Share

#4 - BIDUAN DANGDUT

Auteur: Muthi Mozla
last update Dernière mise à jour: 2023-09-27 04:55:52

Rossa membantu Inah menyiapkan perlengkapan jualan sarapan. Bila pagi, Inah menjual menu sarapan dan kue-kue basah titipan tetangga. Ada nasi uduk, kupat sayur dan aneka gorengan. Kue-kue basah titipan tetangga ada papais pisang, kue cantik manis, kue lumpur dan aneka macam lainnya. Sejak fajar mulai menyingsing pembeli sudah ramai.

Ada satu pembeli berpakaian necis yang sepertinya sudah berlangganan. Usianya sekitar empat puluh tahunan. Ia terlihat akrab dengan Inah. Begitu melihat Rossa yang melayaninya, pria itu tampak sangat tertarik.

“Siapa ini, Bi Inah?” tanya lelaki yang diketahui bernama Basir itu setengah berbisik.

“Keponakan saya, Pak Basir. Awas, ya, jangan macam-macam. Ingat loh, di rumah sudah ada empat istri. Yang kelima haram,” ujar Inah tegas. Basir terkekeh mendengar sindiran dan kode keras dari Inah.

“Kan bisa dicerai salah satunya, biar tetap empat,” kilah lelaki hidung belang itu.

“Jangan gitu loh, Pak Basir. Hati-hati karma. Apalagi anak Pak Basir kan perempuan semuanya.” Bi Inah berujar tanpa menoleh. Ia sibuk melayani pembeli yang silih berganti. Sementara Rossa terlihat kewalahan juga. Tumben pagi itu pembeli lebih membludak dari biasanya.

Basir terlihat kikuk. Sedikit malu juga karena beberapa mata memandang ke arahnya. Lelaki itu memang sudah terkenal sebagai pria hidung belang. Tapi tak pernah kapok bergunta-ganti istri. Kawin-cerai sudah biasa.

“Rapi amat, Pak Basir. Ada jobkah?” tanya seorang ibu pada Pak Basir.

“Iya nih, Bu RT. Ada job manggung di desa sebelah.” Basir terlihat sedikit kikuk. Pandangan mata si ibu agak lain dari biasanya. Seolah tidak nyaman dengan kehadiran Rossa.

Rupanya Bu RT yang menegur Basir. Keduanya pernah diisukan terlibat skandal meskipun tidak ada bukti dan saksi. Baru sekadar praduga masyarakat karena melihat keintiman hubungan keduanya.

“Oh gitu. Nanti saya ke sana deh. Mau ikut nyawer,” timpal Bu RT yang hanya dibalas anggukan Basir. Lalu perempuan itu beranjak pergi dengan langkah gemulai dan pinggul yang sengaja digoyang. Jelas, mata jelalatan Basir tidak bisa lepas dari pemandangan ini. Bu RT dikenal sebagai perempuan berusia matang paling cantik di desa ini.

“Ehem,” Inah berdeham membuat Basir gelagapan. Rossa yang melihat kelakuan pria itu jadi merasa risih.

“Duh, pusing saya. Ada biduan yang nggak bisa datang hari ini karena keseleo. Mana bisa menggoyang panggung kalau kakinya keseleo.” Basir menepuk keningnya. Mencari biduan dangdut yang digemari penonton itu sulit. Apalagi timnya sudah terkenal dengan biduannya yang cantik dan aduhai.

“Bapak butuh biduan? Kalau nggak keberatan, saya siap menggantikan, Pak. Sebelumnya saya juga biduan walau biduan kampung,” Rossa menawarkan diri. Bi Inah tersentak kaget mendengar pengajuan diri Rossa yang tanpa kompromi dengannya.

“Wah, jelas saya sangat tidak keberatan, Neng Rossa.” Mata jelalatan lelaki buaya ini sibuk memindai tubuh Rossa dari ujung rambut hingga ujung kaki.

“Tapi, pakaiannya nggak boleh begini, ya.” Pria itu melirik daster yang dikenakan Rossa. “Minimal harus berpakaian ketat lah,” tambahnya.

“Pakaian manggung saya tertinggal di rumah, Pak. Saya hanya membawa kemeja dan jeans.”

“Tenang saja. Tim kami sudah menyiapkan wardrobe khusus untuk biduan kami.” Pria itu kembali memindai tubuh Rossa. Bi Inah menjadi risih. Ia lalu menarik Rossa ke dalam rumah.

“Jangan buat bi Inah khawatir, Ros. Semua orang tahu siapa Basir,” cegah Inah.

“Bi Inah tenang aja. Rossa bisa jaga diri kok.” Rossa menggenggam jemari Inah untuk menenangkannya. Lalu mengajak wanita itu kembali menemui Basir.

“Saya siap, Pak Basir.”

“Panggil saya kakang atau aa saja, Neng. Terlalu tua kalau dipanggil bapak,” ujar Basir dengan genit. Rossa hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.

“Kamu saya tunggu di rumah sekitar jam 7 yah,” pesan Basir.

***

Acara hajatan di desa ini ternyata begitu besar. Tamu undangan selalu terlihat penuh. Kecantikan Rossa dengan wajah khas kearaban itu menjadi pusat perhatian siapa pun yang memandangnya. Apalagi dengan kostum yang dikenakannya saat itu. Mampu membuat mata setiap lelaki tak berkedip karena lekuk tubuhnya yang nyaris sempurna. Semua mata tersihir ke arahnya. Saweran saat Rossa menyanyi juga paling banyak nominalnya hingga membuat biduan lain menggunjing dirinya di belakang.

Di antara para tamu undangan, ada satu wajah yang sangat familiar.

Rusydi, ternyata menjadi salah satu tamu undangan empunya hajat. Beberapa kali tatap mata Rossa dan Rusydi hampir bertemu. Tapi Rusydi selalu memalingkan wajah saat Rossa menoleh ke arahnya. Rossa ingin menghampiri Rusydi, tapi tamu sangat ramai. Apalagi beberapa penonton ingin Rossa lebih sering tampil bernyanyi. Padahal Rossa menari dan bergoyang ala kadarnya, tidak selincah biduan lainnya. Benar-benar kehadiran Rossa membawa peruntungan besar bagi tim Basir.

Selepas acara, rupanya Rusydi belum pulang. Lelaki itu sengaja menunggu Rossa. Begitu keadaan lengang, bergegas ia menghampiri Rossa yang sudah menuruni panggung.

“Ros, pulang dengan siapa?” tanya Rusydi.

“Mungkin dengan Pak Basir. Tadi kami berangkat bersama,” jawab Rossa. Basir yang masih berada di atas panggung menatap tak suka ke arah keduanya.

“Abang antar pulang, ya. Biar aman. Abang khawatir dengan pakaian yang seketat ini kamu diganggu orang.” Rusydi menunggu jawaban Rossa sambil menundukkan pandangannya.

“Nggak ngerepotin, Bang?”

Rusydi menggeleng.

Rossa pun berpamitan pada Basir. Lelaki hidung belang itu awalnya keberatan. Tapi setelah Rossa bilang bahwa Rusydi adalah kerabatnya, Basir akhirnya mengizinkan. Tapi tatapannya terus mengawasi.

Selama perjalanan tak banyak obrolan antara Rossa dan Rusydi. Keduanya lebih memilih diam. Rusydi pun baru tahu soal pelarian Rossa pagi tadi. Kampung menjadi geger karena ulah Mak Nani yang menceritakan macam-macam soal Rossa.

Sesampainya di rumah Inah, Rossa mempersilakan Rusydi mampir. Tapi pemuda itu menolak karena waktu sudah larut malam. Rusydi pun berpamitan. Sebelumnya, Rossa sempat menuliskan nomor barunya pada secarik kertas dan menyelipkannya di kantung jaket Rusydi.

“Itu nomor Rossa, Bang. Tolong disimpan, ya,” pinta Rossa disertai senyuman termanisnya. Jujur, ia tak dapat memungkiri perasaannya saat dulu pada Rusydi kini kembali bersemi. Ia terlalu bahagia diantar Rusydi malam ini.

Rusydi melajukan motornya. Berpamitan pada Rossa yang berdiri mematung hingga punggung lelaki itu tak terlihat lagi.

***

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #30 - KEDATANGAN ANDRA DI RUMAH JUBAEDAH

    Urusan perpindahan sekolah Rani dan adik-adiknya sudah beres. Tinggal membantu bibinya melunasi utang-utangnya kepada rentenir. Rossa banyak menggelontorkan sejumlah uang demi membantu adik sepupu bapaknya itu. Di dapur, ibu dan Bi Sari sibuk mengadon kue. Ibu sudah dibekali Rossa usaha bakery. Sementara ini berproduksi skala rumahan karena baru merintis. Bila sudah berjalan lancar, barulah Rossa mencarikan tempat untuk disewa atau dibeli.Sementara bapak sudah dimodali mobil dan motor second untuk usaha angkot dan ojeknya. Masing-masing satu buah kendaraan. Bila usaha bapaknya lancar, barulah menambah jumlah kendaraannya. Tapi bukan bapak yang menyupiri. Bapak hanya tinggal menerima setoran dari supir angkot dan pengemudi ojeknya nanti. Rossa tidak ingin kedua orang tuanya di masa tua masih kerepotan mencari uang sana sini. Apalagi jika teringat masa-masa sulit dulu. Sekadar mencari pinjaman untuk sarapan saja sulit. Tidak jarang kedua orang tuanya harus menjadi kuli dulu agar m

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #29 - Terlilit Utang

    Rossa dan kedua orang tuanya telah sampai di lobby apartemen yang ditempati Rossa. Tampak Bi Inah dan ketiga anaknya sudah menunggu di sofa ruang tunggu. Mereka membawa tas berukuran besar yang tergeletak di atas lantai.Begitu melihat Rossa, mereka langsung menghambur dan memeluk gadis itu. Bi Inah mengisakkan tangis.“Mari kita ke apartemen Rossa dulu, yuk,” ajak Rossa sambil merangkul bahu Bi Inah yang masih terguncang dan mengisakkan tangisnya. Sementara Jubaedah menuntun Rani dan kedua adiknya. Mereka memasuki lift dan meluncur ke lantai tiga.Sesampainya di apartemen, Rossa menyediakan minum untuk para tamu kesayangannya ini. Bi Inah langsung meneguk hingga tandas minuman berwarna oranye dengan rasa jeruk. Lalu Rani dan kedua adiknya juga ikut meneguk minuman yang terlihat menyegarkan dahaga itu. Mereka terlihat sangat kehausan.“Maaf, minumnya jadi habis, Rossa. Kami kehausan. Mau beli minum tidak punya uang sepeser pun,” jelas Bi Inah dengan raut wajah yang sendu dan membu

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #28 - Bi Inah

    “Rossa lagi sibuk ngga?” tanya Rusydi dari seberang telepon.“Ngga, Bang. Ini habis ngobrol sama ibu soal keadaan Razan,” jawab Rossa sambil melepas jarum pentul yang mengunci hijab pashminanya. Gadis itu belum terbiasa mengenakan hijab. Tampak wajah cantik khas Timur Tengah miliknya sedikit berkeringat.“Abang lupa bilang. Tadi abang simpan box hadiah di minibar. Mudah-mudahan masih ada. Itu sengaja abang kirim buat Rossa. Karena tadi Rossa sibuk mengobrol dengan Razan, jadi abang kelupaan ngasih ke Rossa. Mohon diterima, ya.”“I-iya, Bang. Sebentar Rossa cek dulu, ya.”Rossa lalu berjalan menghampiri minibar. Benar, box berwarna merah muda itu masih tersimpan dengan baik.“Merah muda warnanya, Bang?” tanya Rossa memastikan.“Iya. Warna kesukaan Rossa, kan?” Rossa mengulum senyum dan tersipu malu. Ternyata pemuda itu masih ingat dan hafal apa warna kesukaannya. Rossa menyukai dua warna, merah muda dan ungu. Bahkan dekorasi kamarnya ini pun bernuansa pink dan ungu.Pelan-pela

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #27 - API CEMBURU

    Pandangan mata Rusydi mengawasi gerak-gerik pemuda yang sedang mengobrol dengan Rossa. Setelah acara tasyakuran, pria yang tidak dikenal Rusydi itu tidak langsung pulang. Dia sengaja menunggu Rossa.Sikap Rossa yang terlihat hangat dan ramah membuat hati Rusydi dibakar api cemburu. Namun ia harus bisa menahannya. Bagaimana pun mereka berdua tidak memiliki hubungan apa pun meskipun Rusydi sudah mengutarakan perasaannya. Rossa hingga kini belum memberi jawaban.“Baiklah, Rossa. Kapan-kapan aku mampir ke apartemenmu, ya. Jangan lupa simpan nomorku,” pesan Razan. Pemuda itu meninggalkan rumah ibu Rossa dan berjalan menghampiri mobilnya yang terparkir agak jauh dari rumah itu. Rossa berbalik hendak memasuki rumah.Namun tiba-tiba beberapa warga berteriak histeris. Terdengar suara rintihan kesakitan yang Rossa kenal. Bergegas Rossa menghampiri asal suara. Disusul Rusydi di belakangnya.Di luar rumah para warga berkerumun mengelilingi seseorang yang terluka akibat luka tusuk di perutnya.

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #26 - IDENTITAS INISIAL R TERUNGKAP

    Ponsel pintar Rossa berdering beberapa kali dan bersumber dari telepon nomor tidak dikenal. Bi Sari sampai kebingungan mengapa majikannya tidak mau mengangkat telepon itu. Padahal sejak tadi aktivitasnya menonton TV terganggu karena suara bisingnya.“Non, kenapa ngga diangkat dulu?” tanya Bi Sari dengan sopan. Wanita itu tengah membersihkan laci-laci menggunakan kemoceng dan lap basah.“Biarin aja, Bi. Nomornya ngga dikenal. Paling juga orang iseng,” jawab Rossa sambil terus mengunyah keripik singkong buatan ibunya. Jubaedah sudah tidak tinggal di apartemen ini. Ibu Rossa itu sudah menempati rumahnya sendiri. Malam ini akan diadakan tasyakuran. Pagi ini Rossa akan berkemas untuk menginap di rumah baru ibunya selama beberapa hari. “Bi, nanti tolong kemasi barang-barang keperluan saya, ya. Jangan lupa skincare yang saya pakai jangan sampai ketinggalan. Sekalian pakaian bibi juga dikemas. Kita akan menginap sekitar tiga hari di rumah ibu,” pinta Rossa.“Baik, Non. Siap, laksanakan!” sah

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #25 - KEDATANGAN MAK NANI

    “Rossa ... keluarlah! Pangeranmu sudah datang!” Dengan begitu percaya diri Ilyas memanggil nama Rossa. Wanita yang sedang mengintip dari balik gorden itu tampak kesal dan tak menghiraukan. Rossa menoleh ke arah Rusydi yang tampak keheranan. Pemuda itu penasaran dan akhirnya ikut mengintip. Ia menertawakan tingkah kakak ipar Rossa yang begitu aneh itu.Bagaimana tidak? Lelaki itu datang dengan gaya berpakaian ala A Rafiq, penyanyi dangdut legendaris yang sering mengenakan celana jeans model cutbrai. Lengkap dengan kacamata hitam yang bertengger di batang hidungnya dan rambut klimis. Belum lagi, wanita yang selalu menempel di lengannya seperti prangko, si ‘janda herang’ Kartika. Perempuan itu seperti tidak punya harga diri, dengan beraninya menggaet suami orang.“Kakak iparmu itu lucu sekali, Rossa. Sifatnya tidak berubah sejak kecil, ya. Jauh berbeda dengan Saleh,” ujar Rusydi berkomentar. Rossa pun tersenyum sinis.“Iya, tuh. Entah kenapa Bang Saleh harus bersaudara dengan lelaki t

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #24 - SELESAI RENOVASI

    “Gimana, Ros? Kamu terdampak pelet si Andra ngga?” tanya Jelita penasaran. Wanita itu tahu, kemarin Andra dan Rossa berjanji bertemu di kafe biasa mereka ketemuan.“Alhamdulillah, aman, Bu. Ngga terjadi reaksi apa pun pada saya. Perasaan saya masih seperti sebelumnya. Andra bukan tipe saya,” jawab Rossa dengan santai. Ia baru saja selesai mandi dan akan bersiap mengenakan pakaiannya. “Bagus, Rossa. Sepertinya penangkal pelet yang saya berikan kemarin sangat ampuh.”“Sepertinya begitu, Bu.”“Oh, ya. Saya sudah mengirim sejumlah uang ke rekeningmu. Kerjamu bagus, Rossa. Saya suka,” puji Jelita. Entah sudah berapa banyak rupiah ia gelontorkan untuk membayar gadis itu. Sebenarnya, Jelita seorang dermawan. Ia dan suaminya tidak sulit mengeluarkan uang untuk siapa pun. Apalagi yang membutuhkan. Hasil jerih payah mereka pun murni karena kerja keras. Bukan hasil pesugihan dan menumbalkan apa pun. Mereka juga tidak menggunakan penglaris dalam usahanya. Saat mendengar kisah Rossa dari

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #23 - INISIAL R

    Akhirnya, Andra bisa bernafas lega karena Rossa mau bertemu dengan dirinya. Mereka akan bertemu di kafe biasa di jam biasa juga. Andra sudah berpesan pada istrinya agar tidak menunggunya pulang karena ia akan bertemu klien. Kebohongan yang biasa ia perbuat, seperti biasanya. Tapi wanita itu hanya mengangguk dan menurut. Pelet yang digunakan Andra membuat wanita itu takluk dan tak bisa membantah.Sepulang kerja, mobil Andra langsung melaju menuju kafe yang dituju. Tak sengaja Andra melihat mobil yang biasa dipakai Rossa sudah terparkir di parkiran. Artinya wanita itu sudah lebih dulu datang. Tidak biasanya gadis itu datang duluan. Sepertinya Rossa mulai terpikat padanya, pikir Andra. Ia memuji kerja si dukun yang ternyata memiliki minyak yang begitu ampuh. Buktinya, belum bertemu pun Rossa sudah terlihat antusias menyambut kehadirannya.Dengan langkah penuh percaya diri, Andra berjalan memasuki kafe. Di sofa yang biasa ia tempati, seorang gadis cantik sudah menunggu dirinya. Gadis it

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #22 - PENANGKAL PELET

    Jelita segera meminta Rossa datang ke rumahnya. Ia dan Anwar sudah mendapatkan jimat penangkal pelet dari seorang dukun langganan kerabatnya. Jimat itu berbentuk ikat pinggang dengan tali kecil dan gandulan dari buntalan kain. Saat gadis itu tiba di rumah Jelita, wanita itu segera menarik lengannya dan membawanya ke sebuah ruangan. Ruangan yang biasa ia pakai untuk membriefing Rossa.“Angkat sedikit bajumu, Rossa. Aku akan memakaikan ikat pinggang ini. Ini adalah jimat penangkal pelet.”Rossa menurut. Ia mengangkat sedikit baju bagian atasnya lalu Jelita memakaikan ikat pinggang itu di pinggang Rossa yang ramping.“Pas sekali,” ujar Jelita. “Kali ini kita tidak perlu khawatir dirimu akan terkena guna-guna lelaki hidung belang itu, Rossa. Tapi berhati-hatilah. Jimat ini harus kau lepas saat mandi,” pesan Jelita.Rossa tidak banyak bicara. Gadis itu hanya menagangguk dan menuruti apa yang diinginkan oleh orang yang menyewa jasanya.“Lalu apa lagi rencana kita, Bu?” tanya Rossa. I

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status