Share

Bab. 03. Malam Mencengkam

Author: Kurnia
last update Last Updated: 2023-12-19 17:14:01

***

Aku mulai tinggal dan menjalani kegiatanku di kediaman keluarga Louzi.

"Aku masuk kerja hari ini," ujar Beni sudah mengenakan kemeja rapi.

Aku yang masih setia duduk di atas ranjang hanya menganggukkan kepalaku. Beni mengulurkan sebelah lengannya untuk mengelus pipiku. Aku membiarkan Beni mencium bibirku.

"Aku akan pulang jam delapan malam," ucap Beni. "Nikmati harimu di rumah ini," tambahnya.

Aku memadamkan senyumanku ketika melihat Beni keluar dari kamar. Aku segera turun dari atas ranjang, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.

Setelah selesai mandi, aku memutuskan untuk bersantai di paviliun rumah. Mansion sebesar ini memang selalu terkesan sepi tanpa berpenghuni. Padahal Tuan Louzi, kepala keluarga Louzi mempekerjakan begitu banyak pelayan. Tenang saja, aku sudah terbiasa.

"Bagus ya, bangun siang terus langsung bersantai. Sudah terbiasa menjadi nyonya kah? Kamu pikir, setelah menikah dengan Tuan Beni, kamu bisa seenaknya di rumah ini?"

Aku tersentak mendengar nada ketus tersebut. Kepalaku refleks menoleh ke sumber suara. Aku melihat seorang wanita cantik mengenakan kemeja rapi, lengkap dengan jas berwarna ungu.

"Nunu? Kamu masih hidup?" Pertanyaan itu muncul begitu aku mengingat wajah Nunu.

Aku ingat persis jika Nunu meninggal akibat ketahuan oleh Beni kalau Nunu diam-diam membantuku.

Nunu memandangku aneh. "Kamu mengetahui namaku sebelum aku memperkenalkan diri? Lucu sekali," tandas Nunu.

"Kemarin Beni memberi tahuku mengenai kapala pelayan yang bernama Nunu. Dilihat dari penampilanmu yang berbeda dari pelayan lain, kamu pasti Kepala Pelayan kan?"

Sial, aku keceplosan. Aku buru-buru mencari alasan supaya Nunu tidak berpikir terlalu jauh mengenai pengetahuanku tentang dirinya.

Nunu menghembuskan napas. "Jadi begitu. Tapi, aku tidak suka bila ada orang lain tahu tentangku tidak langsung dariku. Maka, izinkan aku memperkenalkan diriku," kata Nunu.

Aku tersenyum saja. Meski sikap Nunu kurang ajar terhadapku, tapi, aku tahu kalau Nunu adalah orang yang berkali-kali menyelamatkanku. Aku akan melunak di hadapannya.

"Perkenalkan, namaku Nunu, aku adalah Kepala pelayan di rumah ini. Aku yang mengatur segala urusan di dalam rumah. Kalau kamu tinggal di rumah ini, maka kamu harus mengikuti peraturan yang telah aku tetapkan," jelas Nunu memperkenalkan diri.

"Ah, maafkan aku. Aku tidak mengerti. Bisakah kamu memberi tahuku, peraturan apa saja yang harus aku ikuti di rumah ini?" tanyaku sopan.

Meskipun aku sudah tahu apa saja yang harus aku lakukan di rumah ini. Aku tetap meminta Nunu menjelaskan.

"Yang paling utama, sebagai menantu keluarga Louzi, kamu harus bangun pagi, menyiapkan sarapan untuk suamimu dan mertuamu," jelas Nunu. "Bisa kan? Aku gak peduli meski kamu dulu diperlakukan bak ratu oleh keluargamu. Sekarang kamu tinggal di rumah ini, maka kamu harus menurut." Nunu mempertegas.

"Iya, aku mengerti," jawabku cepat.

***

Aku melakukan tugasku dengan sempurna. Semua orang memujiku, kecuali Nunu. Hal biasa bagiku. Dia memang terkesan tidak menyukai aku. Dulu aku sangat kesal dengan sikap Nunu, akan tetapi, sekarang aku sangat menyukai Nunu.

Aku melihat Nunu berlalu pergi setelah Tuan Louzi mencicipi masakanku.

"Kamu juga pintar memasak ternyata. Aku makin yakin kalau aku gak salah pilih istri." Beni memujiku.

"Aku hanya menghidangkan makanan yang sering aku masak. Mangkanya enak dan terkesan aku pintar memasak," jawabku merendah.

Ayolah! Tentu saja aku jago memasak, aku pernah les tata boga selama tiga tahun. Tapi, aku tidak mau orang lain tahu tentang kenyataan itu, tidak penting juga.

"Hari ini aku mengurus banyak pekerjaan. Jadi, mungkin aku akan pulang terlambat. Kamu tidak keberatan kan? Kamu juga tidak perlu menungguku. Lekaslah beristirahat," kata Beni memberti tahu aku jadwalnya.

Aku tahu kok kenapa Beni pulang telat malam ini. Dia akan membunuhku. Dasar pria sialan, aku akan menggagalkan rencana busukmu.

"Iya, Sayang. Aku bakal langsung tidur nanti," jawabku tenang dan tetap menebar senyuman semanis mungkin.

Beni membalas senyumanku kemudian mengecup keningku.

"Wanita pintar," puji Beni.

Aku mengantar Beni hingga depan pintu utama mansion.

Setelah melambaikan tanganku, aku berbalik badan. Aku langsung kaget saat melihat Nunu sudah berdiri tepat di hadapanku.

"Apaan sih? Nunu. Kamu ngagetin aku deh!," protesku.

Ketika aku ingin menggeser tubuh Nunu, Nunu tak membiarkan aku lewat.

"Ada apa?" tanyaku mengerutkan dahi.

"Hati-hati, kamu mungkin akan menyesal di kemudian hari," kata Nunu tersenyum.

Aku tersenyum tipis mendengar peringatan dari Nunu yang dulu tidak pernah aku gubris.

"Maksudmu apa ngomong gitu? Emangnya apa yang akan terjadi padaku di kemudian hari?" tanyaku pura-pura tidak mengerti.

Aku bahkan sampai mendesak Nunu untuk menjawab pertanyaanku. Tapi, wanita itu malah berlalu meninggalakan aku.

"Dasar wanita tidak waras!" teriakku.

Nunu tidak menoleh sama sekali. Tapi aku tahu kalau dia mendengarku.

***

Sudah pukul sebelas malam, dan aku belum juga tidur. Menurut ingatanku, di malam ini, akan ada dua orang pria yang masuk ke dalam kamarku. Mereka memberiku obat bius hingga aku tak sadarkan diri.

Kali ini, aku akan menyambut kedatangan mereka. Tenang saja, aku sudah siap dengan tongkat golf di genggamanku. Aku akan memukul siapa saja yang masuk ke dalam kamarku.

Cukup lama aku menunggu, pintu kamarku akhirnya terbuka. Benar saja, dua pria masuk ke dalam kamarku. Tanpa pikir panjang, aku langsung menyerang mereka. Aku memukul kepala mereka dengan membabi buta.

Dirasa mereka sudah tak sadarkan diri, aku membuang tongkat golfku ke sembarang arah. Napasku tersenggal-senggal karena kelelahan. Kedua tanganku juga terasa sakit.

Aku segera keluar dari kamarku. Kali ini aku akan melapor ke polisi. Namun, baru saja aku keluar dari kamar, aku mendengar suara gaduh di depan pintu kamar Bapak Mertuaku. Aku yang penasaran langsung pergi untuk mengecek.

Kakiku terasa kaku seketika, saat mataku menangkap pemandangan menyeramkan. Aku melihat Bapak Mertuaku dipukul, lalu digeret paksa oleh tiga pria berbadan besar.

Jadi, ini yang terjadi di malam itu? Ketika aku telah terbius. Aku sama sekali tak menyangka, Bapak Mertuaku dihabisi di rumahnya sendiri.

Ingin sekali aku berteriak lalu membantu Bapak Mertua. Tapi apa daya, keberanianku seakan hilang entah ke mana.

Jelas tidak bisa melawan. Mereka yang mengangkut Bapak Mertuaku memegang senjata api. Aku tidak ingin mati untuk kedua kalinya. Jadi, aku memutuskan untuk tetap bersembunyi dari balik pot bunga raksasa.

Saat aku melihat mereka sudah masuk ke dalam lift. Aku berinisiatif untuk kembali ke kamarku, dan mengambil ponselku yang tertinggal di sana. Lalu aku akan langsung menghubungi polisi.

Perlahan aku memutar tubuhku. Aku berjalan dengan mengendap. Berharap jika tidak ada yang mengetahui keberadaanku.

Ketika aku hampir meraih gagang pintu kamarku, sebuah tangan mencengkeram erat pergelangan tanganku. Jantungku berhenti berdetak sedetik, kemudian berdebar kencang.

Apakah aku ketahuan? Salah satu dari mereka ada yang kembali?

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab Spesial.

    Beni Louzi menjadi topik utama perbincangan warga dunia. Bagaimana tidak, kasus Beni sangat menggemparkan.Mulai dari penggelapan uang perusahaan, pencucian uang. Dan, yang lebih parah adalah kasus pembunuhan, serta pelecehan seksual yang pernah dilakukan Beni terhadap adik Nunu.Semuanya muncul ke permukaan. Tak terkecuali perbuatan Beni yang menghabisi nyawa ayahnya sendiri demi harta.Setiap pengadilan yang dijalani oleh Beni, Elina tak pernah absen. Tujuannya hanya satu. Elina ingin mengolok-olok mantan suaminya itu.Kejahatan yang dilakukan oleh Beni membuat pria itu dijatuhi hukuman mati pada awalnya. Kemudian diganti dengan hukuman seumur hidup.Nunu lah yang tidak ingin Beni dihukum mati. Setidaknya, Beni harus merasakan bagaimana penderitaan menjalani kehidupan di dalam rutan.Ada momen menggemaskan di pertengahan sidang. Di mana Beni menyangkut-pautkan Elina Yus ke dalam kasus pemalsuan surat wasiat.Sebagai seorang suami, tentu saja Jimmy tidak terima jika istrinya asal dit

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 105. Akhir Yang Menyenangkan

    “Kak Elina?”Melisa tak kuasa menahan tangis. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya. Terlebih posisinya yang berada tepat di tepi tebing.Melisa berusaha memundurkan kursi rodanya menggunakan tangan. Namun hasilnya nihil. Kursi roda tersebut sama sekali tidak bisa bergerak.“Percuma, kursi rodamu dikendalikan oleh remot kontrol. Kamu tidak mungkin bisa menggerakkan kursi roda secara manual,” terang Daniel.“Tolong aku!” rengek Melisa. “Daniel, tolong aku, jangan biarkan aku mati,” mohonnya.Daniel berdecap. “Tidak ada untungnya menolongmu. Kamu harus merasakan apa yang dulu dirasakan oleh Elina. Terjatuh dari atas tebing,” tandasnya.Melisa menangis keras.“Jangan terlalu aktif bergerak. Nanti tubuhmu bisa jatuh lalu hancur,” ucap Daniel memperingati Melisa.Melisa pun berhenti bergerak. Dia hanya bisa terdiam sambil terus menangis ketakutan.“Seseorang yang kamu cintai akan datang. Kamu harus bisa meyakinkan dia agar mau menyelamatkanmu,” pungkas Daniel.Kini yang ada di pikiran Me

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 104. Melisa Ada Di Posisi Elina

    Elina merawat Melisa dengan begitu baik. Melisa pun merasa sangat senang atas semua perhatian yang dilimpahkan Elina untuknya. Namun, satu hal yang tidak Melisa tahu. Elina sengaja membiarkan Melisa tetap dalam keadaan lumpuh.“Kapan ibumu pulang? Sekarang ibumu ada di mana sih?” tanya Elina.“Ibuku sedang berada di Iran. Dia pergi berlibur bersama teman-teman arisan,” jawab Melisa.“Ibumu sudah tahu tentang kondisimu?”Melisa menggelengkan kepala sebagai jawaban.“Kenapa kamu tidak memberi tahu ibumu? Dia bisa pulang untuk merawatmu,” ujar Elina.“Aku enggak mau ibuku ikut sedih. Sudah sewajarnya jika ibuku hidup bahagia sekarang,” tutur Melisa.“Jadi begitu ya?”Perhatian dua wanita itu terfokus pada berita di televisi yang menayangkan sebuah kecelakaan pesawat.Melisa meraung ketika identitas ibunya terpampang menjadi salah satu penumpang pesawat yang tidak selamat.Elina memeluk erat adiknya sembari terus menenangkan adiknya yang seperti orang gila.Sementara itu, Elina tak memada

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 103. Rencana Baru Elina

    Sisca dijebloskan ke dalam penjara atas laporan yang dibuat oleh Jimmy. Sebenarnya Beni juga dilaporkan. Tapi, berhubung Beni memiliki banyak uang, lelaki itu terbebas dari hukuman penjara.Beni hanya diharuskan untuk membayar denda.Awalnya Sisca murka. Namun, setelah mendengar penjelasan Beni, dan janji Beni yang akan membebaskannya. Sisca menerima dengan lapang dada.Mungkin tinggal di dalam penjara bisa membuat pikiran Sisca menjadi sedikit jernih.***Karena terjatuh dari mobil yang tengah melaju cukup kencang, Melisa mengalami patah tulang kaki. Untuk saat ini, Melisa harus duduk di kursi roda.“Nasibku benar-benar mirip Kak Elina,” kata Melisa sedih.Beni menghembuskan napas, kemudian mengelus kepala kekasihnya.“Jangan bicara seperti itu lagi. Nasibmu sama sekali tidak mirip dengan kakakmu. Aku masih mencintaimu,” tutur Beni berusaha memberi semangat pada Melisa.“Aku tidak bisa berjalan,” gumam Melisa. “Aku lumpuh,” tambahnya.Beni menggelengkan kepalanya. Tidak setuju dengan

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 102. Perceraian James Dan Sisca

    Ketika Melisa ingin membuka pintu kamar hotel, Elina mencegahnya.“Kenapa?” tanya Melisa melihat sengit ke arah kakaknya.“Aku sudah menghubungi suami dari si wanita yang bersama Beni. Dia sedang dalam perjalanan menuju ke sini,” terang Elina.Melisa tampak terkejut. “Apa? Bahkan wanita yang bersama suamiku sudah memiliki seorang kekasih? Sungguh menggelikan!”“Sabar dulu ya. Kita tunggu sampai dia datang. Kamu harus bisa menahan amarahmu,” tutur Elina menangkan Melisa.Mau tak mau Melisa mengalah. Keduanya berdiri di depan pintu sembari menunggu kedatangan Jimmy.Tak lama kemudian Jimmy menampakkan wujudnya di hadapan Melisa dan Elina.“Kamu ‘kan pacarnya Kak Elina? Kok Ngapain kamu ada di sini?” tanya Melisa heran.“Melisa kamu jangan salah paham dulu. Pria yang ada di hadapanmu bukanlah kekasihku. Melainkan suami dari si wanita yang sekarang ada di dalam kamar bersama Beni.”“Apa?”“Bisa kalian berdua minggir? Aku sudah tidak sabar melihat sesuatu yang ada di dalam sana,” tandas Ji

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 101. Ketahuan Nih?

    “Apa yang kamu lakukan, Sisca?” tanya Beni.Sisca berhenti mengerjakan pekerjaannya. Dia memfokuskan diri pada Beni, Sang Bos sekaligus kekasih gelapnya.“Apa yang aku lakukan?” Bukannya menjawab, Sisca justru balik bertanya.Beni tersenyum tipis. “Jangan pura-pura bodoh gitu. Aku sudah tahu apa yang kamu lakukan terhadap uang perusahaan,” ujar Beni.Meski telah ketahuan, Sisca sama sekali tidak merasa takut.“Kamu ingin memasukkanku ke dalam penjara?” tantang Sisca.“Kamu berani sekali, Sisca.” Beni mencondongkan kepalanya, mendekatkan bibirnya tepat di telinga Sisca. “Aku makin tertarik denganmu,” bisik Beni.Sisca mendorong pundak Beni agar menjauh dari tubuhnya.“Bisa-bisanya kamu menggodaku di kantor. Bagaimana jika ada pegawai lain yang melihat kita? Mereka bisa melaporkan perbuatanmu pada kekasihmu,” ejek Sisca.“Siapa yang berani mengusikku? Aku akan menghabisi mereka yang tidak tunduk,” tandas Beni.“Kamu terlihat menawan setiap kali mengeraskan rahangmu,” puji Sisca.Awaln

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status