Home / Romansa / Dendam yang Tak Terlupakan / Bab 3. Racun dan Madu

Share

Bab 3. Racun dan Madu

Author: Nana
last update Last Updated: 2025-08-23 20:36:33

""Sial!" umpat Lisa sambil membanting ponselnya di atas meja dengan keras.

Lisa tidak percaya dengan postingan milik Mela. Seluruh postingan Mela memperlihatkan kehidupan Mela yang tampak sempurna. Selain itu, ia bisa melihat Mela memiliki seorang suami yang jauh lebih sukses daripada Damar.

Damar yang sedang duduk di seberangnya langsung melihat wajah Lisa yang memerah karena marah. "Ada apa, sayang?" tanya Damar sambil mengambil ponsel milik Lisa yang tergeletak di atas meja.

Lisa menarik napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan dirinya. Lisa tidak ingin Damar tahu betapa iri dan marahnya dirinya terhadap Mela. Namun, wajahnya tetap menunjukkan kemarahan yang tidak bisa disembunyikan sehingga Damar memperhatikan Lisa dengan seksama dan mencoba mencari tahu apa yang salah.

"Lihat itu," kata Lisa. "Mela, mantan pacarmu itu sedang berbulan madu di Maladewa! Dia memamerkan kehidupan pernikahannya sekarang,"

Damar melihat foto-foto itu. Ia mengenali gaun mahal yang dipakai Mela dan cincin berlian yang melingkar di jari manisnya. Itu adalah cincin yang sama dengan cincin yang pernah dia lihat di toko perhiasan ternama. Tentu saja harga cincin itu sangat mahal karena limited edition. Hatinya sedikit bergetar. Sebuah perasaan aneh muncul dalam dadanya. Campuran antara iri, penyesalan, dan kekaguman. Damar tidak pernah menyangka Mela akan bangkit dan memiliki pria lain.

"Bagaimana bisa dia mendapatkan semua itu?" tanya Damar dingin. Rasa sakit menyelinap di hatinya tanpa dipinta. Namun, ia tepis karena ia yang memilih meninggalkan Mela di masa lalu.

"Tentu saja karena pria tua itu. Dia pasti menikahi pria itu hanya karena uang," jawab Lisa dengan nada meremehkan karena ia yakin bahwa pernikahan Mela dan Jevan hanyalah transaksi bisnis. "Dia pasti tidak bahagia. Mana mungkin ada cinta antara mereka?"

Lisa mencoba meyakinkan Damar bahwa Mela tidak bahagia dengan pernikahannya, tapi ada keraguan di matanya yang tidak bisa disembunyikan. Otaknya masih merekam postingan foto-foto Mela yang tersenyum dengan latar belakang pemandangan yang indah. Senyum itu terlihat begitu alami sehingga membuat Lisa merasa tidak yakin dengan pendapatnya sendiri. Lisa berusaha untuk mengabaikan perasaan itu dan fokus pada apa yang dirinya yakini.

"Mungkin dia memang bahagia dengan pilihan hidupnya," jawab Damar sambil menyerahkan kembali ponsel Lisa dengan gerakan yang santai.

Damar mencoba berpikiran logis, objektif, dan tidak membiarkan perasaan pribadi mempengaruhi pandangannya. Mana mungkin Mela tidak jatuh cinta dengan pria lain di saat dirinya sendiri sudah mengkhianatinya di masa lalu dan menikahi Lisa, serta memiliki anak. Damar merasa bahwa Mela pasti telah melupakan dirinya dan melanjutkan hidupnya dengan bahagia. Damar tidak melihat ada kemungkinan Mela masih memikirkan dirinya setelah semua yang telah terjadi.

"Tidak mungkin!" teriak Lisa dengan suara yang keras dan penuh keyakinan. "Dia hanya berlagak saja. Dia pura-pura bahagia untuk menarik perhatianmu lagi," lanjutnya dengan nada yang penuh cemburu.

"Dia hanya ingin membuat kamu cemburu dan memikirkan tentang dirinya lagi," kata Lisa dengan yakin. "Wanita itu hanya mencintaimu dan aku tahu itu!" teriak Lisa dengan suaranya yang keras. Lisa merasa bahwa Mela masih memiliki perasaan terhadap Damar dan tidak ingin kehilangan posisinya sebagai satu-satunya wanita yang dicintai oleh Damar.

Damar tidak langsung menjawab, tetapi ia menarik napas panjang terlebih dahulu untuk menenangkan dirinya. "Mela tidak seperti itu," kata Damar dengan nada yang tenang dan meyakinkan.

"Gadis itu, ah bukan, dia sudah menjadi istri orang lain sekarang," lanjut Damar sambil menekankan perubahan status Mela. "Mela adalah wanita yang baik-baik," kata Damar sambil memberikan penilaian yang positif tentang Mela.

Damar ingin Lisa memahami bahwa Mela adalah orang yang akan melakukan sesuatu yang baik atau tidak manipulatif. Damar berharap Lisa bisa memahami pandangannya tentang Mela. "Dia tidak akan seperti itu, Lisa. Dia berbeda denganmu atau aku," kata Damar sambil menekankan bahwa Mela memiliki karakter yang berbeda

Lisa tidak setuju dengan perkataan Damar. Istri dari Damar itu langsung membanting meja dengan keras sehingga suara dentuman keras memenuhi ruangan. "Kamu membelanya?" tanya Lisa dengan nada yang meninggi dan penuh kemarahan.

"Sebenarnya siapa istrimu? Aku atau Mela?!" teriak Lisa dengan suaranya yang keras menunjukkan betapa kuatnya perasaannya. Lisa merasa bahwa Damar lebih memikirkan Mela daripada dirinya sendiri. Dia merasa diabaikan dan tidak dihargai oleh Damar.

"Apa kamu masih mencintainya?" tanya Lisa dengan nada yang penuh kecemburuan. Lisa merasa bahwa Damar masih memiliki perasaan terhadap Mela dan itu membuatnya merasa tidak aman dalam hubungan mereka. Lisa menantang Damar untuk menjawab pertanyaannya.

Damar menghela napasnya lelah luar biasa karena kecemburuan membabi-buta milik istrinya itu.

"Astaga! Jangan berlebihan, Lisa. Aku hanya mengungkapkannya pandanganku tentang Mela. Dia adalah perempuan baik-baik. Tidak mungkin bagi dia untuk melakukan hal manipulatif atau apapun itu," jawab Damar percaya diri. Damar yakin bahwa Mela masih sama dengan perempuan yang ia kencani dulu. Mela adalah perempuan baik hati dan sangat menjauhi keburukan menurut pandangan Damar selama ini.

Tiba-tiba suara ketukan terdengar dari balik pintu. Hal itu membuat Damar dan Lisa menghentikan pertengkaran mereka. Kemudian, sesosok pria paruh baya masuk dari balik pintu dan mendekati Lisa. Ia berbisik ketakutan "Nyonya, Tuan Xavier datang. Apakah saya perlu mengusirnya dan mengatakan nyonya sedang sakit?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dendam yang Tak Terlupakan   Bab 24. Kecurigaan Jevan

    "Apakah kamu bisa melaporkan kegiatan Mela?" Pertanyaan itu ditujukan kepada salah satu pengawal kepercayaan milik Jevan. Jevan sengaja menyewa khusus pria itu untuk mengawasi Mela secara rahasia. Pria itu memiliki tubuh yang besar. Bahunya yang lebar dan padat tersembunyi di balik setelan hitamnya yang dipotong rapi. Hal ini justru membuat otot-ototnya semakin terlihat menonjol. Wajahnya keras yang ditandai dengan rahang kotak yang tegas dan mata sipit yang selalu waspada. "Jawab pertanyaanku!" perintah Jevan lagi dengan nada lebih tinggi. Ia sama sekali tidak suka dengan kebisuan pengawalnya yang berlarut-larut. Keheningan itu hanya menambah kecemasan Jevan tentang apa yang sedang dilakukan Mela. Ia butuh laporan segera. Kemudian pengawal itu langsung berdiri kaku dengan ekspresi seriusnya yang kini terlihat sedikit gelisah. Ia jelas merasa tertekan karena gagal dalam tugas yang seharusnya mudah. "Nyonya sulit sekali untuk kita buntuti, Tuan!" ucap pengawal itu dengan nada me

  • Dendam yang Tak Terlupakan   Bab 23. Kemarahan Javier

    "Dimana adik aku, si Hana?!" teriak Javier pada ayahnya. Suaranya meledak penuh amarah dan kecemasan di ruang kerja ayahnya yang mewah dan sunyi. Teriakan itu bukan hanya karena frustrasi, melainkan karena rasa panik yang nyata. Awalnya, Javier berencana akan mengajak Hana makan malam di restoran favorit Hana, sebuah tempat kecil dan tenang di sudut kota. Rencana ini sudah ia susun setelah ia seharian penuh berjuang membungkam para media, bernegosiasi, dan memberikan uang tutup mulut agar segera menghilangkan berita perselingkuhan Lisa dengannya. Namun, ia hanya menemukan tempat itu apartemen Hana kosong ketika ia pulang kesana untuk menjemput Hana makan malam. Pintu apartemen Hana tidak terkunci, lampu dapur masih menyala, tetapi Hana tidak ada. Tidak ada catatan yang ditinggal. Tiada pesan apapun. Hanya keheningan yang menyesakkan. Insting pertama Javier langsung menunjuk pada satu-satunya orang yang selalu mencoba mengendalikan setiap aspek kehidupan mereka berdua, yaitu ayahny

  • Dendam yang Tak Terlupakan   Bab 22. Mela dan Paman Djewo

    "Paman!" Djewo membalikkan badannya dengan gerakan lambat dan penuh perhitungan. Ekspresinya menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak terkejut. Ia sudah menduga Mela akan datang. Perempuan itu ada di pemakaman Haris dan berdiri tak jauh dari makam yang masih baru. Seolah-olah kehadiran Mela sudah Djewo prediksi sebagai bagian dari skenario yang lebih besar yang sudah ia susun di kepalanya. Djewo memang sudah menantikan Mela menghampirinya. Wajah Djewo yang keras terlihat tenang dan bahkan ia sempat melayangkan senyum mencibir yang meremehkan. Ia mengenakan setelan jas abu-abu mahal yang kontras total dengan suasana duka dan tanah yang basah. Pilihan pakaiannya yang mencolok adalah disengaja seolah-olah ia ingin menampilkan aura kekuasaan yang tak tergoyahkan bahkan di tempat peristirahatan terakhir. Di hadapan kematian, Djewo tetap ingin menjadi yang paling dominan. Djewo melangkah mendekat. "Keponakan Paman ini datang," ujar Djewo dengan nada suaranya yang terdengar seperti seo

  • Dendam yang Tak Terlupakan   Bab 21. Rencana Lisa yang Gagal

    "Malam ini akan berakhir menarik," Lisa menatap bayangannya di cermin. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia sudah siap. Sorot matanya yang tajam memancarkan tekad yang kuat. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa setiap detail telah sempurna. "Aku yakin bahwa aku sempurna," bisik Lisa sambil menghembuskan napas perlahan. Lisa mengenakan gaun malam berwarna emerald green yang mewah dan terbuat dari satin tebal. Gaun itu memeluk lekuk tubuhnya dengan elegan dan presisi. Meskipun memamerkan sosoknya, gaun tersebut tetap berhasil menonjolkan profesionalisme yang menggoda dan berkelas. Potongan A-line yang panjang mengalir hingga ke lantai dan memberikan ilusi ketinggian dan gerakan yang anggun. Seluruh penampilannya memancarkan aura berkelas dan mahal, sebuah statement visual yang sengaja ia kirimkan kepada Jevan. "Hanya orang bodoh yang tidak tergoda denganku," ucap Lisa pelan sambil memperhatikan make up wajahnya. Make up yang Lisa gunakan pun tebal. Ia memasang bulu mata pal

  • Dendam yang Tak Terlupakan   Bab 20. Darah

    "Apakah kamu atau ayahmu adalah dalang dibalik kematian Haris Haris itu?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Damar. Nada suaranya tidak lagi terdengar bujukan manis atau rayuan konyol, tetapi ketegasan yang dingin dan penuh kecurigaan. Damar menoleh ke belakang, ke arah istrinya. Damar menunggu balasan Lisa yang sibuk memakai masker wajah di depan meja rias mewah mereka. Lisa tampak santai seolah pembunuhan Haris hanyalah berita gosip murahan di kantor mereka. "Kenapa kau bertanya begitu, sayang?" jawab Lisa. Suaranya Lisa sedikit teredam oleh lapisan masker wajah lumpur yang tebal. Ia tidak menoleh dan fokusnya hanya pada kehalusan kulitnya. Lisa tampak benar-benar tidak terganggu, sibuk merapikan lapisan masker di sekitar pelipisnya. Bagi Lisa, pertanyaan tentang pembunuhan itu sama pentingnya dengan selembar tisu kotor di lantai kamar mandi kantor. "Aku melihat wajah Javier kesal tadi di kantor," ucap Damar sambil berjalan mendekat ke arah Lisa. Langkahnya tenang, tapi terasa

  • Dendam yang Tak Terlupakan   Bab 19. Salah Langkah

    "Ta da! Apakah kamu suka?" Suara Damar terdengar ceria sampai nyaris kekanak-kanakan sehingga memecah ketegangan yang masih menyelimuti ruang kerja Mela. Mela menaikkan sebelah alisnya setelah mendengar pertanyaan Damar yang baru saja menyajikan makan siang di atas meja kopi kecil di kantornya. Damar terlihat bangga berdiri di samping nampan yang penuh dengan hidangan. Ada kotak sushi premium dengan penataan yang artistik, sup miso hangat, dan bahkan sebotol kecil sake non-alkohol. "Saya tidak minum alkohol," tolak Mela dingin. Sorot matanya Mela tetap tajam dan menusuk. Ia memang sama sekali tidak berminat menyentuh makanan ataupun minuman yang dibawa Damar. Ide berbagi hidangan dengan pria yang mungkin terlibat dalam kematian Haris terasa menjijikkan. Mela tidak bergerak dari kursinya untuk menjaga jarak fisik dan emosional dari Damar. Damar hanya tersenyum tipis. Dirinya sama sekali tidak gentar dengan penolakan dingin Mela. Ekspresi tenang itu justru menunjukkan bahwa Dama

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status