Share

Bab 82

Author: Els Arrow
last update Last Updated: 2025-09-14 20:47:28

“Mas, sudahlah ... aku pusing,” bisiknya lirih,menghentikan ucapan suaminya. Jemarinya meremas pelan tepi ujung bajunya. “Aku mau ke kamar aja. Kepalaku mendadak pening, rasanya nggak kuat kalau berdiri atau duduk lama.”

Tanpa banyak bicara, pria itu langsung meraih lengan istrinya dengan lembut “Ayo ke kamar kalau begitu, bair nanti makanannya diantar saja sama stafnya,” jawabnya.

Ia menggiring Nayara menuju kamar. Langkah Devanka tegap, tapi perlahan, menyesuaikan langkah istrinya yang mulai limbung. Sesampainya di kamar, ia membantu Nayara naik ke ranjang, menyingkap selimut, lalu membiarkan istrinya berbaring.

Nayara menutup mata, wajahnya lelah. “Aku tidur dulu ya, Mas.”

Devanka mengangguk tipis. Ia duduk di tepi ranjang, mengusap kepala istrinya perlahan, jemarinya bergerak tenang di antara helaian rambut yang basah oleh keringat tipis.

Napas Nayara mulai teratur, tubuhnya tenggelam dalam buaian mimpi.

Beberapa menit Devanka hanya diam, menatap wajah istrinya yang damai. Namun
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Bab 84

    Nayara duduk di ranjang dengan ponsel di tangan. Lampu kamar sudah diredupkan, selimut menyelimuti setengah tubuhnya. Kantuk sebenarnya mulai menekan matanya, tapi ia bersikeras menahan diri."Mas belum pulang juga, udah jam berapa ini? Apa urusannya se-urgent itu sampai nggak pulang-pulang?" gumamnya seraya mengusap mata memaksa untuk tetap terbuka.Ia menatap layar ponsel yang mati-nyala, jemarinya menggulir layar berulang tanpa arah. Sekadar membuka galeri, menatap foto mereka berdua. Senyum Devanka di sana membuat hatinya hangat, meski kini ada getir menyelip.“Aku mau kasih tahu kabar bahagia ini langsung ke Mas,” bisiknya, sambil mengelus perutnya yang masih rata. Napasnya tersendat, senyum tipis mengembang. “Aku hamil, Mas pasti seneng banget. Ah, tapi Mas malah nggak pulang-pulang.”Detik berikutnya, benda pipih itu bergetar di genggamannya. Notifikasi pesan masuk dari nomor asing. Alisnya bertaut bingung “Siapa ini jam segini?” gumamnya.Dengan jempol bergetar, ia membuka

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Dijebak

    “Ibu … ini sudah saya belikan,” ucap staf villa itu saat baru saja kembali, ia membawa kantong plastik kecil dari apotek. “Saya beli beberapa jenis tespek, biar lebih meyakinkan. Tapi sebaiknya dicoba besok pagi, ya, Bu. Hasilnya lebih akurat kalau pakai urine pertama setelah bangun tidur.”Nayara mengangguk cepat, tangannya bergetar saat menerima kantong itu. “O-oke, terima kasih banyak.”“Ya, Bu. Tidak perlu khawatir, tidur cepat saja malam ini dan besok bangun langsung tespek. Jangan begadang, Bu.”Nayara tersenyum manis. “Iya, saya ke kamar dulu.”Ia naik ke kamarnya dengan langkah pelan, kantong plastik itu ia peluk erat. Sesampainya di kamar, Nayara menatap benda itu lama. Dadanya berdebar kencang, napasnya tersengal.“Besok pagi katanya … tapi, aku nggak bisa nunggu,” bisiknya.Dengan tangan gemetar, ia membuka bungkus tespek pertama. Plastik bening robek, lalu batang putih kecil itu sudah tergenggam. Ia masuk ke kamar mandi, menyalakan lampu, dan duduk di kloset. Gerakannya

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Bab 82

    “Mas, sudahlah ... aku pusing,” bisiknya lirih,menghentikan ucapan suaminya. Jemarinya meremas pelan tepi ujung bajunya. “Aku mau ke kamar aja. Kepalaku mendadak pening, rasanya nggak kuat kalau berdiri atau duduk lama.”Tanpa banyak bicara, pria itu langsung meraih lengan istrinya dengan lembut “Ayo ke kamar kalau begitu, bair nanti makanannya diantar saja sama stafnya,” jawabnya.Ia menggiring Nayara menuju kamar. Langkah Devanka tegap, tapi perlahan, menyesuaikan langkah istrinya yang mulai limbung. Sesampainya di kamar, ia membantu Nayara naik ke ranjang, menyingkap selimut, lalu membiarkan istrinya berbaring.Nayara menutup mata, wajahnya lelah. “Aku tidur dulu ya, Mas.”Devanka mengangguk tipis. Ia duduk di tepi ranjang, mengusap kepala istrinya perlahan, jemarinya bergerak tenang di antara helaian rambut yang basah oleh keringat tipis. Napas Nayara mulai teratur, tubuhnya tenggelam dalam buaian mimpi.Beberapa menit Devanka hanya diam, menatap wajah istrinya yang damai. Namun

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Bab 81

    “Nayara!” panggil Devanka terdengar berat, langkahnya panjang menyusul sang istri.Nayara sudah hampir mencapai pintu, tapi sebelum tangannya menyentuh gagang, pergelangan tangannya ditarik keras. Tubuhnya berputar, terhempas lembut ke arah Devanka.“Mau ke mana kamu?” Tatapan Devanka tajam, napasnya berat.“Mas, lepaskan. Aku butuh waktu—”“Tidak ada waktu untuk salah paham!” potong Devanka cepat. Ia menyeret Nayara kembali ke ruang tamu, menekan bahunya perlahan agar duduk di sofa. Suaranya tegas, tak memberi ruang untuk membantah. “Dengar dulu aku mau jelaskan , jangan kabur-kaburan! Ini di kota orang, kalau kamu kenapa-kenapa gimana? Tolong pikirkan dulu kalau mau bertindak, Nay. Sekarang diamlah dan dengarkan aku sampai habis.”Nayara menelan ludah, kaget dengan sikap suaminya yang kali ini berbeda. Ia tak membalas, hanya menunduk diam dan menunggu.Devanka mengusap wajah, lalu duduk di hadapan istrinya. “Aryasatya Corp sedang diguncang masalah besar, Nay. Dan itu semua dimulai s

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Bab 80

    “Mas … sudah bangun dari jam berapa?” tanya Nayara masih serak.Devanka menoleh, ekspresinya melunak. “Jam empat. Ada laporan masuk dari Jakarta. Kamu lanjut tidur aja, Nay.”Nayara duduk, merapikan outer tipis yang dipakainya semalaman. “Nggak, aku temani aja. Kan kita liburan, masa kerja terus?”Devanka menutup laptop dengan suara klik. Ia bangkit, menghampiri ranjang. Tangannya menangkup wajah Nayara. “Aku memang kerja, tapi nggak lupa siapa prioritas utamaku. Kamu.”Nayara tersipu, tapi matanya menatap laptop yang masih tertutup di meja. “Kalau gitu, kenapa mukanya serius sekali tadi?”Devanka menarik napas panjang, duduk di sisi ranjang. “Ada masalah kecil. Proyek kerja sama dengan investor Singapura agak ribet. Mereka minta aku pulang lebih cepat dari rencana.”Wajah Nayara sontak berubah. “Apa … artinya kita nggak jadi stay tiga hari lagi di sini?”“Belum pasti. Aku masih nego lewat Aska,” jawab Devanka datar.Nayara terdiam sejenak, lalu menghela napas. “Mas, ini pertama kaliny

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Beach Club

    Matahari pagi menyorot hangat, langit biru cerah tanpa awan. Ombak kecil berkejaran di tepi pantai, dan embusan angin laut membawa aroma asin yang khas. Dari balkon villa, Devanka sudah berdiri dengan kemeja linen putih tipis terbuka di bagian dada, celana pendek krem, dan kacamata hitam menggantung di wajah tampannya.“Nay, ayo siap-siap. Kita ke beach club. Aku booking cabana khusus buat kita.”Nayara keluar dari kamar, rambut panjangnya terurai alami. Ia mengenakan bikini two pieces warna putih gading yang sederhana tapi elegan, dilapisi outer tipis transparan. Sandal pantai menghiasi kakinya, wajahnya tersenyum malu-malu.“Mas, yakin nggak apa-apa aku pakai gini? Takutnya keliatan ....” Ia menutup bagian dadanya dengan tangan.Devanka menoleh, matanya langsung mengunci tubuh istrinya. Bibirnya menyeringai tipis. “Kamu bikin semua orang di beach club nanti menyesal karena tidak punya istri seindah kamu.”“Ih, Mas bisa aja!” Nayara menunduk, wajahnya memerah.Mereka berjalan berdua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status