meity hanya tersenyum, membuat kesal Rosa dengan tingkah konyol Meity. Akhirnya, busway berhenti di depan mereka. Segera masuk dan duduk bersebelahan. Beruntung busway kosong.

Mereka turun di halte Surapati dan naik angkot menuju Lembang. Agak berdesakan, tapi bagi Rosa perjalanan itu menyenangkan. Ia bisa saja meminta mobil pribadi kepada Anjun, pasti langsung dibelikan. Namun, ia ingin hidup mandiri tanpa fasilitas dari orang tua dan abangnya. Hanya saja, mereka tidak melepaskannya begitu saja. 

Uang terus mengalir ke rekeningnya, khawatir adik kesayangan Anjun itu kelaparan di Bandung. Rosa berulang kali meminta orang tua dan abangnya untuk menjatah uang bulanannya. Namun, tidak didengarkan.

Sementara lamunan Rosa buyar, mereka telah tiba di perkebunan strawberi. Rosa membayar ongkos angkutan mereka berdua. Setidaknya, ia mambantu Meity meminimalkan pengeluarannya selama di Bandung. Seringkali ia membantu membayari akomodasi bila ada tugas ke luar ruangan.

"Waw, keren!" pekik Meity, ia berjalan melengang masuk ke sebuah kafe strawberi.

"Kau mau ke mana? Kita ke kebunnya bukan mau ngafe." Rosa menarik tas bahu Meity, hingga tubuh kecilnya terseret.

"Sabar napa, Ros?" keluh Meity, membenahi tas bahunya yang nyaris putus akibat tarikan sekuat tenaga dari Rosa.

Mereka menemui pemilik perkebunan strawberi. Pemilik perkebunan beserta kafe strawberi itu bernama Anggara, bukan asli orang Bandung. Ia berasal dari Jakarta berdarah Jawa.

Pria dewasa berusia tiga puluh tahun itu menyambut Meity dan Rosa. Rosa menyatakan niatnya untuk magang di tempat itu sebagai tugas untuk kuliah kerja nyata. Angga menyetujui niat Rosa. Mereka akan bertugas di kebun strawberi.

Tugas mereka tidak sulit. Akan ada jadwal shift untuk memeriksa setiap tanaman strawberi. Memberi pupuk dan menyetel penyiram otomatis. 

"Kalian bisa mulai bekerja besok. Ada sedikit tambahan salary bila mampu meningkatkan jumlah panen pada strawberinya. Atau, membunuh hama tanpa pestisida," ungkap Angga, tersenyum ramah. 

"Terima kasih, Mas Angga," ucap Meity, mulai cari perhatian.

Rosa mendelik ke arah Meity untuk menjaga imej. Ia tidak mau merasa malu di hari mereka melamar pekerjaan. Angga hanya mengangguk.

Pria berambut hitam klimis yang diberi minyak rambut itu memasukkan tangannya ke dalam saku saat berbicara dengan Meity dan Rosa.  Sikapnya ramah, tetapi tidak banyak berkomentar. Menjelaskan hal yang benar-benar penting. Sisanya ia menyerahkan semua kepada Meity dan Rosa.

"Terima kasih, Pak. Besok kami akan datang tepat waktu menyesuaikan jadwal perkuliahan dengan shift kerja," kata Rosa, sopan.

"Panggil mas saja. Jangan bapak, saya belum bapak-bapak," sahut Angga, menatap wajah Rosa tanpa berkedip.

Meity mengulum bibir, menahan senyum. Ia sudah tahu. Siapa saja yang melihat Rosa akan langsung tertarik pada pandangan pertama. 

To be continue

HannaH Ell3

Terima kasih telah membaca cerita ini. Baca juga Elevator Game. Kisah misterius tentang pembunuhan di elevator.

| ชอบ
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Deceitful Love   The Bitter Truth

    "Baiklah. Asal kau jujur sama Abang." Anjun mengalah. Ia pun tidak tega melihat adiknya menangis hingga tergugu seperti itu. Rosa mengangguk. Ia mulai bercerita. Di mulai dari dua tahun yang lalu. Rosa telah menjalin hubungan bersama Johansen selama dua tahun. Jo berhasil merebut hati Rosa dengan perlakuan yang amat manis. Selama dua tahun itu, Jo bersikap lembut dan perhatian. Hingga malam kelulusan, Jo datang menemui Rosa. Ia mengajaknya ke villa milik ayahnya di Lembang. Di villa itulah semua berawal, Rosa menyerahkan mahkotanya yang paling berharga kepada Jo. Ia begitu yakin bahwa Jo mencintainya. Bahkan, Jo berjanji akan menikahinya setelah ia memperoleh pekerjaan tetap. Setelah acara wisuda, ia merasa malu kepada ayah dan ibunya. Bahkan, tidak berani menatap wajah abangnnya. Ia meminta izin kepada orang tuanya untuk bekerja selama dua tahun sebagai pengalaman. Sebenarnya, Rosa hanya beralasan saja. Ia malu untuk menghadapi kedua orang tuanya. Jika mereka sampai mengetahui k

  • Deceitful Love   Bombshells

    "Haaah! Dokter kandungan?" "Iya, kamu sedang hamil. Hanya saja saya tidak dapat memastikan, kecuali kamu mau mengetesnya dengan alat tes kehamilan. Atau, kamu mau mengatakan kapan terakhir kali kamu menstruasi." Rosa bersemu merah. Merasa jengah karena harus bercerita kepada dokter laki-laki di depannya. Ia juga tidak ingin aibnya dibuka kepada orang yang tidak dikenal. Melihat reaksi Rosa, dokter tersebut tidak memaksa. Ia memberikan resep, lalu berkata, "Istirahat dan makan yang cukup, ya." "Terima kasih, Dok," sahut Rosa, menunduk malu. Rosa bersyukur dokter tersebut memahami situasi, tanpa memaksanya untuk bercerita. Ia benar-benar kalut saat itu. Bingung dengan situasi yang menimpanya. "Kenapa harus sekarang? Kenapa harus hadir di saat hubungan kami mulai renggang?" Rosa menangis dalam hati. Rosa menyadari bahwa itu kesalahannya. Ia t

  • Deceitful Love   Change

    Rosa sama sekali tidak punya janji dengan Jo hari itu. Hubungan mereka yang baru dua hari tidak terlalu banyak berkomunikasi karena Rosa yang agak sibuk mengejar ketinggalannya. Begitu pula dengan Jo yang bertekat untuk segera lulus kuliah. Jo sudah menunggak dua tahun selama kuliah di Jakarta. Seharusnya, ia sudah lulus. Hanya saja, akibat perbuatannya selama mengikuti balap liar bersama teman satu geng, membuatnya harus menerima untuk diskors bahkan dikeluarkan. Jo tidak ingin itu terulang kembali. "Jalan ke club, yuk. Kamu sudah terlalu banyak belajar.""Gak mau, Jo. Di sana berisik banget," keluh Rosa, menolak ajakan Jo. "Ya, udah. Ke kafe seberang kampus aja. Gimana?""Baiklah. Ayo, berangkat sekarang." Rosa dan Jo semakin lama semakin dekat. Hubungan mereka sangat romantis di awal. Hingga keduanya lulus bersama dan mulai bekerja di bidang masing-masing. *** "Kamu keterlaluan, Jo!" pekik Rosa, penuh amarah dan kese

  • Deceitful Love   New Relationship

    "Aduh, ngapa pulak dia kasih-kasih aku barang ini?" "Mana gue tau. Tanya sendiri sana masih di bawah orangnya, tuh." Meity sibuk menghabiskan sarapan Rosa."Kau tidak ke kampus?" Meity menggeleng dengan mulut penuh. Pipinya menjadi gembul akibat makanan yang dikunyah. Acuh tak acuh walau Rosa telah mendelik kesal. "Ya, sudah. Kau tinggal di kos dulu. Aku mau ke kampus mengejar ketinggal," ucap Rosa sembari membereskan beberapa buku yang harus dibawanya. "Lo udah baikan emangnya?""Udah, kok, bye ...." ***Rosa berjalan tergesa-gesa menuju ruang kelasnya. Ia tidak menyadari ada seseorang yang mengikuti langkahnya sedari menginjakkan kaki di depan gerbang universitas. Orang itu ialah Jo. Jo berjalan mendekat dan menepuk pundak Rosa. Ia berkata, "Kenceng banget jalannya." Rosa menoleh dan melambatkan langkahnya. Ia menekan perasaannya sehingga dapat menampilkan wajah biasa. Bahkan tersenyum ramah kepada Jo. "Eh, k

  • Deceitful Love   Confirmation

    Selama satu minggu Rosa meringkuk di kamarnya. Esa mencarinya ke mana-mana, di kampus tidak ada, di indekos diusir. Meity terus menemani Rosa. Terkadang Susan datang untuk menjenguk dan menanyakan keadaan Rosa. Rosa benar-benar tidak ingin ditemui oleh siapa pun, terutama Esa. Anjun berulang kali menelepon yang juga tidak dijawab. Ia meminta tolong kepada Susan untuk melihat keadaan Rosa dan menghajar lelaki yang telah menyakiti hati adiknya itu. *** "Sumpah, Kak. Aku gak melakukan hal itu." Esa ditanyai oleh Susan di ruangan kantornya. "Lalu apa ini?!" Susan melemparkan foto-foto ke wajah Esa. Esa terperangah mendapati foto-foto tersebut. Ia sama sekali tidak pernah pergi dengan wanita yang ada di dalam foto. Ia mengamati gadis itu dengan seksama. Mata Esa melebar saat melihat siapa wanita yang ada dalam foto. Ia memandang wajah murka Susan, susah payah untuk mengendalikan ketakutannya. "Bu–bukankah dia, Milia?" "Ya, dia Milia

  • Deceitful Love   True Nature

    Telah hampir enam bulan Rosa berhubungan dengan Esa. Jo masih mendekati dengan berbagai cara. Juga rencananya telah tersusun matang. "Ros, nanti pulang jam berapa?" tanya Jo saat melihat Rosa melintasi lapangan basket dan ia mengejarnya. "Hmmm jam tiga sudah di kosan. Kenapa pulak rupanya?""Tak apa. Sekarang mau ke mana?""Ke kantin lah, mau makan siang. Kau tak makan siang?" Jo menggeleng. Lalu tersenyum sembari mengedipkan sebelah matanya. Rosa merasa jengah. Bibir ranumnya cemberut. Dengan sebal, ia pergi tanpa pamit lagi kepada Jo. Jo menyeringai menatap punggung Rosa melalui sudut matanya. Ia akan melancarkan rencana untuk memisahkan Rosa dan Esa. Membuat Esa dibenci oleh Rosa dan gadis Batak itu akan menjadi miliknya. *** Malam hari Rosa menerima sebuah paket tanpa nama. Setahunya, ia sama sekali tidak belanja online. Keluarga di Berastagi juga tidak mengabarinya tentang paket. Rosa penasaran dengan isi paket yang

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status