Share

Bab 3

Author: Widya Julian
Namun, aku tak punya waktu untuk berhenti. Aku menggertakkan gigi dan memaksakan diri berdiri, lalu mengerahkan seluruh tenaga berlari menuju rumah Keluarga Pholin di sebelah.

Aku tak peduli lagi kaki yang membeku dan terluka parah karena terjebak di salju, yang kupikirkan hanya satu hal, yaitu berlari sekuat tenaga tanpa henti.

Meskipun rumahnya di sebelah, jaraknya sebenarnya hampir satu kilometer.

Udara dingin menusuk tenggorokan, tapi aku tak berani memperlambat langkah.

Karena aku tahu, di kehidupan sebelumnya, yang masuk ke rumah bukan hanya satu orang!

Saat aku jatuh tersungkur di depan gerbang besi rumah Keluarga Pholin, aku memukul-mukul pintunya dengan sisa tenaga sambil berteriak serak,

“Willy! Buka pintu! Tolong! Ada perampok masuk ke rumahku, tolong selamatkan ibuku!”

Gerbang besi akhirnya terbuka dengan bunyi berderit pelan. Willy berdiri di ambang pintu dengan dahi mengernyit.

Dia mengenakan mantel kasmir tebal yang hangat, tapi wajahnya sama sekali tak menunjukkan kehangatan.

Dia menatapku yang tersungkur di salju, lalu perlahan berkata,

“Kiana, aktingmu semakin bagus sekarang, ya.”

Nada suaranya sinis, bahkan sedikit mengejek.

Dadaku terasa sesak, kepalaku terasa pusing.

“Willy! Aku nggak bercanda, ini bukan main-main, ibuku sedang dalam bahaya!”

“Tolong kirim orang ke rumahku untuk selamatkan ibuku!”

Willy pun melihat tubuhku yang penuh luka dan tampak malang, lalu menggeleng pelan sambil mencibir,

“Kalau bukan karena kakakmu bilang kamu iri sama Mia dan nekat buat skenario perampokan, mungkin aku sudah percaya juga.”

Aku buru-buru menjelaskan, “Jangan dengar kata kakakku, ini benaran!”

“Aku sudah lapor polisi barusan, tapi mereka belum sampai. Tolong, ibuku ditusuk dan sudah nggak kuat!”

Di kehidupan sebelumnya, aku tak tahu apakah setelah itu ketiga perampok itu ada melampiaskan emosi pada ibu atau tidak.

Yang jelas aku dan ibu berjuang mati-matian melawan mereka, tubuh kami sampai dipenuhi luka dan memar.

Bagian bawah tubuhku robek, sementara ibu akhirnya hanya bisa terbaring koma menjadi manusia vegetatif.

Kali ini, aku kembali hidup, aku tak mau ibu kehilangan nyawanya karenaku!

Aku mengeluarkan ponsel dan menunjukkan bukti laporan polisi kepada Willy, tapi dia tetap tak percaya.

Sebaliknya, dia malah mencibir lebih keras dengan nada penuh ejekan, “Wah, kali ini mainnya serius? Sampai lapor polisi segala?”

“Skema perampokan yang kamu rancang sendiri, akting drama sebagai korban kali ini nyaris membuatku percaya. Harus kuakui, kamu memang hebat.”

“Willy! Kamu sudah gila?! Ini sungguhan!”

Teriakku sekuat tenaga, suara serak dan tangis membuat pandanganku kabur.

Namun, semua teriakanku tak mampu menggoyahkan keyakinannya.

Dia berbalik hendak pergi, tapi aku buru-buru meraih tangannya.

“Kumohon! Ibuku benar-benar butuh pertolongan! Kalau kamu nggak pergi sekarang, dia bisa mati! Dia benaran bisa mati!”

Dia menunduk menatapku, tetapi tatapannya tetap dingin tak berperasaan.

“Kiana, kakakmu sudah bilang padaku, tak peduli seberapa ribut kamu, aku tak perlu ikut campur.”

Kata-katanya menusukku seperti pisau.

Sebelum Mia muncul, Willy adalah sahabat masa kecilku. Dia selalu lemah lembut dan perhatian padaku.

Bahkan setelah kami bertunangan, dia semakin memanjakanku.

Namun, semuanya berubah sejak wanita itu muncul.

Willy mulai bersikap dingin, kakakku pun perlahan menjauh dariku.

Demi menyenangkan Mia, mereka rela melakukan hal-hal bodoh.

Hanya karena nama perusahaan orang lain sama dengan nama anjing peliharaan Mia, kakakku sengaja menjatuhkan perusahaan itu dan akibatnya keluarga kami tertimpa masalah ini!

Aku terduduk putus asa di tengah salju, bersujud dan memohon,

“Willy, kumohon padamu! Tolong bawa orang ke rumahku sebentar saja dan lihat sendiri keadaannya! Kumohon!”

“Bahkan kalau kamu mau membatalkan pertunangan kita juga tak apa, kumohon!”

Aku benar-benar kehilangan harapan.

Aku terus berdoa dalam hati. Berdoa agar Willy masih punya sedikit hati nurani.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Demi Selingkuhan, Kakak Rela Mengorbankan Kami   Bab 11

    Jack teringat saat pertama kali mereka bertemu.Saat itu, Mia hanyalah seorang asisten kecil. Pakaian sederhana, wajah polos tanpa riasan, tampak bersih dan murni seperti bunga lili.Mia tidak tergila-gila barang mewah dan tidak gila status. Justru karena kesederhanaan dan kemurnian itu, Jack begitu tertarik padanya.Dia pikir, perempuan inilah cinta sejatinya.Namun, Mia malah meludah kesal, “Siapa yang nggak suka uang? Kalau kamu nggak punya uang, kamu pikir aku bakal menggodamu?”“Jangan mimpi! Silakan busuk dan hancur sendirian saja di sini!”Mia merapikan pakaiannya yang berantakan dan bersiap pergi.Luka di tubuhnya bisa jadi alat untuk cari simpati dari Willy. Siapa tahu hubungan mereka masih bisa diperbiaki.Namun, baru melangkah ke pintu, dua polisi sudah menghadangnya.“Selamat siang, berdasarkan pengakuan pelaku kasus penyerangan rumah Keluarga Rosli tanggal 1 maret, kamu teridentifikasi sebagai salah satu tersangka. Mohon untuk ikut kami ke kantor.”Mia langsung panik, “Buk

  • Demi Selingkuhan, Kakak Rela Mengorbankan Kami   Bab 10

    Faktanya memang persis seperti yang sudah kuduga. Meskipun perusahaan kecil milik Jack diluncurkan dengan sangat heboh, bahkan menggelar acara pembukaan besar-besaran, nyatanya perusahaan yang mau bekerja sama bisa dihitung dengan jari.Awalnya, memang ada beberapa proyek kecil yang datang menjajaki kerja sama, sekadar karena menghormati latar belakang Keluarga Rosli.Namun Jack sama sekali tak menghargai itu. Dia bahkan sampai merendahkan mereka secara langsung, “Kalian bahkan nggak bisa kasih dana investasi yang layak, masih pantas bicara soal kerja sama di sini?”Kabar itu langsung menyebar dan perusahaan milik Jack langsung sepi peminat.Suasana di kantornya benar-benar terasa dingin seperti es.Awalnya, Mia masih bisa ikut-ikutan pamer karena berada di sisi Jack. Tapi, setelah melihat tak ada pemasukan setiap hari, dia pun mulai panik.“Jack, bagaimana kalau kita ambil proyek kecil dulu? Sekecil apapun itu, yang penting ada pemasukan….”Mia berusaha memilih kata-kata dengan hati-

  • Demi Selingkuhan, Kakak Rela Mengorbankan Kami   Bab 9

    “Cukup! Jangan memohon mereka lagi! Nggak ada ruginya putus hubungan dengan keluarga seperti mereka! Mia, ayo kita pergi.”Aku memalingkan wajah, merasa muak. Aku benar-benar tak sanggup lagi melihat drama penuh kepalsuan ini.Di kehidupan sebelumnya, saat Jack menyiksaku sampai mati, dia terus berkata, “Surat wasiat Mia sudah jelas-jelas bilang semua ini hanya sandiwaramu untuk menjebakku dan menyakitinya.”“Kekejamanmu yang membuat Mia mati dan membuat ibu sengsara!”Dulu aku pikir dia hanya dibutakan oleh Mia.Namun sekarang aku sadar, dia hanya tak mau mengakui bahwa semua bencana itu berawal dari dirinya sendiri.Dia memang sudah lama ingin membunuhku.Setelah membunuhku, hatinya pun tenang.“Tunggu!”Tiba-tiba ayah berbicara dengan nada dingin, “Kalau memang mau pergi, kamu harus pergi tanpa membawa sepeser pun. Jangan harap satu sen pun dari rumah.”Jack tertegun, sepertinya dia tak menyangka ayah akan sekeras itu.“Ayah….”“Pergi!” bentak ayah, memotong ucapannya dengan penuh

  • Demi Selingkuhan, Kakak Rela Mengorbankan Kami   Bab 8

    Kakak langsung menunjukku dan mengeluh kesal, “Semua ini ulah Kiana! Dia iri sama Mia, makanya sengaja buat ulah sampai mengarang cerita soal perampok masuk ke rumah!”“Cukup!”Ibu memotong dengan suara dingin, “Ini semua salahmu!”“Demi seorang wanita, kamu sama sekali nggak peduli dengan keselamatan keluarga sendiri. Jack, ibu benar-benar kecewa denganmu!”Setelah terluka, ibu berkali-kali telepon Jack, tapi tak pernah dijawab.Bahkan dalam kondisi setengah sadar, ibu sempat dengan suara Jack di telepon waktu perampok itu menghubunginya. Dengan santai Jack bilang, “Bunuh saja kalau mau, jangan menggangguku nonton hujan meteor dengan Mia. Sialan!”Diperlakukan sekejam itu oleh anaknya sendiri, hati ibu benar-benar sangat hancur.Wajah kakak menegang, tapi dia tetap memasang tampang seolah tak bersalah, sambil bersikeras, “Kok bisa begitu kebetulan? Aku baru saja pergi bersama para pengawal, sudah langsung ada perampok yang masuk ke rumah dan hampir membunuh kalian?”“Bu, jangan sam

  • Demi Selingkuhan, Kakak Rela Mengorbankan Kami   Bab 7

    Mia langsung bersandar di pelukan kakakku sambil terisak pelan, “Jangan, jangan sampai karena aku kalian berdua malah jadi bertengkar. Aku bakal merasa sangat bersalah….”Kakak langsung menoleh menatapku dengan tatapan marah.Wajahnya penuh dengan kebencian yang tak disembunyikan sedikitpun, “Kenapa sih kamu nggak bisa menerima Mia?”“Dia begitu baik, lemah lembut dan manis! Sebagai adik, seharusnya kamu bersyukur dia sudah menjaga perasaanku!”“Minta maaf sekarang juga ke Mia!”Tanpa banyak bicara, kakak langsung mencengkeram pergelangan tanganku dan menarikku paksa dari ranjang.Rasa sakit dari kaki kiriku yang belum sembuh langsung menyerang hebat. Tulangnya seolah mau patah.Aku tak sempat menahan diri, tubuhku langsung terjatuh berlutut di lantai. Telapak tanganku manahan dinginnya lantai keramik dan suara degungan menyakitkan memenuhi kepalaku.Kakak menatapku dengan wajah muram dan berkata dengan suara dingin, “Berdiri!”“Minta maaf ke Mia!”Aku menoleh dan menatapnya sambil me

  • Demi Selingkuhan, Kakak Rela Mengorbankan Kami   Bab 6

    Lampu ruang operasi masih menyala, tak terlihat apapun dari balik pintu yang tertutup rapat.Aku mengepalkan tangan erat-erat, berdiri kaku di depan pintu, sekujur tubuh tegang seperti seutas tali yang hampir putus.Dari belakangku terdengar langkah kaki yang pelan, Willy menyusulku.Dia melirik ke arah kakiku yang terluka dan mencoba membujuk pelan, “Kiana, luka kakimu cukup parah. Setidaknya biarkan dokter periksa dulu.”“Kalau butuh ganti perban, aku bisa bantu pantau kondisi ibumu….”“Jangan sok baik!”Aku menatapnya tajam dengan mata memerah, “Justru aku semakin nggak tenang kalau ada dirimu!”Wajahnya tampak pucat dan tak berbicara lagi.Willy berdiri di sampingku dan menelepon kakak, mendesaknya segera pulang.Lorong rumah sakit begitu sunyi, sampai-sampai aku bisa mendengar suara kesal kakak dari balik telepon,“Kamu juga percaya kebohongan Kiana?”“Dia memang suka bohong sejak kecil. Demi memaksaku pulang, dia bahkan mengarang alasan konyol seperti itu.”Willy terdengar cemas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status