Home / Rumah Tangga / Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati / Bab. 02. Pernikahan Dengan Cinta Palsu

Share

Bab. 02. Pernikahan Dengan Cinta Palsu

Author: Kurnia
last update Last Updated: 2023-12-19 17:01:33

Melisa meringis lalu berkata, "Iya hari ini adalah hari pernikahan, Kak Elina dengan Kak Beni. Masa ditinggal tidur bentar sudah lupa?"

Aku masih dalam keadaan bingung. Mungkin kah aku hanya sekadar memimpikan masa depan? Atau kah aku kembali ke masa lalu? Jantungku berdebar kencang memikirkan hal tersebut.

Aku meraih ponselku yang berada di atas meja rias. Setelah melihat tanggal di layar ponsel, aku meletakkan kembali ponselku.

Baiklah untuk saat ini, aku anggap jika barusan yang terjadi hanya mimpi belaka. Tapi, semua kejadian itu terlalu nyata hanya untuk menjadi sebuah mimpi.

"Kakak jangan bengong. Ayo kita menuju tempat pemberkatan," ajak Melisa memeluk lenganku.

***

Semua wanita pasti merasa sangat bahagia di hari pernikahan mereka. Tak terkeculi aku. Bagaimana tidak? Aku menjadi satu-satunya wanita paling cantik di antara para hadirin.

Aku merasa bersyukur, pernikahanku berlangsung sesuai dengan yang aku inginkan. Semua kemeriahan bertabur kemewahan. Hey, pesta pernikahan seperti ini yang aku idamkan.

Aku senang melihat senyuman dari setiap tamu undangan yang tidak pernah padam. Mereka menyambut hangat kami sebagai pengantin baru.

Ah iya, aku sampai lupa memperkenalkan diri karena terlalu larut dalam keasyikan pesta. Perkenalkan, namaku Elina Yus. Usiaku baru dua puluh tiga tahun. Aku baru saja lulus kuliah. Baiklah, itu tidak penting.

Aku akan memperkenalkan pria yang aku nikahi. Pria beruntung itu bernama Beni Louzi. Aku tidak ingin sombong, suamiku adalah calon Presdir di masa depan. Itu artinya, aku menikah dengan seorang pewaris kaya raya. Entah siapa yang beruntung kali ini, aku atau suamiku.

Tunggu, semua yang terjadi saat ini, sama persis dengan mimpiku. Aku mulai mempertanyakan ingatan-ingatan kecil di otakku.

Demi meyakinkan jika aku bisa melihat masa depan. Aku akan memastikannya. Sebentar lagi, suamiku pasti akan bertanya apakah aku bahagia.

Tak berselang lama Beni bertanya padaku, "Kamu bahagia, Sayang?"

Jantungku berdebar kencang.

Aku menganggukkan kepala lalu menjawab, "Iya, aku sangat bahagia. Tapi, agak sedih karena orang tuaku tidak bisa melihatku menikah. Kenapa mereka harus meninggalkanku terlalu cepat?"

Kalimat itu meluncur begitu saja, padahal aku sedang tidak memikirkan jawaban dari pertanyaan Beni.

Itu artinya, aku kembali ke masa lalu. Benarkah? Berarti, aku memang akan berakhir seperti ingatanku. Tidak! Aku tidak mau mati seperti itu! Tidak!

Aku kembali fokus pada Beni. Mataku menatap benci Beni, pria yang menghianatiku dan membunuhku dengan begitu keji.

Tapi, aku berusaha untuk menutupi perubahan mimik wajahku. Aku harus mengumpulkan bukti jika memang ingatanku benar.

Beni tersenyum lembut ke arahku. "Jangan bilang begitu. Aku yakin, orang tuamu pasti sedang bahagia sekarang. Lagi pula, sebelum ayahmu meninggal, beliau sudah merestui hubungan kita. Jadi, tidak perlu bersedih atau pun merasa khawatir."

Aku tersenyum lembut sebagai respons dari ucapan Beni. Bukan karena aku merasa senang dengan jawaban Beni yang begitu menenangkan jiwa. Aku sangat senang karena jawaban Beni sama persis dengan yang ada di otakku. Dasar pria palsu. Mulai detik ini aku akan membalas kepalsuanmu.

***

Setelah seharian berjabat tangan dengan banyak orang. Akhirnya pesta pernikahanku berakhir. Aku sengaja tidak undur diri lebih awal. Ini pertama kalinya aku melawan ingatanku. Aku penasaran saja, apakah akan ada hal berbeda.

Ternyata benar, Beni tidak langsung mengajakku untuk tinggal di kediaman keluarga Louzi. Melainkan mengajakku tidur di hotel terdekat. Tindakan Beni di luar ingatanku.

Sangat menarik.

***

Karena kami semalam tidur di kamar hotel dalam kondisi yang sangat kelelahan. Kami melewati malam pertama kami. Aku merasa bersyukur. Setidaknya, aku tidak perlu melayani pria palsu itu

Melihat wajah Beni saja, sudah membuatku muak. Apalagi harus mendesahkan namanya. Aku tidak sanggup membayangkannya.

"Tadi malam kamu tidur nyenyak," kataku menyambut kedatangan Beni.

Beni tersenyum melihatku. Dia terlihat sangat kelelahan. Mungkin karena kemarin aku membuatnya tidak bisa tidur.

Beni berdecak ketika matanya melihat ada kerang di atas meja makan. Aku memang sengaja memesan berbagai jenis hidangan berbahan dasar kerang. Karena aku tahu kalau Beni alergi kerang.

"Kenapa ada kerang? Kamu makan kerang?" tanya Beni. "Kamu tahu kan kalau aku alergi kerang. Bagaimana kalau aku kejang?"

Aku tahu, Beni pasti sedang kesal denganku. Tapi aku pura-pura bodoh saja.

"Maaf ya, aku lupa," jawabku.

"Tidak seperti biasanya kamu lupa."

Aku memanggil pelayan untuk menyingkirkan semua makanan di atas meja. Aku sedikit senang bisa menghancurkan mood Beni di pagi hari.

Mulai sekarang, aku akan menjadi istri paling menyebalkan bagi Beni.

"Besok kamu harus tinggal di rumahku. Ayahku ingin kita tinggal bersama di mansion utama kelurga," kata suamiku menatapku.

"Iya, kita kan sudah membicarakan rencana ini sebelum pernikahan. Aku akan tinggal bersama kalian di rumah kalian," jawabku tersenyum semanis mungkin.

"Kamu jadi kan menberikan rumahmu kepada Melisa dan ibunya?" tanya Beni.

Aku tergelitik mendengar pertanyaan Beni. Tentu saja, rumah mewahku akan menjadi milik Melisa, karena aku terlalu baik. Tapi sayang sekali, aku bukan Elina yang baik hati seperti dulu.

"Aku masih memikirkannya. Banyak kenangan manis antara aku dan ayahku di rumahku. Mungkin aku akan tetap membiarkan Melisa dan ibunya tinggal di sana. Tapi, untuk mengalihkan nama rumah menjadi atas nama Melisa, sepertinya tidak mungkin."

Benar saja, ekspresi Beni langsung berubah.

"Kenapa sih? Gak senang kalau kekasih tercintamu gak dapat harta dariku?" batinku tertawa keras.

"Kenapa kamu berubah pikiran? Kamu tidak percaya dengan Melisa?" tanya Beni berusaha mengulik alasanku.

"Apakah kamu ingin aku membongkar kebusukanmu?" batinku.

"Melisa masih berusia delapan belas tahun. Terlalu dini untuk memberinya rumah dengan harga lima ratus juta dolar. Tunggu sampai Melisa dewasa, atau sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Mungkin aku akan mempertimbangkan."

Aku bisa mendengar decakan keluar dari mulut Beni.

"Melisa pasti akan sedih," kata Beni.

Aku menyentuh punggung tangan Beni lalu mengelusnya pelan.

"Melisa tidak akan sedih," kataku. "Ayo kita sarapan. Aku sudah memesan makanan kesukaanmu. Yang jelas, tidak ada lagi kerang di makanan kali ini," ajakku kemudian.

Beni meraih garpu miliknya lalu mulai mengambil makanan. Aku menatap Beni dengan nyalang.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab Spesial.

    Beni Louzi menjadi topik utama perbincangan warga dunia. Bagaimana tidak, kasus Beni sangat menggemparkan.Mulai dari penggelapan uang perusahaan, pencucian uang. Dan, yang lebih parah adalah kasus pembunuhan, serta pelecehan seksual yang pernah dilakukan Beni terhadap adik Nunu.Semuanya muncul ke permukaan. Tak terkecuali perbuatan Beni yang menghabisi nyawa ayahnya sendiri demi harta.Setiap pengadilan yang dijalani oleh Beni, Elina tak pernah absen. Tujuannya hanya satu. Elina ingin mengolok-olok mantan suaminya itu.Kejahatan yang dilakukan oleh Beni membuat pria itu dijatuhi hukuman mati pada awalnya. Kemudian diganti dengan hukuman seumur hidup.Nunu lah yang tidak ingin Beni dihukum mati. Setidaknya, Beni harus merasakan bagaimana penderitaan menjalani kehidupan di dalam rutan.Ada momen menggemaskan di pertengahan sidang. Di mana Beni menyangkut-pautkan Elina Yus ke dalam kasus pemalsuan surat wasiat.Sebagai seorang suami, tentu saja Jimmy tidak terima jika istrinya asal dit

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 105. Akhir Yang Menyenangkan

    “Kak Elina?”Melisa tak kuasa menahan tangis. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya. Terlebih posisinya yang berada tepat di tepi tebing.Melisa berusaha memundurkan kursi rodanya menggunakan tangan. Namun hasilnya nihil. Kursi roda tersebut sama sekali tidak bisa bergerak.“Percuma, kursi rodamu dikendalikan oleh remot kontrol. Kamu tidak mungkin bisa menggerakkan kursi roda secara manual,” terang Daniel.“Tolong aku!” rengek Melisa. “Daniel, tolong aku, jangan biarkan aku mati,” mohonnya.Daniel berdecap. “Tidak ada untungnya menolongmu. Kamu harus merasakan apa yang dulu dirasakan oleh Elina. Terjatuh dari atas tebing,” tandasnya.Melisa menangis keras.“Jangan terlalu aktif bergerak. Nanti tubuhmu bisa jatuh lalu hancur,” ucap Daniel memperingati Melisa.Melisa pun berhenti bergerak. Dia hanya bisa terdiam sambil terus menangis ketakutan.“Seseorang yang kamu cintai akan datang. Kamu harus bisa meyakinkan dia agar mau menyelamatkanmu,” pungkas Daniel.Kini yang ada di pikiran Me

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 104. Melisa Ada Di Posisi Elina

    Elina merawat Melisa dengan begitu baik. Melisa pun merasa sangat senang atas semua perhatian yang dilimpahkan Elina untuknya. Namun, satu hal yang tidak Melisa tahu. Elina sengaja membiarkan Melisa tetap dalam keadaan lumpuh.“Kapan ibumu pulang? Sekarang ibumu ada di mana sih?” tanya Elina.“Ibuku sedang berada di Iran. Dia pergi berlibur bersama teman-teman arisan,” jawab Melisa.“Ibumu sudah tahu tentang kondisimu?”Melisa menggelengkan kepala sebagai jawaban.“Kenapa kamu tidak memberi tahu ibumu? Dia bisa pulang untuk merawatmu,” ujar Elina.“Aku enggak mau ibuku ikut sedih. Sudah sewajarnya jika ibuku hidup bahagia sekarang,” tutur Melisa.“Jadi begitu ya?”Perhatian dua wanita itu terfokus pada berita di televisi yang menayangkan sebuah kecelakaan pesawat.Melisa meraung ketika identitas ibunya terpampang menjadi salah satu penumpang pesawat yang tidak selamat.Elina memeluk erat adiknya sembari terus menenangkan adiknya yang seperti orang gila.Sementara itu, Elina tak memada

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 103. Rencana Baru Elina

    Sisca dijebloskan ke dalam penjara atas laporan yang dibuat oleh Jimmy. Sebenarnya Beni juga dilaporkan. Tapi, berhubung Beni memiliki banyak uang, lelaki itu terbebas dari hukuman penjara.Beni hanya diharuskan untuk membayar denda.Awalnya Sisca murka. Namun, setelah mendengar penjelasan Beni, dan janji Beni yang akan membebaskannya. Sisca menerima dengan lapang dada.Mungkin tinggal di dalam penjara bisa membuat pikiran Sisca menjadi sedikit jernih.***Karena terjatuh dari mobil yang tengah melaju cukup kencang, Melisa mengalami patah tulang kaki. Untuk saat ini, Melisa harus duduk di kursi roda.“Nasibku benar-benar mirip Kak Elina,” kata Melisa sedih.Beni menghembuskan napas, kemudian mengelus kepala kekasihnya.“Jangan bicara seperti itu lagi. Nasibmu sama sekali tidak mirip dengan kakakmu. Aku masih mencintaimu,” tutur Beni berusaha memberi semangat pada Melisa.“Aku tidak bisa berjalan,” gumam Melisa. “Aku lumpuh,” tambahnya.Beni menggelengkan kepalanya. Tidak setuju dengan

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 102. Perceraian James Dan Sisca

    Ketika Melisa ingin membuka pintu kamar hotel, Elina mencegahnya.“Kenapa?” tanya Melisa melihat sengit ke arah kakaknya.“Aku sudah menghubungi suami dari si wanita yang bersama Beni. Dia sedang dalam perjalanan menuju ke sini,” terang Elina.Melisa tampak terkejut. “Apa? Bahkan wanita yang bersama suamiku sudah memiliki seorang kekasih? Sungguh menggelikan!”“Sabar dulu ya. Kita tunggu sampai dia datang. Kamu harus bisa menahan amarahmu,” tutur Elina menangkan Melisa.Mau tak mau Melisa mengalah. Keduanya berdiri di depan pintu sembari menunggu kedatangan Jimmy.Tak lama kemudian Jimmy menampakkan wujudnya di hadapan Melisa dan Elina.“Kamu ‘kan pacarnya Kak Elina? Kok Ngapain kamu ada di sini?” tanya Melisa heran.“Melisa kamu jangan salah paham dulu. Pria yang ada di hadapanmu bukanlah kekasihku. Melainkan suami dari si wanita yang sekarang ada di dalam kamar bersama Beni.”“Apa?”“Bisa kalian berdua minggir? Aku sudah tidak sabar melihat sesuatu yang ada di dalam sana,” tandas Ji

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 101. Ketahuan Nih?

    “Apa yang kamu lakukan, Sisca?” tanya Beni.Sisca berhenti mengerjakan pekerjaannya. Dia memfokuskan diri pada Beni, Sang Bos sekaligus kekasih gelapnya.“Apa yang aku lakukan?” Bukannya menjawab, Sisca justru balik bertanya.Beni tersenyum tipis. “Jangan pura-pura bodoh gitu. Aku sudah tahu apa yang kamu lakukan terhadap uang perusahaan,” ujar Beni.Meski telah ketahuan, Sisca sama sekali tidak merasa takut.“Kamu ingin memasukkanku ke dalam penjara?” tantang Sisca.“Kamu berani sekali, Sisca.” Beni mencondongkan kepalanya, mendekatkan bibirnya tepat di telinga Sisca. “Aku makin tertarik denganmu,” bisik Beni.Sisca mendorong pundak Beni agar menjauh dari tubuhnya.“Bisa-bisanya kamu menggodaku di kantor. Bagaimana jika ada pegawai lain yang melihat kita? Mereka bisa melaporkan perbuatanmu pada kekasihmu,” ejek Sisca.“Siapa yang berani mengusikku? Aku akan menghabisi mereka yang tidak tunduk,” tandas Beni.“Kamu terlihat menawan setiap kali mengeraskan rahangmu,” puji Sisca.Awaln

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status