"Kau mau mati? Sudah bosan hidup, huh?" Skylar menggeram marah. "Apa tadi yang kau lakukan, jalang?""Tidak ada ...." Perempuan itu semakin menjerit ketika Skylar mendorongnya ke dinding dengan kasar."Kau memang tidak bisa diperlakukan dengan lembut.""Skylar, dengarkan aku dulu—""Tidak ada yang perlu didengarkan, wanita murahan!" bentak pria itu kasar."Aku hanya—""Shut up your fucking mouth! Kau akan mendapatkan yang lebih buruk lagi di bibirmu jika kau masih berani bersuara!" Skylar menatap bengis wanita itu. Sungguh, ia juga tidak mengerti mengapa dirinya semarah ini.Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Starla. Ia hanya menangis sesenggukan, tidak bisa berbuat apa-apa. Skylar bahkan sudah tidak mau mendengar penjelasannya. Tidak, laki-laki itu bahkan tidak akan pernah mau mendengar alasan apa pun yang keluar dari bibirnya.Skylar menekan kuat tubuh itu dengan tangan kekarnya yang menahan dada Starla."Setelah membunuh Gaby, kau juga sengaja ingin menghabisi Xander menggunakan ta
Starla tengah membantu salah satu pramuwisma khusus untuk memasak di kediaman itu ketika bunyi bel terdengar, membuat ia menoleh ke belakang pada pramuwisma lain yang tampaknya tidak jauh beda dengan usianya."Nyonya, sepertinya itu ...."Pramuwisma itu terlihat resah, takut bahwa yang baru saja membunyikan bel adalah Skylar. Starla yang mengerti akan keresahan itu hanya mengulum senyum tipis sebelum mengangguk ringan."Baiklah," gumamnya lalu meletakkan pisau buah yang digenggamnya ke atas meja pantry dengan berat hati.Skylar memang tidak memperbolehkan ia bekerja di dapur atau di mana pun, entah apa alasannya Starla tak mengerti. Namun, ia beranggapan bahwa Skylar mengizinkan dia bekerja hanya untuk pria itu seorang. Di atas ranjang tentu saja.Tentu saja, Skylar pastinya terluka atau membuat tubuhnya lecet yang membuat ketidak sempurnaa itu tampak jika pria itu kembali mengklaim dirinya. Ya, itulah alasan pria itu tentu saja.Pria itu memang selalu kembali lebih cepat semenjak Sta
Setelah merasa cukup, pria itu menarik diri lalu melangkah keluar tanpa sepatah kata pun."Kenapa kau begitu membenciku?"Suara lirih dan serak itu berhasil menghentikan langkahnya yang nyaris mencapai pintu. Ia lalu berbalik setelah terdiam beberapa detik dan kembali melemparkan tatapan tajamnya pada Starla."Aku rasa kau mengetahuinya," ujar Skylar sembari mendekati kaki ranjang dengan langkah tenang.Wanita itu kembali bersuara tanpa menatapnya. "Tidak bisakah kau memaafkanku?""Kata maafmu tidak sebanding dengan apa yang kalian lakukan padanya." Skylar berkata dengan nada tinggi yang membuat Starla mendongak membalas tatapannya."Kau bahkan tidak pernah mendengar penjelasanku. Aku ..." ucapan Starla terhenti sejenak ketika ia melihat Skylar mendekatinya dengan raut wajah yang semakin menggelap. Wanita itu sedikit beringsut mundur sebelum kembali melanjutkan. "Aku bisa menjelaskan semua padamu asal kau mau mendengarnya.""Aku tidak butuh penjelasan apa pun darimu, jalang! Tutup mul
Kejadian mengerikan beberapa bulan yang lalu masih terus menerus membayangi benak Skylar. Sebuah kejadian yang telah mengubah semuanya. Peristiwa menyeramkan yang merenggut habis sisi lembut pria itu, hingga tak bersisa sedikit pun. Skylar benar-benar tidak bisa melupakan ketika ia pertama kali mengetahui semuanya.Saat ia mendengar sebuah pengakuan yang meluncur dengan mulus dari bibir seorang gadis yang sangat disayanginya. Sebuah pengakuan yang membuat tubuhnya menegang seketika dengan kedua telapak tangan terkepal sempurna. Gabriella, adik kesayangannya, mengatakan bahwa dirinya tengah mengandung dan sudah berjalan dua bulan. Hal itu membuat amarah Skylar membludak. Pria itu bahkan nyaris melayangkan telapak tangan besarnya padanya jika saja Andreas tidak dengan sigap menahan dirinya waktu itu.Selama ini, Skylar selalu menilai Gabriella adalah sosok gadis dewasa yang teduh. Gadis itu tidak pernah bercerita apa pun tentang kedekatannya bersama lelaki lain. Lantas, bagaimana mungki
Xander tidak bisa lagi menahan amarahnya sesaat ia mengetahui bahwa Starla hampir saja mati di tangan seorang psikopat gila dan amarahnya semakin membuncah di saat ia mengetahui bahwa itu semua karena Skylar.Karena musuh-musuh Skylar itu, Starla hampir saja meregang nyawa. Dan Xander lebih marah ke dirinya sendiri karena terlambat mengetahui hal itu, dia terlambat mengetahui bahwa ternyata selama beberapa hari ini Starla mendapat masalah dan hampir saja terbunuh. Sialan!Oleh karena itu, demi melampiaskan amarahnya di sinilah ia sekarang. Di perusahaan Skylar, dia harus melakukan perhitungan pada mantan sahabatnya itu yang sekarang sudah menjadi rival-nya. Bagi Xander, semua yang terjadi pada Starla itu semua karena pria itu. Karena Skylar yang memang sangat terobsesi untuk menghancurkan dan membunuh wanita yang sangat dicintainya itu.Karena pria itulah yang membawa hidup Starla dan memberikan banyak masalah untuknya. Xander memang tidak sempat menyelamatkan Starla selama ini dari c
"Sekarang katakan, Starla. Apa kau masih tidak bersedia?"Starla mendengar pertanyaan itu lalu membuka mata, masih setengah melayang. Ia melihat pria itu kini berdiri telanjang di hadapan Starla."Kau memang selalu menginginkanku. Tetapi kenapa kau harus terus berpura-pura dan bersikap munafik?" tanya Skylar dan bahkan terdengar sedikit geli."Aku tidak pernah menginginkan untuk disentuh olehmu, Skylar!" bantah Starla sambil menggelengkan kepalanya."Jadi, meskipun malam-malam panjang yang telah kita lewati, pemaksaan demi pemaksaan. Kau bahkan masih akan terus keras kepala untuk menolakku?""Ya.""Sesukamu saja, Starla. Bersikaplah munafik untuk seterusnya."Starla tak menduga kalau Skylar akan tetap memaksanya. Pria itu mencengkeram kedua tangannya dan menguncinya di atas kepala, sehingga Starla sama sekali tidak bisa bergerak untuk melawan kekuatan pria itu."Aku tidak mau, Skylar. Apa kau akan tetap memaksaku?""Tentu saja kau akan bersedia. Kau pembohong kecil, tubuhmu basah meng