Home / Rumah Tangga / Derita Istri yang Difitnah Mandul / 2. Insiden Saat Makan Malam

Share

2. Insiden Saat Makan Malam

Author: Aprillia D
last update Last Updated: 2025-04-13 18:57:41

"Terima kasih, lho, ya, udah pada datang memenuhi undangan saya malam ini."

Mirawati tampak senangnya sebab koleganya datang sekeluarga menghadiri undangannya. Fara dan Arhan membawa gadis semata wayangnya, Maya. Begitu pun dengan keluarganya, hampir semua anggota keluarganya hadir seperti Bima, Tasya dan Risyad. Mereka yang juga menjadi bagian dari perusahaan tentu ikut hadir untuk merayakan pencapaian perusahaan mereka. Kini mereka duduk mengelilingi meja makan panjang dan mewah itu.

"Ya pasti datang, dong, kita kan harus merayakan kesuksesan kerja sama kita," jawab Fara tak kalah antusias. Ya, perusahaan Mira dan Fara yang bergerak di bidang industri pakaian sukses bekerja sama mengeluarkan brand baru dan fashion baru yang diharapkan nanti bisa disenangi masyarakat luas.

"Bukan apa-apa. Rencananya saya mau ajak kalian makan di restoran, cuman saya lagi malas, jadinya ke rumah saya aja, nggak pa-pa kan?"

"Rumah kamu ini lebih mewah daripada gedung restoran, Mira," Arhan, suami Fara menyahuti dan langsung disetujui oleh istrinya. "Senang bisa berkunjung ke rumah mewah kamu ini."

"Ah kalian bisa aja."

"Serius, lho, Mira," sahut Fara lagi.

"Iya." Arhan meyakinkan. "Apalagi masakan menantumu ini nggak kalah enak sama masakan restoran bintang lima." Arhan melirik aneka makanan yang tersaji di sepanjang meja itu.

Namun, Mira serta-merta diam mendengar Arhan memuji masakan menantunya. Begitu pula dengan Tasya yang memutar bola matanya malas. Sejak tadi dia dan suaminya diam saja mendengarkan percakapan itu, tak punya kesempatan untuk menyela.

Bima yang sejak tadi diam pun langsung tertawa mendengar istrinya dipuji. "Terima kasih, Om. Intan memang senang masak. Apalagi masak banyak kayak gini." Bima berkata demikian karena tak mau orang lain salah paham kenapa istrinya yang justru memasak makan malam untuk mereka.

"Apalagi kalau dia bisa ikut bergabung sama kita."

"Nggak perlu." Mira langsung membantah saran Fara.

"Kenapa?"

"Dia nggak mau gabung. Lagian dia emang hobinya masak aja. Oh iya dari tadi kita ngobrol-ngobrol aja, ayo cicipin dong masakan menantu saya. Maya silakan cicipi." Mira langsung menatap Maya yang sejak tadi diam saja.

Gadis itu hanya tersenyum yang membuatnya tampak makin manis. "Iya, Tante."

Bima melirik ke arah mamanya sekilas, kurang berkenan dengan apa yang barusan mamanya katakan tentang istrinya.

"Semuanya, cobain, dong. Bima, kamu makan juga, dong."

Bima seketika gelagapan saat ibunya menatap ke arahnya dan dia pun menjawab singkat.

Mira baru tersadar sesuatu ketika dia menatap sajian itu. "Sepertinya ada yang kurang, nih. Apa, ya? Oh iya, sop ayamnya belum. Intan!!"

Tak lama kemudian Intan muncul. "Iya, ada apa, Ma?"

"Sop ayamnya mana? Belum, ya?"

"Ada, Ma. Baru masak. Aku ambilin, ya."

"Ya udah cepat bawa ke sini." Meski berusaha berbicara dengan tenang, tapi Bima tetap bisa merasakan nada ketus dan ketidaksukaan dalam gaya bicara mamanya terhadap Intan. Bima harap tamu mereka tidak menyadari itu.

"I-iya, Ma." Intan menjawab sebelum akhirnya kembali ke dapur untuk menyiapkan makanan yang diminta.

Mira lalu menatap tamunya dan tersenyum tak nyaman. "Silahkan di makan dulu aja apa yang ada. Bima kamu mau ke mana?" tanyanya kemudian saat melihat Bima berdiri dan berjalan entah hendak ke mana.

"Aku mau ke toilet," dalihnya dan langsung pergi.

Rupanya Bima mendatangi istrinya yang sibuk menyalin sop ayam di dapur. "Sayang, ada yang bisa aku bantu?"

Intan yang fokus dengan kegiatannya agak tersentak mendengar suara suaminya yang tiba-tiba. Dia pun menoleh. "Mas, kamu ngapain ke sini," bisiknya sambil melotot.

"Aku mau bantu kamu. Biar aku aja yang bawa ke sana."

Intan tersenyum. "Makasih, Mas. Tapi nggak usah. Kamu ke sana aja nanti Mama nyariin. Aku nggak pa-pa, kok."

"Aku mau bantu--"

"Jangan, Mas." Tatapan Intan yang mengatakan tak ingin dibantah membuat Bima mengerti dan akhirnya pria itu pun mengalah.

"Maafin aku, ya. Aku sebenarnya nggak mau kamu kayak gini." Ucapan Bima terdengar menyesal. Namun, Intan tak memedulikannya dan tetap fokus dengan pekerjaannya.

"Sekali lagi maafin aku." Bima lalu mengecup kepala istrinya sebelum dia kembali bergabung di meja makan. Bima memang tak pernah ikhlas melihat istrinya diperlakukan demikian oleh keluarganya sendiri, tapi dia juga tidak bisa berbuat banyak selain membantu atau membela istrinya saat ditekan.

"Andai aja Maya bisa jadi menantu saya, ya."

Bima mendengar ibunya bicara demikian ketika dia tiba di sana. Dia terkejut dan tak mengerti mengapa ibunya bicara demikian, tapi dia diam saja dan mendengarkan lebih lanjut.

"Kamu kan udah nggak punya anak laki-laki. Mana mungkin Maya bisa jadi menantu kamu," jawab Fara sambil tertawa merasa lucu. Menganggap omongan Mira hanyalah candaan. Ya, seharusnya memang hanya candaan. Karena Mira tidak punya anak lelaki selain Bima, apalagi seumuran Maya.

Mira yang menyadari Bima telah kembali melirik sekilas ke arah anak sulungnya itu. "Ya, mana tahu kan nanti ke depannya bisa. Saya pasti bangga banget punya menantu seperti Maya ini. Udah cantik, cerdas, sempurna."

"Kamu mungkin nggak punya menantu seperti Maya, tapi kamu punya anak gadis yang nggak kalah membanggakan, cantik, cerdas, sukses juga, itu si Mischa," balas Fara memuji anak bungsunya. "Ke mana dia? Kenapa nggak gabung sama kita?"

"Dia selebritis. Biasalah sibuk. Kamu gimana Maya, mau nggak kira-kira menjadi menantu Tante?" Kembali Mira membahas Maya. Dia menatap anak gadis itu dengan kagum.

Sementara gadis di hadapannya hanya tersenyum malu-malu. Sejujurnya gadis itu bingung menjawab apa, pun tak mengerti maksud pembicaraan itu.

Tasya senang mendengar percakapan itu. Dia mengerti maksud ucapan mamanya. Di saat yang sama dia melihat Intan muncul dari dapur sambil membawa semangkuk sup. Dia pun menyahut. "Maya emang cantiknya kebangetan. Dan yang paling penting nggak cuman cantik, tapi juga cerdas, independen. Perempuan yang kayak gitu yang pantas jadi kakak ipar aku. Yah, walau pun umurnya terlalu muda sih untuk jadi kakak ipar aku." Tasya lalu cekikikan.

Sementara Maya malah mematung mendengar ucapan yang nyaris terang-terangan itu. Jadi kakak iparnya? Apa maksudnya?

Bima spontan menegur. "Tasya, apa maksud ucapan kamu--"

"Aww, kaki aku ...." Maya tiba-tiba merintih kesakitan. Gadis itu tertunduk memegangi kakinya di bawah meja.

Melihat aksi Maya semua yang ada di sana jadi panik. Semua perhatian tertuju padanya.

"Kaki kamu kenapa, Sayang?" Fara menatap anaknya dengan khawatir.

"Maaf, aku nggak sengaja." Intan menatap Maya penuh rasa bersalah. Rupanya sup yang dibawa Intan, entah bagaimana caranya, tak sengaja tumpah dan mengenai kaki Maya yang ada di bawah meja.

"Aww! Ma, kakiku perih! Panas!" jerit Maya kian menjadi.

Mira langsung menatap tajam ke arah menantunya. "Intan, kamu ...."

Intan sudah siap dengan kemungkinan paling buruk yang terjadi.

Aprillia D

Baca terus bab-bab selanjutnya ya, Readers, thankyou. Semoga kalian suka.

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   99

    "Tentang kejadian tadi siang, kamu percaya kan sama aku?" Bima terdiam sesaat sebelum akhirnya dia memegang pundak istrinya dan menjawab. "Memangnya aku pernah nggak percaya sama kamu? Kamu itu istri aku. Apa pun yang keluar dari mulut kamu, apa pun yang kamu yakini, aku selalu percaya." Perkataan Bima terdengar sungguh-sungguh. "Aku lega kalau kamu percaya sama aku, tapi Mama gimana?""Soal Mama kita emang nggak bisa gegabah. Mama sekarang lagi emosi. Kalau kamu paksa, percuma. Kita juga nggak bisa jelasin ke Mama tanpa bukti yang jelas. Mama harus lihat buktinya dulu baru Mama akan percaya."Intan terdiam sejenak. Sebelum angkat bicara. "Kamu benar, Mas. Kita harus cari buktinya. Tapi gimana caranya kita bisa dapatkan bukti itu?" Intan menatap suaminya cemas.Bima mengembuskan napas. Dia menggeleng. "Entahlah, aku juga belum tahu. Tapi aku akan berusaha cari buktinya. Kalau perlu aku mau ngomong empat mata sama Tante Fara.""Ngomong apa, Mas? Kamu mau tanya? Dia nggak mungkin nga

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   98

    Kekacauan pada saat makan bersama yang dibuat Intan barusan bukanlah yang kali pertama. Ini sudah kesekian kali. Setelah Intan menumpahkan gulai kambing ke lantai, Mira marah setengah mati di depan orang ramai itu. Tak lama kemudian, Fara dan keluarganya pamit pulang. Dan Mira menyampaikan ketidaknyamanannya pada Fara atas kekacauan yang dibuat menantunya. Setelah koleganya pulang, sudah bisa ditebak apa yang terjadi? Mira memarahi menantunya habis-habisan. "Bagaimana kamu bisa berpikir bahwa makanan itu berbahaya?" tanya Mira menatap Intan melotot tajam. "Mama benar-benar nggak habis pikir dengan yang kamu lakukan!"Mira memarahi menantunya habis-habisan. Sementara Intan hanya terdiam seribu bahasa. Dia benar-benar bingung harus melakukan apa. Ingin rasanya dia memberitahu Mira saat ini juga tentang rencana busuk Fara dan keluarganya, tapi dia yakin jika dia bicara sekarang tanpa bukti yang jelas, yang ada ibu mertuanya semakin marah dan tidak percaya padanya. Hingga dia hanya terd

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   98

    "Apa maksud kamu, Intan. Kenapa kamu bisa bilang gulai ini berbahaya?" tanya Mira setengah syok. Intan lagi-lagi terdiam. Mencari-cari alasan yang tepat untuk dia katakan. Sebelum akhirnya dia mengatakan. "Maaf, Ma. Aku nggak bisa bilang, tapi aku mohon Mama jangan makan gulai itu." Intan menggeleng kencang."Jangan mengada-ada kamu, Intan."Intan tahu ibu mertuanya mulai kesal dengannya, tatapan ibu mertuanya pun berubah tajam. Mira melirik Fara dengan tak enak hati sekilas, lalu kembali menatap menantunya. "Jangan beri malu keluarga ini, ya.""Aku nggak mengada-ada, Ma," jawab Intan. "Gulai itu memang berbahaya. Mama nggak boleh memakannya!""Intan, maaf sebelumnya." Fara mulai menegurkan membuat semua pasang mata yang ada di sana menatap ke arahnya, tak terkecuali Intan dan Mira. "Maksud kamu bilang makanan Tante berbahaya itu apa, ya. Makanan ini halal, kok, enak juga, nggak berbahaya sama sekali seperti yang kamu pikirkan. Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu, Intan?" Fara me

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   97

    "Pokoknya kali ini rencana kita harus berhasil, nggak boleh gagal lagi." Kembali suara Tante Fara terdengar. "Kamu harus bantu aku, ya, Mas." "Makanya kamu harus hati-hati supaya nggak gagal lagi." Itu suara Om Arhan. "Jangan sampai ada yang tahu atau curiga dengan kita." Hening sesaat sebelum kembali suara Fara terdengar. "Iya. Ingat, Mas, semakin cepat kita menghancurkan keluarga ini, semakin cepat juga kita menguasai hartanya. Nggak masalah Maya nggak jadi istri kedua Bima, asal kita tetap bisa menghancurkan keluarga ini dan merebut hartanya." "Iya, iya." "Dan semua ini harus dimulai dari Mira. Kita harus bunuh Mira secepatnya. Induknya dulu, baru anak cucunya." "Iya, Ma, iya. Jangan bahas soal itu di sini. Kalau sampai ada yang dengar kan bisa bahaya banget, Ma," jawab Arhan. "Apalagi kalau mereka tahu bahwa Toni meninggal sebenarnya bukan karena kecelakaan dari pesawat, tapi kita yang bunuh. Rahasia itu, rahasia besar itu nggak ada yang boleh tahu." "Iya, Mas. Udah jangan

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   96. Rencana Bima dan Intan

    "Tentang kejadian tadi siang, kamu percaya kan sama aku?" Bima terdiam sesaat sebelum akhirnya dia memegang pundak istrinya dan menjawab. "Memangnya aku pernah nggak percaya sama kamu? Kamu itu istri aku. Apa pun yang keluar dari mulut kamu, apa pun yang kamu yakini, aku selalu percaya." Perkataan Bima terdengar sungguh-sungguh. "Aku lega kalau kamu percaya sama aku, tapi Mama gimana?" "Soal Mama kita emang nggak bisa gegabah. Mama sekarang lagi emosi. Kalau kamu paksa, percuma. Kita juga nggak bisa jelasin ke Mama tanpa bukti yang jelas. Mama harus lihat buktinya dulu baru Mama akan percaya." Intan terdiam sejenak. Sebelum angkat bicara. "Kamu benar, Mas. Kita harus cari buktinya. Tapi gimana caranya kita bisa dapatkan bukti itu?" Intan menatap suaminya cemas. Bima mengembuskan napas. Dia menggeleng. "Entahlah, aku juga belum tahu. Tapi aku akan berusaha cari buktinya. Kalau perlu aku mau ngomong empat mata sama Tante Fara." "Ngomong apa, Mas? Kamu mau tanya? Dia nggak m

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   95. Kemarahan Ibu Mertua

    Kekacauan pada saat makan bersama yang dibuat Intan barusan bukanlah yang kali pertama. Ini sudah kesekian kali. Setelah Intan menumpahkan gulai kambing ke lantai, Mira marah setengah mati di depan orang ramai itu. Tak lama kemudian, Fara dan keluarganya pamit pulang. Dan Mira menyampaikan ketidaknyamanannya pada Fara atas kekacauan yang dibuat menantunya. Setelah koleganya pulang, sudah bisa ditebak apa yang terjadi? Mira memarahi menantunya habis-habisan. "Bagaimana kamu bisa berpikir bahwa makanan itu berbahaya?" tanya Mira menatap Intan melotot tajam. "Mama benar-benar nggak habis pikir dengan yang kamu lakukan!" Mira memarahi menantunya habis-habisan. Sementara Intan hanya terdiam seribu bahasa. Dia benar-benar bingung harus melakukan apa. Ingin rasanya dia memberitahu Mira saat ini juga tentang rencana busuk Fara dan keluarganya, tapi dia yakin jika dia bicara sekarang tanpa bukti yang jelas, yang ada ibu mertuanya semakin marah dan tidak percaya padanya. Hingga dia hanya te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status