Share

Dendam Membara Istri Kedua
Dendam Membara Istri Kedua
Author: Virgo Chameleon

Awal dari Segalanya

last update Last Updated: 2022-10-12 00:11:48

“Minggu depan, kalian semua saya undang ke acara pernikahan putra saya, Bagas Kuncoro, dengan perempuan cantik yang berada di sebelah saya ini, Sarah Daniawati.” Suara perempuan paruh baya itu terdengar lembut, sekaligus tegas. Pengumuman itu sekejap mengejutkan semua orang yang hadir dalam pesta. Namun, semua itu berlangsung sesaat karena riuh renyah suara tepuk tanganlah yang kemudian bergemuruh dalam ruangan.

 

'Apa-apaan ini?' Di tempatnya, Sarah, wanita yang disebutkan dalam pengumuman itu, tidak dapat menyembunyikan rasa terkejut dari wajahnya. 'Menikah?' Keringat dingin mulai membasahi gaun malam yang ia kenakan. 'Dengan Bagas?!' Kalau saja ia tidak ingat bahwa ada puluhan pasang mata yang sedang menatapnya dengan intens, mungkin dia sudah limbung saat itu juga.

 

Selagi lengan perempuan paruh baya itu melingkar di pinggangnya, seakan merantai Sarah agar tidak kabur, berbagai komentar pun mulai dilontarkan para tamu yang hadir.

 

"Selamat, Bu Retno! Kok bisa mendadak sih pengumumannya? Saya belum siapin baju nih!"

 

"Menantunya orang mana, Bu? Cantik banget sih. Nggak kalah sama yang pertama."

 

Mendengar rentetan pertanyaan yang dihujankan pada Retno--wanita paruh baya di sisinya itu--Sarah hanya bisa terperangah mendengar pembicaraan perihal 'pernikahan'-nya.

 

Manik hitam Sarah bergeser ke satu arah, pada seorang pria berparas tampan yang berdiri di tengah ruangan dengan wajah terkejut bercampur marah. Bagas, putra dari Retno yang tersebut dalam pengumuman, dengan terbuka memberikan tatapan nyalang penuh kebencian padanya.

 

'Kenapa jadi seperti ini?'

 

***

 

“Ibu bener-bener udah gila, ya?!” Sebuah seruan lantang terdengar dari tengah ruangan yang telah sepi.

 

“Lancang kamu, Gas!” balas Retno yang menatap putranya nyalang.

 

Jamuan makan malam telah selesai, dan setelah tersisa tamu terakhir—Sarah—yang terjepit situasi, perang mulut antara Retno dan Bagas tidak dapat dihindari.

 

Sarah gemetaran, merasa gugup dan resah saat sepasang ibu dan anak itu terus-menerus saling berteriak, tidak memberikan jeda sama sekali untuk bernapas. 'Aku hanya ingin membantu Ayah dan Ibu, tapi bukan seperti ini!'

 

Teringat oleh Sarah kala dirinya berada di ruang rumah sakit sang ibunda. Dengan wajah sendu, ayah Sarah menjelaskan akan mencairkan dana perusahaan untuk membayar biaya rumah sakit sang istri yang besar.

 

"Ini jalan satu-satunya," ucap ayah Sarah, baru saja selesai menjelaskan bahwa dirinya akan menutup perusahaan dan mencairkan dana yang tersisa untuk membayar biaya rumah sakit ibunda Sarah. "Hanya dengan begini ibumu bisa sembuh."

 

"Tidak, Ayah." Sarah menggelengkan kepalanya, merasa sang ayah terlewat gegabah. Wanita itu memutar otaknya, lalu teringat satu hal. "Malam Sabtu ini, aku diundang ke acara Keluarga Kuncoro. Bu Retno dan keluarganya adalah teman dekat keluarga kita, aku akan coba minta bantuan padanya."

 

Sesuai rencana, Sarah memang mendapatkan bantuan yang dia perlukan. Akan tetapi, sekarang apa? Dirinya malah dinikahkan paksa, bukan hanya tanpa persetujuannya, tapi juga penolakan dari pihak pria?

 

"Ibu! Bagas sudah punya istri!" seru Bagas dengan amarah yang menggebu. Terlihat di sisinya sosok seorang perempuan rupawan berusaha menenangkannya, tapi dengan air mata yang menuruni wajahnya. "Bagas punya Rayya! Apa maksud Ibu ingin menikahkan Bagas dengan wanita lain?!"

 

Sarah menatap wanita di samping Bagas--Rayya--istri yang pria itu nikahi lima tahun yang lalu. Dirinya bahkan diundang ke pernikahan dua sejoli itu dulu, hadir dan mengucapkan selamat dengan tulus atas pernikahan keduanya. Akan tetapi, sekarang dirinya malah menjadi orang ketiga dalam pernikahan mereka.

 

"Bu Retno," Sarah memberanikan diri untuk angkat suara, mengalihkan pandangan semua orang kepadanya. "Ini tidak benar." Wanita itu menggelengkan kepalanya. "Seperti yang Bagas bilang, dia--"

 

"Alah! Diam kamu!" potong Bagas dengan wajah marah. "Ini semua pasti ulah kamu, 'kan? Kamu yang sudah ngehasut Ibu!" tuding pria itu seraya mengambil langkah besar untuk menghampiri Sarah. Tangan mengepal di kedua sisi tubuh pria tersebut membuat perempuan itu secara refleks menghindar.

 

Melihat Bagas ingin menampar Sarah, Retno berteriak, "Alasan Ibu adalah karena istri kamu mandul!"

 

Mendengar hal itu, Bagas membeku di tempat, begitu pula dengan Sarah. Jadi, alasan Retno melakukan semua ini ... adalah karena ketidakmampuan istri Bagas untuk memberikan keturunan!?

 

"Ibu!" teriak Bagas, terkejut dengan betapa teganya sang ibu mengutarakan hal tersebut di depan wajah sang istri.

 

Belum sempat Bagas mengutarakan perlawanannya, Retno menarik Sarah menjauh dari pria itu dan melanjutkan, "Ibu nggak mau tahu, Bagas! Kamu harus menikah dengan Sarah atau--!" Belum sempat Retno menyelesaikan kalimatnya, tapi ucapan wanita itu terhenti.

 

Sarah menoleh dan mendapati wajah perempuan tua itu memucat. Hal itu diikuti dengan tindakan Retno mencengkeram dada dan perlahan jatuh ke belakang.

 

"Bu Retno!" teriak Sarah seraya menahan berat tubuh perempuan tua yang jatuh ke arahnya itu.

 

"Ibu!" Bagas menghampiri Retno. Wajah pria itu pun memucat dan dia langsung berseru, "Ke rumah sakit, sekarang!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dendam Membara Istri Kedua   Sambutan di Rumah

    "Kemana saja kamu?!" Setelah beradu argumentasi dengan Kaisar, Sarah akhirnya diantar kembali ke rumah sang suami. Sepanjang perjalanan, Sarah berusaha menenangkan diri. Dia mencoba untuk mendengarkan kalimat-kalimat dari pria itu yang terus memintanya untuk bisa mengendalikan diri sebaik mungkin. Namun, begitu Sarah masuk ke dalam rumah, teriakan Bagas menyambutnya. Sarah memperhatikan Bagas yang masih duduk di sofa ruang tamu, bersama dengan Rayya--Istri kesayangannya itu. Di kepalanya saat ini hanya berputar setiap kejahatan yang dilakukan Bagas kepadanya, dan kepada keluarganya. Sarah ingin langsung mengkonfrontasi Bagas, tetapi Kaisar benar. Itu sama saja dengan menggali kuburannya sendiri."Ingat ini Sarah. Kalau kamu mau kembali ke rumah itu sekarang, maka bersikaplah seperti tidak ada yang terjadi."Sarah juga teringat bagaimana Kaisar menyiapkan sebuah alibi untuknya. Kalau seandainya Bagas bertanya kemana ia pergi dari rumah sakit. "Aku harus sanggup mengontrol diriku

  • Dendam Membara Istri Kedua   Aku Ingin Kembali Ke Sana, Kaisar

    Semalaman penuh, Sarah tidak tidur sama sekali. Dia menghabiskan malamnya dengan membaca setiap lembar yang ditulis oleh sang ayah di dalam buku catatan itu. Dan semakin membacanya, amarah Sarah semakin bergejolak. Pagi ini, Sarah bertekad untuk kembali ke rumah Bagas.Namun rencananya berantakan saat ia melihat Kaisar sudah menunggunya di meja makan. "Mau kemana pagi-pagi begini?" ujar Kaisar--sambil meminum jus jeruk yang baru saja disajikan oleh Mbok Sum.Sarah menurunkan barang-barangnya di lantai. Meskipun enggan, dia tetap berjalan menuju meja makan. "Pulang," ujarnya singkat. Kaisar tidak bereaksi. Dia justru terlihat tenang menyantap sarapannya. Di sampingnya terlihat seorang pria dengan setelan serba hitam, dengan rambut plontos, dan sebuah tab di tangannya, sedang membacakan jadwalnya hari ini. "Jam sepuluh nanti ada pertemuan singkat dengan Pak Nuggie. Asisten Direktur PT. Berlian Nusantara. Setelahnya, jam sebelas akan bertemu Pak Narendra di lapangan golf BSD, terkai

  • Dendam Membara Istri Kedua   Bermalam di Kediaman Kaisar

    "Sebaiknya kamu di sini dulu saja."Setelah adu mulut yang terjadi beberapa jam yang lalu, Sarah menyetujui ajakan Kaisar untuk pergi ke sebuah tempat guna menenangkan dirinya selama beberapa saat. Mereka sampai di sana menjelang tengah malam. "Ini rumah siapa?"Sarah terdiam memandangi interior dari sebuah rumah bergaya klasik eropa, yang didominasi warna putih. Rumah ini sangat besar, megah dan mewah, tapi seperti tidak ada kehidupan di dalamnya."Anggap saja rumah sendiri."Setelah mengatakan itu, Kaisar terlihat memanggil seseorang. Tak lama, seorang perempuan paruh baya berlari dengan tergopoh-gopoh. Wajahnya terlihat panik."Ampun, Den..." Perempuan paruh baya itu langsung menundukkan kepalanya saat berhadapan dengan Kaisar. Tubuhnya gemetaran, kedua tangannya saling mengait. Dia terlihat begitu gelisah. Sarah mengamati interaksi antara keduanya, yang melahirkan tanda tanya. Apakah Kaisar begitu mengerikan?Kaisar yang tidak kunjung mengatakan apapun, membuat perempuan paruh

  • Dendam Membara Istri Kedua   Adu Mulut

    “Seharusnya ada di sini.” Sarah ingat, sang ayah selalu memasukkan semua dokumen penting, uang tunai, ataupun emas yang dia miliki ke dalam brankas yang tersembunyi di balik lukisan besar di ruangan kerjanya. Sarah juga ingat dengan jelas kunci kombinasi yang pernah diberitahukan oleh sang ayah. Jadi, ia terkejut ketika tidak mendapati apapun di dalam brankas ayahnya. “Apa mungkin ayah memindahkan dokumen-dokumennya?” Sarah menggelengkan kepalanya, dia bertekad untuk tidak menyerah. Dia mulai mencari di setiap sudut ruangan. Lemari besar milik sang ayah, meja kerja, tumpukan dokumen di rak, semuanya tidak luput dicari. Namun, hasilnya nihil. “Dimana ayah menaruhnya?” Sarah berujar dengan nada kebingungan, sebelum ia memutuskan untuk menghampiri Kaisar yang sepertinya masih menunggu di lantai bawah. Namun, langkah kakinya terhenti saat ia melihat buku catatan milik sang ayah yang selalu dibawanya kemanapun–yang terletak di atas meja kerjanya. Dengan rasa penasaran yang tinggi,

  • Dendam Membara Istri Kedua   Kaisar Nugroho

    Sarah yang terlalu terkejut, tidak dapat mengeluarkan suara apapun. Tidak dapat dipungkiri, bahwa ada kebingungan yang menghinggapinya. Amarah dan kekecewaan juga bercampur di dalamnya.“Kenapa? Kenapa Bagas melakukan semua itu?"Sarah mendongakkan kepalanya, menatap pria asing itu, secara tidak langsung memintanya untuk menjawab semua pertanyaannya.Saat itulah, Sarah baru menyadari sesuatu. Bahwa entah sejak kapan, pria asing itu sudah memayungi dirinya hingga terhindar dari hujan.Pria asing itu yang tidak mengubah ekspresi di wajahnya sama sekali, kemudian berujar, "Kalau kamu ingin membalas dendam, ikutlah denganku, Sarah…"*** Ada begitu banyak pertanyaan yang berputar di dalam kepalanya. Namun, Sarah justru tidak mengatakan apapun kepada pria asing itu. Dia hanya berdiam diri, menatap laju kendaraan yang membawa mereka. Dari balik kaca mobil, Sarah dapat melihat beberapa bangunan yang tampak tidak asing. Dia menoleh ke arah si pria asing, namun belum sempat bertanya mobil itu

  • Dendam Membara Istri Kedua   Kematian yang Tak Terduga

    Di atas ranjang kamar inapnya, Sarah terbaring seraya menatap kosong ke depan. Ingatan perihal kejadian beberapa saat lalu mengalir ke dalam benaknya. “Kalau bukan karena ibu, aku pastikan kita akan bercerai." Kalimat terakhir Bagas sebelum dia meninggalkan Sarah sendirian di rumah sakit terus-terusan menggema di dalam kepala wanita itu. Sarah mengusap air mata dari wajahnya, tidak ingin melihat ekspresi kejam Bagas setiap kali pandangannya membuyar. Kenapa tidak ada yang percaya padanya? Bagaimana mungkin mereka dengan mudah menepiskan kenyataan bahwa dirinyalah yang paling kehilangan dalam situasi ini?! Manik Sarah terarah pada perutnya, membayangkan keberadaan yang sebelumnya ada di sana. “Kalau saja Ibu lebih kuat, mungkin kita bisa bertemu ....” Kesedihan, terluka, dan kekecewaan bercampur menjadi satu emosi, yang meledak dalam sebuah tangisan. Tidak kencang, tapi siapa pun yang mendengarnya akan ikut merasakan kesedihan yang teramat sangat. "Kamu bisa menjadi kuat, Sara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status