Home / Urban / Dendam Pewaris Yang Terpendam / 05. Kejadian di jalan

Share

05. Kejadian di jalan

Author: Amelina_ws
last update Last Updated: 2023-02-22 23:56:45

Apa yang dikatakan oleh saudaranya Diki membuat Diki terheran-heran. Tapi akhirnya Diki pun menuruti apa yang telah diperintahkan oleh saudaranya ini. Karena memang dia ingin mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi dan ingin mengetahui tentang jati dirinya yang sepenuhnya.

"Baiklah, Bi. Kalau memang aku harus pergi dulu untuk tahu apa yang sebenarnya tentang diriku. Maka aku akan pergi!" Diki mengatakan itu dengan penuh pertanyaan besar. 

Sedangkan wanita paruh baya itu langsung pergi ke kamar dan menangisi Diki yang akan meninggalkan dirinya.

Keesokan harinya Diki pun berkemas dan bersiap untuk pergi.

Diki mengenakan jaket serta celana jeans yang jarang ia pakai. Sehari-hari biasanya Diki memakai pakaian kaos yang lusuh dan celana biasa yang warnanya sudah kusam.

Diki hanya mempunyai satu baju yang lumayan masih bagus dan itulah yang di pakainya.

Sambil memasukan pakaiannya ke dalam tas ransel Diki pun melamun. Diki melamunkan bagaimana dirinya akan pergi dengan hanya membawa uang dua ratus ribu rupiah saja? Diki takut kalau sampai uang itu tidak cukup untuk sampai membawanya ke tempat yang ingin dituju itu. Diki pun bergeming sambil menatap uang dua ratus ribu yang sedang ia pegang.

Tiba-tiba saja wanita paruh baya itu datang mengejutkan Diki dan memegang pundak Diki.

"Kamu gak perlu bingung, Nak. Ini Bibi punya sedikit uang untuk bekal kamu," ucap wanita paruh baya itu memberikan uang lembaran seratus ribuan.

Diki menerima uang itu dengan wajah yang sedih. Diki sedih karena dirinya selalu merepotkan wanita paruh baya ini.

"Maafkan aku ya, Bi. Aku selama ini merepotkan Bibi. Harusnya aku yang membantu Bibi, bukan Bibi yang selalu membantuku," lirih Diki sedih.

Wanita paruh baya itu pun memeluk Diki karena ia akan membiarkan Diki pergi ke tempat yang berbahaya.

Diki pergi sambil melambaikan tangannya terhadap wanita paruh baya itu. Terlihat sekali raut wajah kesedihan terpampang di wajah Diki dan wanita paruh baya itu.

Diki berjalan dan berniat untuk pergi ke tempat terminal angkot. Tapi pada saat berjalan dirinya bertemu dengan kekasihnya yaitu Mahira.

"Diki." wanita itu mengatakan namanya dan tiba-tiba saja memeluk Diki.

Diki tertegun saat dirinya dipeluk oleh kekasihnya. Diki merindukan kekasihnya sungguh sangat merindukannya. Diki membalas pelukan itu dengan erat.

Setelah beberapa saat mereka pun melepaskan pelukannya. 

Diki menanyakan kabar kekasihnya dan mereka pun berbincang sebentar.

"Untung kamu tidak jadi menikah Mahira," terang Diki. Diki bersyukur karena ternyata kekasihnya ini tidak jadi menikah dengan pria yang sudah disiapkan oleh orang tuanya.

Kekasihnya pun menjelaskan kenapa pernikahannya bisa batal. 

Baru sekarang mereka bisa bertemu, karena ternyata kekasihnya selalu dikurung oleh ayahnya. Karena syarat untuk tidak jadi menikah adalah dikurung dan tidak boleh bertemu dengan Diki. Dan sekarang kekasihnya bisa bebas karena kabur diam-diam disaat ayahnya lengah, karena sengaja ingin menemui Diki.

Diki bersyukur untuk itu lalu ia pun pamit terhadap kekasihnya.

"Doakan aku ya, Mahira. Aku akan pergi ke kota untuk merubah nasibku, doakan aku agar aku bisa secepatnya sukses dan pulang," terang Diki kepada kekasihnya.

Kekasihnya Diki terlihat begitu sangat syok dengan apa yang diucapkan oleh Diki. Baru saja bisa bertemu, tapi sekarang Diki sudah akan pergi lagi.

Kekasih Diki bertanya kenapa harus pergi ke kota? Kekasih Diki takut terjadi hal yang buruk menimpa Diki lagi.

Tapi Diki terus meyakinkan kekasihnya bahwa dirinya akan baik-baik saja. 

Karena terus melihat kekasihnya yang menangis menahan kepergiannya. Akhirnya Diki pun langsung meninggalkan kekasihnya begitu saja sambil berlari.

Terlihat kalau kekasihnya ikut berlari untuk mengejarnya. Tapi tiba-tiba saja mobil pickup melewati mereka.

Diki yang melihat bak mobil pick up itu kosong, ia langsung berlari mengejar mobil itu dan melompat ke atas mobil. Diki pun tidak menyangka bahwa dirinya bisa melompat dengan jarak ketinggian mobil pick up yang masih berjalan.

Diki melambaikan tangannya kepada kekasihnya sambil mengusap air matanya. Dan Diki pun melihat kekasihnya yang menangis sambil berteriak kepadanya.

"Aku tunggu kamu pulang. Cepatlah kembali." 

***

Diki menangis karena teringat dengan kekasihnya yang menangisinya tadi. Dan ia pun bertekad akan merubah nasibnya di kota nanti, dan akan segera pulang ke kampungnya.

Walaupun sebenarnya dirinya sudah sangat kebingungan harus bagaimana nantinya. Tapi ia hanya akan membiarkan bagaimana air mengalir. Yang penting dirinya sudah berusaha terlebih dahulu.

Mobil pickup yang ditumpangi masih melaju. Tapi terminal angkot sudah hampir dekat. Diki pun kembali meloncat ke luar mobil pickup yang masih berjalan. Tubuhnya terasa ringan saat meloncat. Dan tidak ada rasa takut apapun yang ada di dalam dirinya. Ternyata memang latihannya bersama kakek tua itu benar-benar sudah meresap di tubuhnya.

"Makasih, Mang." teriak Diki kepada mobil yang sudah ia tumpangi. 

 Walaupun si supir tidak mengetahui kalau Diki telah menumpangi mobilnya, tapi Diki tahu diri dan mengucapkan terima kasih.

Diki pun menaiki angkot yang ada di terminal. Diki akan menaiki angkot menuju stasiun kereta untuk menuju kota. Diki berniat untuk menaiki kereta agar biayanya lebih murah.

"Mang, bawa saya ke stasiun kereta, ya!" 

***

Setelah sampai di kota. Diki memandangi kertas alamat yang telah diberikan saudaranya itu.

"Harianto?" gumam Diki. 

Diki melihat area sekelilingnya. Ia bingung mencari alamat ini kemana. Lalu tatapannya terhenti ke sebuah tempat pos satpam yang ada di pinggir jalan.

Diki pun melangkah ke arahnya.

"Permisi, Pak. Maaf mau tanya alamat ini," terang Diki kepada penjaga pos.

Penjaga pos itu membaca kertas yang Diki berikan. Lalu memberitahukan kalau tempat yang dituju Diki masih jauh dan harus ditempuh dengan kendaraan.

"Oh, baiklah, Pak. Terimakasih." Diki pun melangkah pergi dari tempat itu.

Diki mencari kendaraan umum yang lewat tapi tidak ada yang berhenti karena tumpangannya penuh. Tapi walaupun ada banyak taksi yang lewat, Diki tidak mencegatnya karena Diki tahu kalau biayanya mahal. 

"Lebih baik aku berjalan dulu sambil menunggu ada angkot yang lewat," gumam Diki sambil berjalan.

Di dalam perjalanan tiba-tiba mata Diki tertuju kepada seorang bapak-bapak yang sedang di todong dengan senjata. Diki terkejut dan ia pun mencoba menghampirinya dengan perlahan.

"Beritahu kami cepat!" 

Pria yang sedang di todong oleh senjata itu terlihat enggan berkata sepatah katapun padahal dirinya sudah dalam bahaya. 

Entah apa yang diinginkan oleh orang-orang jahat ini sehingga menodongkan senjata kepada pria paruh baya itu dan menyuruhnya mengatakan sesuatu.

"Saya tidak akan memberitahukan dimana orang yang kalian cari. Karena memang saya tidak tahu, ditambah kalaupun memang dia masih hidup! Maka saya tidak akan memberitahukannya. Saya lebih baik mati daripada harus memberitahukan kalian!"

Para penjahat itu nampak kesal.

Brugh!!!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Cinta Dewi
up lagi dong thor aku penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   118. Kebahagiaan yang lengkap

    Sultan menjelaskan semuanya tentang bagaimana dia bisa mempunyai anak dari Mahira."Mama sungguh tidak menyangka dengan apa yang telah kalian lalui. Kalau memang begitu baiklah. Mama justru bahagia karena rupanya Mama sudah mempunyai cucu sekarang ini," ucap Anara, lalu mencoba untuk membujuk Dirly agar mau untuk dia gendong. Dirly pun yang memang dibujuk oleh Anara langsung tertawa dan tersenyum. "Dirly anak Papa, itu Nenek sayang. Kamu digendong ya sama Nenek," ucap Sultan. Anara begitu terharu karena Dirly mau untuk dia gendong. Walaupun sebenarnya dia merasa cemas akan publik kalau sampai mengetahui tentang semua ini. "Mama, tolong jangan banyak pikiran. Mama bahagialah karena urusan publik biar Sultan yang atur."Sultan tahu apa yang membuat mamanya cemas, dan bisa melihat dari raut wajah sang mama tadi, pasti dia bahagia akan adanya Dirly. Namun, cemas bagaimana cara memberitahukannya kepada publik."Kamu selalu bisa mengatasi masalah. Mama tahu kamu bisa mengatasi semua ini

  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   117. Syok

    Apa ini, gadis ini ingin memeluk calon suaminya? Mahira dibuat geram dengan apa yang diminta oleh Dewi. Namun, Sultan pun malah mewujudkan permintaan Dewi dan langsung memeluk gadis itu dengan lekat dan senyuman mengambang. "Jadilah anak yang baik, Dewi. Turuti perintah ayahmu," ucap Sultan berbisik di telinga gadis itu. Lalu, Sultan pun melepaskan pelukannya. "Makasih, Aa Sultan sudah mau memeluk Dewi. Kalau begitu, sekarang kalian boleh pergi. Semoga kalian selamat dalam perjalanan." Bi Ina pun langsung tersenyum ke arah Dewi dan mengusap pucuk kepalanya. "Semoga segera mendapatkan seorang jodoh." Do'a Bi Ina kepada Dewi. Lalu, Sultan, Bi Ina, Robbie dan Mahira pun memasuki mobil dan mereka pun berangkat pergi.Saat berada di dalam Mobil, Dirly yang sedang berada di pangkuan Mahira itu pun menangis. "Cup … cup … cup, kenapa anak papa ini?" tanya Sultan kepada Dirly yang terus merengek, mungkin karena ingin mendapatkan Asi. Sedangkan Mahira ia yang duduk di kursi belakang, be

  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   116. Pamit

    Melihat wajah itu … wajah mungil dan polos yang semua merah merona membuat hatinya terhenyak. Sultan begitu bahagia ketika mengetahui kalau dia sudah menjadi seorang ayah. "Mahira …," ucap Sultan. Lalu, dia mendekatkan wajah Mahira untuk dikecupnya. Cup …."Aku sangat bersyukur karena kamu telah memberikan buah hati yang begitu tampan untukku," ucap Sultan."Tadinya aku tidak akan membiarkan kamu tahu kalau putra kita ini adalah putramu," ucap Mahira tersenyum pahit. Sultan tercengang kenapa Mahira sampai berniat seperti itu?"Apa maksudnya? Kenapa kamu mengatakan itu?" tanya Sultan. "Karena aku kesel kamu sudah menikah dan aku kecewa saat kamu tidak mau mendengar penjelasan dariku," terang Mahira. Ayah Mahira bertepuk tangan dan mengejutkan semua orang yang ada disana. "Sudahlah … ayo kita bergembira dengan apa yang sudah terbongkar ini," sambung Joko. Sultan pun tersenyum, dia bahagia karena Joko sudah mulai bersikap ramah terhadap dia. 'Bapak senang akhirnya kamu bisa bersa

  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   115. Semua di dapatkan

    Meraih tubuh itu dan mendekapnya dengan erat. Sultan berhasil mengejar Mahira dan memeluknya. "Tolong jangan pergi, aku sangat tersiksa hidup tanpamu," ucap Sultan. Memeluk tubuh wanitanya dari belakang. Mahira terisak pilu, "rasanya aku tidak mau kalau harus menerimamu lagi. Aku kesal karena kamu tidak mau mendengarkan penjelasan dariku," balas Mahira dan berusaha untuk berontak. "Apa yang bisa aku lakukan agar kamu mau menerimaku?" tanya Sultan serius. "Aku tidak tahu! Pokoknya kamu pergi dari sini sekarang juga," bentak Mahira, dan langsung melepaskan tangan Sultan yang berada di perutnya. "Apalagi kamu sudah menikah! Untuk apa datang lagi kemari," ucap Mahira dan langsung berlari begitu saja membuat Sultan kecewa dan terluka hati. ***Sultan menghubungi Bi Ina dan memintanya untuk pergi ke desa Kemuning. Sultan ingin agar Bi Ina membantu dia mendapatkan Mahira. "Bi, tolong bantu yakinkan dia bahwa aku tidak menikah dan semua yang telah aku lakukan itu adalah pura-pura," ucap

  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   114. Menemuinya

    Semua terkesiap melihat Rapika yang sampai membanting sebuah gelas sampai pecah di bawah lantai. "Ada apa, Rapika?" tanya semua orang menatap Rapika yang tubuhnya terlihat sedikit gemetaran. "Ah … Ma-maaf. Rupanya saya tidak sengaja karena tubuh saya tiba-tiba saja menggigil seperti ini," ucap Rapika. Rupanya Rapika ada niat untuk berpura-pura sakit, agar Sultan dilarang pergi oleh Anara karena harus menemaninya yang tidak sehat. "Apakah kamu sakit, Rapika?" tanya Anara terlihat cemas. Sultan menatap Rapika dan langsung saja berdiri dari tempatnya kini. "Ma, waktunya sudah mulai mepet. Sultan akan pergi sekarang," potong Sultan. Tanpa mau lama-lama lagi, Sultan ingin segera pergi. "Kamu ini kenapa? Lihat dulu kondisi istri kamu, tolong jangan pergi–""Ma, ini penting. Sultan harus segera pergi. Lagian disini banyak yang akan menjaga Rapika. Ada Bi Ina dan Maid yang lain, juga ada Mama kan." "Kamu benar juga, Nak. Yasudah kalau begitu, jaga dirimu baik-baik ya." Anara pun mengi

  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   113. Aku akan menemuimu

    Begitu mengejutkan, Sultan tidak menyangka kalau Bi Ina ada di dalam kamar dan mungkin mendengar apa yang sudah dia katakan kepada Rapika. Bi Ina terdiam, sungguh tidak menyangka kalau Sultan masih belum bisa melupakan Mahira dan melakukan pernikahan pura-pura. Rapika hanya bisa menunduk ketika Sultan mengetahui keberadaan Bi Ina. "Jadi, kalian pura-pura menikah?" ucap Bi Ina. Sultan langsung saja menghampiri Bi Ina dan memegangi kedua pundaknya. "Bi, tolong jangan bocorkan rahasia ini," mohon Sultan. Entah sampai kapan dia tidak ingin semuanya terbongkar. Namun, tidak sekarang karena Sultan takut membuat Anara kecewa. "Kamu ini kenapa? Selama ini Bibi tidak pernah mengajarkan kamu berbohong!" kesal Bi Ina. Apa yang dilakukan oleh Sultan ini sepenuhnya salah dan pasti akan menjadi bumerang untuk semua orang. "Sultan tahu kalau ini salah, tapi Sultan melakukan ini karena ingin membuat Mama bahagia," terang Sultan. "Memangnya kamu pikir Nyonya Anara akan bahagia, dibohongi ole

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status