Share

Dendam Sang Biduan
Dendam Sang Biduan
Penulis: Nathalie

Terjebak dalam mobil

Seorang wanita muda berjalan dengan langkah riang menyusuri koridor sebuah kantor. Hari ini semua pekerjaannya selesai tepat waktu jadi Amelia bisa pulang dengan cepat. Sederet kegiatan sudah disiapkan Amelia begitu tiba di rumah.

"Me time! Akhirnya bisa menikmati weekend dengan tenang!" ujarnya dengan senyum terkembang.

Amelia memasuki basement, memeriksa pesan di ponsel nya sebelum masuk ke dalam mobil. Ia tersenyum menatap layar ponselnya, mendapati pesan cinta dari sang kekasih. Besok ia janji bertemu dengan kekasih yang sedang menjalankan tugas di luar kota.

"Aku merindukanmu, Alan." gumamnya sambil mengetik pesan cinta balasan.

Sebuah foto terkirim ke dalam ponsel Amelia, foto yang membuatnya terpekik sambil menahan geli. Pacarnya itu mengirimkan foto setengah telanjang bak model pria dewasa.

"Uuugh, your naughty boy!" Begitu balasnya pada Alan.

Saking asiknya berbalas pesan, Amelia tak menyadari keganjilan sedang terjadi di sekelilingnya. Di sisi gelap tempat parkiran, sepasang mata nyalang memperhatikan Amelia yang masih asyik bermain ponsel dalam mobil.

Rambut kusut masai menutupi hingga punggung, darah kehitaman yang masih menetes bak darah segar terlihat berjatuhan di lantai dari salah satu ujung jari kanannya. Luka lebam bekas jeratan terlihat jelas di bagian leher. Pakaiannya robek di beberapa bagian sehingga nyaris memperlihatkan aset kebanggaan wanita. Kulit pucat kebiruan, luka gores panjang dan lebar di bagian betis semakin memperburuk rupa sosok seram dalam gelap itu.

Kaca mobil milik Amelia perlahan membeku. Bak berada di musim dingin kaca mobil itu berembun menandakan dinginnya suhu sekitar. Kebekuan kaca itu berjalan perlahan tapi pasti dari kaca bagian belakang ke depan. Amelia masih tak menyadari yang terjadi dengan perubahan suhu di dalam mobil.

Ia mengaktifkan kamera dan membuat foto selfie dengan gaya sensual untuk Alan kekasihnya. Sekali jepretan dirasa tak cukup, ia mengulang lagi dengan sedikit membuka kancing atas kemejanya.

"Hai, sayang!" gumamnya dengan pose mengundang.

Amelia sangat merindukan kekasihnya, ia berharap pertemuan mereka besok akan berakhir dengan pergumulan panas di ranjang. Sungguh ia tak tahan menunggu hari esok. Satu kali jepretan foto kembali dilakukan, kali ini sedikit mengekspos aset pribadinya dari atas. Sudut kamera yang luas sengaja di setting hingga memperlihatkan sedikit bagian kursi penumpang.

Amelia hendak mengirimkan foto itu saat ia melihat keganjilan dalam hasil jepretannya. Sesosok bayangan, bukan! Bukan bayangan tapi seorang wanita dengan mata melotot menatapnya dari kursi penumpang. Amelia tak percaya dengan apa yang dilihatnya, ia memperbesar gambar hingga dua kali lebih besar.

Tangannya gemetar, bibirnya membuka tapi tak bisa berkata apapun, jangankan berteriak untuk bersuara pun ia tak bisa. Leher Amelia terasa kaku dan seluruh bulu di tubuhnya berdiri. Perlahan, ia menengok ke arah belakang tepat di kursi yang diduduki sosok asing itu.

Waktu bergerak lambat sekali bagi Amelia, dan ketika ia berhasil menoleh tak ada siapapun di kursi penumpang. Amelia menarik nafas lega.

"Cuma halusinasi!"

Tapi itu hanya sesaat, ia kemudian menyadari keanehan terjadi pada mobilnya. Kacanya membeku dan retak di beberapa sisi. Ia terkesiap.

"A-apa yang terjadi!"

Amelia memutar tubuhnya, melihat ke samping kanan dan kiri, ke belakang dan ke depan. Ia ketakutan, Amelia berusaha membuka pintu mobil tapi entah bagaimana pintu itu terkunci. Amelia menggedor gedor pintu berharap seseorang mendengar dan membantu keluar dari mobil yang terasa horor baginya.

Amelia yang panik tak bisa lagi berpikir jernih. Amelia lupa jika ponselnya masih menyala. Ia sama sekali tak berpikir untuk meminta bantuan para sahabat nya. Amelia bahkan tak menyadari jika ponselnya terjatuh di kolong kursi saat Amelia mencoba membuka pintu mobil dari dalam.

"Tolong, tolong aku! Keluarkan aku dari sini!" teriaknya panik dengan mata basah.

"Mobil sialan, kenapa semuanya tidak berfungsi!" Amelia mengumpat sambil terus menekan handle pintu.

Amelia berhenti saat merasakan sapuan hawa dingin di sekitarnya. Hawa dingin yang menyeramkan!

Ekor mata Amelia menangkap pergerakan di kursi penumpang, bau busuk darah bercampur sedikit bunga mengaduk perutnya. Tubuhnya merespon dengan cepat hal ganjil yang tengah terjadi. Tangannya gemetar, wajahnya memucat, dan aliran darah terpompa jauh lebih cepat beberapa kali dari ukuran normal.

Matanya melirik perlahan kesamping, dan ia menemukan sosok yang tertangkap kamera ponsel tengah duduk disebelahnya. Kepala sosok itu menoleh hampir sembilan puluh derajat ke arah Amelia saat netranya menangkap bayangan makhluk adikodrati seram itu.

Matanya tidak lagi melotot seperti dalam frame tapi, nyaris lepas. Amelia sesak nafas, ia ingin berteriak tapi lagi-lagi suaranya tertahan di tenggorokan. Sosok seram itu hanya tersenyum lebar satu kali sebelum akhirnya Amelia tak mengingat apa pun lagi.

Aaaaaargh!!

*

*

*

Orang-orang sibuk berlalu lalang, sebagian berkerumun dan berbisik, sebagian lagi hanya melongok memastikan apa yang terjadi di basement gedung kantor periklanan tersohor.

Sekitar sepuluh anggota kepolisian disebar mencari informasi dengan mewawancarai para saksi mata. Sementara tim Inafis mengolah tempat kejadian perkara dengan teliti. Tak ada detail yang terlewat dari tim ahli khusus kepolisian ini.

"Korban wanita, usia sekitar 24 tahun, pekerja, perkiraan kematian sekitar … tujuh jam."

Budi salah satu tim Inafis berkata seraya mengambil gambar korban dari beberapa sisi. Sementara rekannya Andi, mencatat dalam laporan. Andi juga mengambil beberapa sampel yang diperkirakan bisa menjadi petunjuk.

"Tidak ada tanda-tanda perlawanan, pintu mobil terkunci … apa dia dibunuh di tempat lain lalu dimasukkan dalam mobil?" Andi menoleh ke arah Budi yang memperhatikan keadaan dalam mobil.

"Aku kira tidak, lihat arah percikan darah ini. Semuanya sinkron dengan luka dan kondisi korban. Dia dibunuh disini."

Andi ikut memperhatikan bukti yang ditunjukkan oleh Budi. Ia setuju dengan perkataan rekannya itu.

"Luka mematikan hanya satu, tikaman langsung di jantung. Tepat pada sasaran."

Andi membayangkan posisi korban saat kejadian berlangsung, tidak adanya tanda-tanda sedang bersama orang lain membuat Andi dan Budi menduga-duga hal lain yang menjadi kemungkinan terbunuhnya korban.

"Bunuh diri?" Budi bertanya pada Andi sambil memeriksa hasil jepretan kameranya.

"Hhhm, entahlah. Lukanya terlalu brutal jika ini bunuh diri. Seseorang yang ingin bunuh diri pada awalnya akan mengalami fase keraguan sebelum melakukan tindakan berbahaya, lukanya yang ditimbulkan kebanyakan terlihat berantakan dan tidak rapi. Tapi dia berbeda." Andi menganalisa.

"Kau benar, apalagi dia merusak wajahnya sendiri. Aku kira ini sangat mustahil jika dikatakan bunuh diri." Budi menambahkan.

"Lalu bagaimana dengan tulisan aneh ini?!" Seru seorang laki-laki tampan bertubuh atletis dengan pakaian yang terlalu santai untuk seorang anggota kepolisian.

Andi dan Budi saling menatap, keduanya belum pernah melihat laki-laki itu dalam kesatuan mereka. Menyadari dirinya dicurigai lelaki itu pun tersadar lalu mendekat ke arah Budi.

"Maaf aku lupa mengenalkan diri, namaku Raksa! Aku baru dipindahkan kemarin kesini dan sialnya … langsung menemui kasus ini!"

Budi mengedikkan kepala sebagai tanda mengerti, ia masih enggan berbagi dengan detektif baru apalagi usianya mungkin lebih muda empat atau tiga tahun darinya.

Uluran tangan yang tak disambut oleh Budi tak menyurutkan niat Raksa untuk meneruskan pertanyaan. Ia paham sebagai orang baru pasti dirinya sulit diterima langsung dengan baik.

"Jadi bagaimana pendapatmu tentang tulisan itu?" Raksa bertanya sekali lagi.

"Entahlah, kami juga heran. Dari jejak darah ditangannya, korban pasti menulis sendiri dengan darahnya. Tapi tidak ada jejak dirinya keluar mobil. Ini aneh mengingat seharusnya pasti ada jejak darah di atas kap mobil atau mungkin lantai." Andi menjawab pertanyaan Raksa.

"Yup, aku juga merasa aneh. Jadi siapa yang menulis pesan ini. Hantu?"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
🇳 🇱 🇿
Say Goodbye to Amel
goodnovel comment avatar
EL ZERO
poor you Amelia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status