Share

05. Kejadian di jalan

Apa yang dikatakan oleh saudaranya Diki membuat Diki terheran-heran. Tapi akhirnya Diki pun menuruti apa yang telah diperintahkan oleh saudaranya ini. Karena memang dia ingin mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi dan ingin mengetahui tentang jati dirinya yang sepenuhnya.

"Baiklah, Bi. Kalau memang aku harus pergi dulu untuk tahu apa yang sebenarnya tentang diriku. Maka aku akan pergi!" Diki mengatakan itu dengan penuh pertanyaan besar. 

Sedangkan wanita paruh baya itu langsung pergi ke kamar dan menangisi Diki yang akan meninggalkan dirinya.

Keesokan harinya Diki pun berkemas dan bersiap untuk pergi.

Diki mengenakan jaket serta celana jeans yang jarang ia pakai. Sehari-hari biasanya Diki memakai pakaian kaos yang lusuh dan celana biasa yang warnanya sudah kusam.

Diki hanya mempunyai satu baju yang lumayan masih bagus dan itulah yang di pakainya.

Sambil memasukan pakaiannya ke dalam tas ransel Diki pun melamun. Diki melamunkan bagaimana dirinya akan pergi dengan hanya membawa uang dua ratus ribu rupiah saja? Diki takut kalau sampai uang itu tidak cukup untuk sampai membawanya ke tempat yang ingin dituju itu. Diki pun bergeming sambil menatap uang dua ratus ribu yang sedang ia pegang.

Tiba-tiba saja wanita paruh baya itu datang mengejutkan Diki dan memegang pundak Diki.

"Kamu gak perlu bingung, Nak. Ini Bibi punya sedikit uang untuk bekal kamu," ucap wanita paruh baya itu memberikan uang lembaran seratus ribuan.

Diki menerima uang itu dengan wajah yang sedih. Diki sedih karena dirinya selalu merepotkan wanita paruh baya ini.

"Maafkan aku ya, Bi. Aku selama ini merepotkan Bibi. Harusnya aku yang membantu Bibi, bukan Bibi yang selalu membantuku," lirih Diki sedih.

Wanita paruh baya itu pun memeluk Diki karena ia akan membiarkan Diki pergi ke tempat yang berbahaya.

Diki pergi sambil melambaikan tangannya terhadap wanita paruh baya itu. Terlihat sekali raut wajah kesedihan terpampang di wajah Diki dan wanita paruh baya itu.

Diki berjalan dan berniat untuk pergi ke tempat terminal angkot. Tapi pada saat berjalan dirinya bertemu dengan kekasihnya yaitu Mahira.

"Diki." wanita itu mengatakan namanya dan tiba-tiba saja memeluk Diki.

Diki tertegun saat dirinya dipeluk oleh kekasihnya. Diki merindukan kekasihnya sungguh sangat merindukannya. Diki membalas pelukan itu dengan erat.

Setelah beberapa saat mereka pun melepaskan pelukannya. 

Diki menanyakan kabar kekasihnya dan mereka pun berbincang sebentar.

"Untung kamu tidak jadi menikah Mahira," terang Diki. Diki bersyukur karena ternyata kekasihnya ini tidak jadi menikah dengan pria yang sudah disiapkan oleh orang tuanya.

Kekasihnya pun menjelaskan kenapa pernikahannya bisa batal. 

Baru sekarang mereka bisa bertemu, karena ternyata kekasihnya selalu dikurung oleh ayahnya. Karena syarat untuk tidak jadi menikah adalah dikurung dan tidak boleh bertemu dengan Diki. Dan sekarang kekasihnya bisa bebas karena kabur diam-diam disaat ayahnya lengah, karena sengaja ingin menemui Diki.

Diki bersyukur untuk itu lalu ia pun pamit terhadap kekasihnya.

"Doakan aku ya, Mahira. Aku akan pergi ke kota untuk merubah nasibku, doakan aku agar aku bisa secepatnya sukses dan pulang," terang Diki kepada kekasihnya.

Kekasihnya Diki terlihat begitu sangat syok dengan apa yang diucapkan oleh Diki. Baru saja bisa bertemu, tapi sekarang Diki sudah akan pergi lagi.

Kekasih Diki bertanya kenapa harus pergi ke kota? Kekasih Diki takut terjadi hal yang buruk menimpa Diki lagi.

Tapi Diki terus meyakinkan kekasihnya bahwa dirinya akan baik-baik saja. 

Karena terus melihat kekasihnya yang menangis menahan kepergiannya. Akhirnya Diki pun langsung meninggalkan kekasihnya begitu saja sambil berlari.

Terlihat kalau kekasihnya ikut berlari untuk mengejarnya. Tapi tiba-tiba saja mobil pickup melewati mereka.

Diki yang melihat bak mobil pick up itu kosong, ia langsung berlari mengejar mobil itu dan melompat ke atas mobil. Diki pun tidak menyangka bahwa dirinya bisa melompat dengan jarak ketinggian mobil pick up yang masih berjalan.

Diki melambaikan tangannya kepada kekasihnya sambil mengusap air matanya. Dan Diki pun melihat kekasihnya yang menangis sambil berteriak kepadanya.

"Aku tunggu kamu pulang. Cepatlah kembali." 

***

Diki menangis karena teringat dengan kekasihnya yang menangisinya tadi. Dan ia pun bertekad akan merubah nasibnya di kota nanti, dan akan segera pulang ke kampungnya.

Walaupun sebenarnya dirinya sudah sangat kebingungan harus bagaimana nantinya. Tapi ia hanya akan membiarkan bagaimana air mengalir. Yang penting dirinya sudah berusaha terlebih dahulu.

Mobil pickup yang ditumpangi masih melaju. Tapi terminal angkot sudah hampir dekat. Diki pun kembali meloncat ke luar mobil pickup yang masih berjalan. Tubuhnya terasa ringan saat meloncat. Dan tidak ada rasa takut apapun yang ada di dalam dirinya. Ternyata memang latihannya bersama kakek tua itu benar-benar sudah meresap di tubuhnya.

"Makasih, Mang." teriak Diki kepada mobil yang sudah ia tumpangi. 

 Walaupun si supir tidak mengetahui kalau Diki telah menumpangi mobilnya, tapi Diki tahu diri dan mengucapkan terima kasih.

Diki pun menaiki angkot yang ada di terminal. Diki akan menaiki angkot menuju stasiun kereta untuk menuju kota. Diki berniat untuk menaiki kereta agar biayanya lebih murah.

"Mang, bawa saya ke stasiun kereta, ya!" 

***

Setelah sampai di kota. Diki memandangi kertas alamat yang telah diberikan saudaranya itu.

"Harianto?" gumam Diki. 

Diki melihat area sekelilingnya. Ia bingung mencari alamat ini kemana. Lalu tatapannya terhenti ke sebuah tempat pos satpam yang ada di pinggir jalan.

Diki pun melangkah ke arahnya.

"Permisi, Pak. Maaf mau tanya alamat ini," terang Diki kepada penjaga pos.

Penjaga pos itu membaca kertas yang Diki berikan. Lalu memberitahukan kalau tempat yang dituju Diki masih jauh dan harus ditempuh dengan kendaraan.

"Oh, baiklah, Pak. Terimakasih." Diki pun melangkah pergi dari tempat itu.

Diki mencari kendaraan umum yang lewat tapi tidak ada yang berhenti karena tumpangannya penuh. Tapi walaupun ada banyak taksi yang lewat, Diki tidak mencegatnya karena Diki tahu kalau biayanya mahal. 

"Lebih baik aku berjalan dulu sambil menunggu ada angkot yang lewat," gumam Diki sambil berjalan.

Di dalam perjalanan tiba-tiba mata Diki tertuju kepada seorang bapak-bapak yang sedang di todong dengan senjata. Diki terkejut dan ia pun mencoba menghampirinya dengan perlahan.

"Beritahu kami cepat!" 

Pria yang sedang di todong oleh senjata itu terlihat enggan berkata sepatah katapun padahal dirinya sudah dalam bahaya. 

Entah apa yang diinginkan oleh orang-orang jahat ini sehingga menodongkan senjata kepada pria paruh baya itu dan menyuruhnya mengatakan sesuatu.

"Saya tidak akan memberitahukan dimana orang yang kalian cari. Karena memang saya tidak tahu, ditambah kalaupun memang dia masih hidup! Maka saya tidak akan memberitahukannya. Saya lebih baik mati daripada harus memberitahukan kalian!"

Para penjahat itu nampak kesal.

Brugh!!!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Cinta Dewi
up lagi dong thor aku penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status