Di ruangan Bar yang mereka bertiga tempati saat ini, terasa begitu sepi setelah mendengar cerita yang baru saja diceritakan oleh, Max kepada mereka berdua.
Bagaimana tidak, Max menceritakan bagaimana dirinya yang saat itu dalam keadaan mabuk memaksa, Lyra untuk melayaninya, dimana malam itu, Max sama sekali tidak mempedulikan ringisan kesakitan serta tangisan yang di tunjukkan Lyra, saat memohon untuk, Max melepaskannya.Kedua Sahabatnya itu tidak menduga jika sesuatu hal buruk terjadi pada malam dimana mereka bertiga telah mengadakan acara pertemuan dengan sengaja membuat diri mereka mabuk, yang akhirnya berakhir dengan berakibat buruk kepada seseorang yang harus mengalami mimpi buruk seumur hidupnya."Bagaimana dengan pelayan itu, Max? Apa dia datang dan meminta pertanggung jawaban kepadamu? Jika belum, seharusnya dia melakukan itu mengingat karena kau telah melecehkannya," Diego terlihat mengutarakan pemikirannya yang seharusnya pelayan yang dilecehkan oleh Max, datang dan meminta pertanggung jawaban kepada, Max, apalagi mengingat jika pada malam itu, Max pulang dalam keadaan mabuk dan tidak sepenuhnya sadar, memaksa pelayan itu untuk melayaninya, memikirkan sampai disana seharusnya pelayan itu datang dan meminta pertanggung jawaban, Max."Tidak Rio, malah pelayan itu memilih untuk menghindar dariku, seakan jika dirinya sangat takut untuk bertemu kembali denganku," ucap Max, dengan menghisap nikotin yang ada di tangannya, dan menghembuskan asapnya keluar beterbangan di sekitar ruangan tempat mereka duduk bersama."Aneh... Seharusnya wanita itu datang dan memintamu untuk bertanggung jawab... Paling tidak dia meminta kompensasi atas apa yang kau lakukan, Max," Rio ikut berucap, yang membuat Max menoleh menatap ke arahnya."Apa maksudmu, Rio, tanya Max, dengan tatapan bingung mengerutkan dahi menatap tanya ke arah Rio, ya sedang ikut menikmati minuman yang ada di tangannya.Rio kemudian meletakkan gelas yang berisi minuman beralkohol yang ada di tangannya ke depan meja, dan menatap ke arah, Max, yang terlihat menampilkan wajah tidak mengerti dengan apa yang baru saja dia katakan."Begini Max, bisa saja pelayan itu merasa dirugikan dan seharusnya dia datang dan meminta kompensasi atau meminta mempertanggung jawaban kepadamu, sebagai ganti rugi atas apa yang sudah kau lakukan kepadanya, walauoun saat itu kau dal pemgaruh alkohol, seharusnya pelayan dirumahmu melakukan itu," Rio mencoba menjelaskan secara perlahan kepada, Max."Tetapi seperti yang kau bilang, Max, pelayan itu malah menghindar darimu. Jika benar dia merasa ketakutan dan menghindar agar tidak bertemu denganmu, menurutku itu sangat aneh saja. Apa benar, kau tidak menaruh curiga jika wanita itu mungkin sengaja menghindarimu, dan bersikap seolah dia jual mahal kepadamu, untuk menarik perharianmu, Max?" Rio terdengar curiga dengan sikap Lyra yang mencoba menghindarinya, dan mengira seharusnya Lyra meminta pertanggungjawaban kepada, Max karena telah melecehkannya, memikirkan itu, Max balas menggelengkan kepalanya mendengar perkataan, Rio."Tidak Rio, sepertinya dia bukan wanita seperti itu, dia menghindar dariku seolah pada malam itu tidak terjadi apa-apa antara aku dengan dirinya, mungkin dia tahu jika malam itu aku dalam pengaruh alkohol dan mengira jika aku mungkin tidak mengenalinya, tetapi aku tahu jelas jika dia adalah wanita yang malam itu, karena-," Max menggantung ucapannya, dan kembali menghisap nikotin yang ada di tangannya sebelum menghembuskan asapnya, membuat Rio dan Diego saling melirik memikirkan apa yang igin dikatakan, Max selanjutnya.Namun saat mereka menunggu untuk Max, kembali menunjukkan perkataannya, Max tetap diam dan tidak mengatakan apapun, yang semakin membuat mereka penasaran."Jadi bagaimana Max, apa yang akan kau lakukan kepada wanita itu, apa kau akan menemuinya secara pribadi dan mengatakan jika kau adalah pria yang malam itu," Diego lembali ikut bertanya, yang seketika membuat Max, menoleh saat mendengar apa yang baru saja dikatakan sahabatnya itu.Benar, Max memang tidak berpikir untuk menemui Lyra, apalagi Lira terlihat mencoba untuk menghindarinya, seolah malam itu mereka tidak pernah saling berbagi peluh, lagi pula malam itu hanyalah sebuah kecelakaan yang tidak disengaja oleh Max, karena efek mabuk akibat minuman beralkohol yang diminumnya."Aku tidak berpikir sampai ke situ, Diego, aku hanya ingin mencoba melupakannya, seperti apa yang pelayan itu Inginkan, di saat dia memcoba menghindariku, seolah dia juga tidak ingin jika kembali mengingat pelakuanku kepadanya malam itu, dan aku pikir itu juga baik untuk kami saling melupakannya," pungkas Max, menjelaskan kepada kedua sahabatnya, alasan mengapa dirinya tidak ingin menemui Lyra dan berbicara bersamanya, karena Max, memang mencoba untuk berpikir malam itu tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan juga Lyra."Jika itu yang kau pikirkan maka ituungkin keputusan yng baik, lagi pula pelayan itu juga tidak ingin memintamu untuk bertanggungjawab kepadanya. Tapi Max, bagaimana jika wanita itu datang dan memintamu untuk menikahinya, apa yang akan kau lakukan dengan itu, Max?" tanya Rio kembali, saat memikirkan jika seandainya Lyra pelayan yang tidur dengan, Max, memang benar datang dan meminta pertanggungjawaban, kira-kira apa yang akan dilakukan, Max, dengan permintaan Lyra tersebu.t"Hehehe," bukannya menjawab, Max, malah terkekeh didean kedua sahabatnya, yang membuat kedua sahabatnya nampak bingung melihat apa yang ditunjukkan Max, kepada mereka.Rio yang melihat Max, terkekeh, tidak taham untuk tidak bertanya kepada Max, saat melihat sikap sahabatnya yang membuatnya bingung"Max, kenapa kau tertawa, apa yang lucu? Dan bukannya kau menjawab pertanyaanku, kau malah terkekeh didepanku. Bagaimana jika seandainya wanita itu datang dan memintamu untuk menikahinya, apa yng akan kau lakukan, Max? Rio kembali mengulang pertanyaan-nya saat melihat Max tidak menjawabnya, yang kemudian Max, malah menjulurkan tangannya untuk menambah isi gelasnya dengan minuman beralkohol, sebelum meneguknya dan menoleh ke arah Rio."Itu tidak mungkinterjadi, Rio, karena wanita itu memang tidak berniat untuk aku nikahi. Sebenarnya aku terkekeh karena merasa lucu, saat memikirkan wanita pada malam itu, kau tahu wanita itu sangat nikmat di atas ranjang, aku belum pernah mendapatkan kenikmatan yang seperti itu sebelumnya, begitu banyak wanita yang berada di sekitarku tapi tidak ada yang bisa membuatku merasakannya, tidak seperti saat aku bermain dengan pelayan itu," ucap, Max, yang mengingat kembali percintaannya bersama dengan Lyra, yang tersa begitu Nikmat, membuatnya sangat bersemangat.Tanpa Max sadari, tiba-tiba saja dirinya menegang, yang juga disadari oleh temannya saat melihat area tengah paha Max, terlihat mengeras membuat kedua temannya menggelengkan kepala dengan mengejek."Max, kau, baru saja menceritakannya dan itu sudah membuatmu menegang, sepertinya memang benar jika wanita itu mampu membuatmu merasakan kenikmatan yang sesungguhnya," ejek Rio, yang melontarkan candaan kepada, Max, namun hanya dibalas senyuman kecil oleh MaxDiego yang melihat kedua sahabat, temga bercanda kemudian ikut menimpali dengan memberi pertanyaan kepada, Max."Berarti wanita itu masih perawan saat kau melecehkannya, Max. Apa kau tidak merasa menyesal karena telah menodai wanita yang masih suci itu!" tanya Diego, yang seketika membuat Max dan juga Rio menghentikan tawanya, dan menoleh ke arah Diego......Hening sesaat di ruangan di mana mereka duduk saat ini, tidak ada jawaban dari, Max, saat Diego melontarkan pertanyaan kepadanya, yang terlihat diam menikmati minuman yang ada di gelasnya.Menyadari keheningan akibat pertanyaan yang dilontarkan Diego kepada Max, Rio kemudian mencoba untuk mengalihkan Max, dari pertanyaan yang diberikan Diego kepada Max, dengan melontarkan candaan kepada, Max."Diego, berhenti bertanya seperti itu kepada, Max! Apa kau tidak memdengar jika, Max, sebelumnya belum pernah merasakan kenikmatan yang sesungguhnya, kau dengar sendiri bukan. Berarti selama ini semua wanita yang berada di sampingnya tidak mampu untuk membuatnya merasakan kenikmatan sesungguhnya, tidak seperti yang dilakukan pelayanan itu kepada, Max," ucap Rio yang nampak terkekeh, namun tidak dihiraukan Diego dan Max.Saat mengira jika Max mungkin tidak akan menjawab pertanyaannya, tiba-tiba saja Max mengangkat tatapannya dan menatap ke arah Diego dengan berkata."Aku tidak merasa menyesal, Diego! Lagi pula aku berharap aku bisa mengulanginya kembali, dan dia hanya seorang pelayannya yang bekerja di kediaman ayahku, yang tidak perlu aku berikam rasa iba kepadanya," ucap Max,yang terdengar begitu kejam di telinga Diego, Diego tidak lagi mengatakan apapun dan hanya mengangguk setelah mendengar jawaban yang diberikan, Max kepadanya.Tidak ingin suasana mereka kembali canggung, Rio kemudian menjulurkan tangannya dan menuangkan alkohol di gelas Diego dan Max, hingga penuh, dan meminta kedua sahabatnya untuk melupakan semua pembahasan mereka tentang pelayan yang dilecehkan oleh, Max.Lyra menatap Max dengan ekspresi yang memohon pertolongan. "Max, ini Jennifer. Dia ada di sini untuk mencelakaiku," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kecemasan.Max segera merasakan ancaman yang mengancam mereka. Dia ingin mendekat, namun takut jika Jennifer berani melakukan ancaman yang akan mengancam nyawa Lyra.Max dengan suara paling mencoba menarik perhatian Jennifer. "Jennifer, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu harus pergi sekarang juga, jika tidak, kamu akan menyesalinya" ujarnya dengan suara yang penuh dengan ketegasan.Jennifer mencibir, matanya menyorot tajam tidak erdulu dengan ancaman yang dikatakan Max kepadanya.Jennifer tidak peduli jika Max akan menghubungi pihak kepolisian untuk datang menangkapnya. Dia sudah membuat keputusan, dan akan mengakhiri ini semua di sini, dengan melenyapkan Lyra. Hanya itu jalan satu-satunya untuk membuatnya dapat menghilangkan rasa sakit di hatinya, melihat kebahagiaan Max bersama dengan Lyra, dan tanoa perduli demgan dirinya.Namu
"Max, kamu... Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Jennifer dengan dahi mengerut dalam, melihat keberadaan Max di dalam apartemennya.Max merapatkan bibirnya tidak menjawab, matanya hanya melirik tajam Damian yang duduk dengan senyum acuh melihat keberadaannya.Jennifer melihat pandangan mata Max, berusaha untuk menjelaskan kepada Max, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman."Max, kamu jangan salah paham. Damiam datang karena ingin membantuku untuk mengambil beberapa barang milikku, lagi pula aku akan meninggalkan apartemen milikmu, Max. Mengingat kamu memutuslam mengakhiri hubungan kita, tidak ada alasan untuk aku tetap berada di sini," ujar Jennifer membuat Max terkejut.Max terlihat terkejut, raut wajah yang Max perlihatkan saat ini di hadapan Jennifer cukup membuat Jennifer merasa bingung. pasalnya Max sendiri yang meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, namun saat ini Max berdiri seolah tidak menyangka jika dia akan menyetujui perpisahan mereka."Kenapa Mas, apa kamu tidak ing
Max tidak menyembunyikan kehamilan Lyra, dia memberitahukan kepada ayahny Anthony dan juga ibunya, walaupun ibunya tidak menyambut hangat kabar kehamilan Lyra, tetapi Max tidak perduli. Ibunya memang sejak dulu mengharapkan jika dia dan Lyra akan segera berpisah, namun masih malam mempertahankan pernikahannya bahkan membuat Lyra hamil anak miliknya.Berbeda dengan ibunya, Ayahnya bahkan berpesan kepadanya untuk lebih memperhatikan keadaan Lyra daripada pekerjaannya di perusahaan, itu jelas membuat Max menggelengkan kepala melihat antusias yang ditunjukkan ayahnya dengan kabar kehamilan istrinya.Semenjak kehamilan Lyra, Max lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya di perusahaan, agar dapat segera kembali untuk menemui istrinya, yang sengaja dia tinggalkan sendirian di apartemen miliknya.Max belum memikirkan untuk mencari seorang pelayan, yang bisa dia percayai untuk tinggal merawat dan membantu pekerjaan Lyra, agar Lyra tidak perlu mengerjakan pekerjaan yang berat mengingat keadaan ist
Max merasa begitu bersyukur dan beruntung. Dia mencium kening Lyra dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, Lyra. Kamu telah membuatku pria yang paling bahagia di dunia ini," ucapnya dengan suara bergetar. Dokter yang melihat kebahagiaan mereka, ikut tersenyum bahagia melihat wajah Max yang terharu menyambut kehamilan istrinya, kemudian sang Dokter, keluar meninggalkan mereka.Lyra tersenyum, merasa begitu dicintai oleh suaminya. "Kita akan menjadi keluarga yang bahagia, Max. Aku tidak sabar menantikan kehadiran bayi kita," Lyra menunduk, dengan mengusap perutnya yang rata dengan harapan.Mereka akan menjadi orangtua, dan perjalanan baru dalam kehidupan mereka akan segera dimulai."Aku akan melakukan segala yang aku bisa untuk membuat kamu dan bayi kita bahagia, Lyra. Kamu adalah segalanya bagiku," ucap Max dengan suara yang penuh dengan tekad.Lyra tersenyum, merasakan cinta yang begitu dalam dari suaminya. "Aku tahu, Max. Dan aku tidak bisa meminta lebih dari kamu. Kita akan menjal
Jennifer beberapa hari ini menghabiskan waktunya di Bar dan akn kembali ke apartemen yang diberikan Max untuknya saat mabuk. Jennifer memilih untuk melupakan kekecewaannya dengan meminum minuman keras, untuk menghilangkan rasa sakit di hatinya.Damian, yang kebetulan melihat Jennifer juga berada di sebuah Bar dengan minuman di hadapannya, beranjak dari duduknya meninggalkan beberapa rekannya untuk menghampiri Jennifer.Damian melirik wajah Jennifer yang memerah oleh pengaruh minuman keras, matanya menata dalam Jennifer yang terlihat mabuk duduk sendirian. "Jennifer ada apa? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Damian, matanya memerhatikn raut wajab Jennifer yang terlihat jika dia tidak baik-baik saja.Jennifer menoleh saat mendengar suara seseorang yang bertanya kepadanya, matanya menyipit memandang Damian dengan senyum getir diwajahnya."Damian, itu kau?" tunjuk Jennifer meletakkan minumannya, kemudian mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah Damian yang berdiri di hadapannya.Da
Max disatu sisi merasa lega mendengar kata-kata itu, namun di sisi lain dirinya merasa bersalah, terutama saat melihat wajah Lyra yang kembali terluka, yang harus mengingat penyebab Lyra mengalami kecacatan di kakinya, semua karena menolongnya."Aku menyesal, Lyra. Aku menyesal telah tanpa sengaja menyakiti kamu. Tetapi percayalah, jika aku akan menebus semua pengorbanan yang telah kamu berikan padaku, aku berjanji Lyra." ujarnya dengan suara yang penuh dengan keyakinan.Max tidak akan mengingkarinya, dirinya telah berjanji kepada Lyra jika dia akan menebus semua kesalahan yang telah dia lakukan kepada Lyra, sehingga Lyra tidak akan merasa bersedih atau pun menyesal karena telah menolongnya saat itu.Lyra meraih tangan Max dengan lembut. "Aku tahu kamu menyesal, Max. Tapi yang penting sekarang adalah bagaimana dengan hubunganmu bersama dengan Nona Jennifer? Aku tidak ingin jika Nona Jennifer datang dan terus menggangguku, Max. Kamu harus membuat keputusan, agar membuatku semakin percay